Ekowisata Persepsi TINJAUAN PUSTAKA

2. inventarisasi potensi kawasan 3. penelitian dan pengembangan yang menunjang pelestarian potensi 4. pembinaan habitat dan populasi satwa. Dalam Peraturan Pemerintah No.68 tahun 1998 dikatakan bahwa sesuai dengan fungsinya, Taman Wisata Alam dapat dimanfaatkan untuk keperluan: 1. pariwisata alam dan rekreasi 2. penelitian dan pengembangan kegiatan dapat berupa karya wisata, widya wisata, dan pemanfaatan hasil-hasil penelitian serta peragaaan dokumentasi tentang potensi kawasan wisata alam tersebut 3. pendidikan, dan kegiatan penunjang budidaya.

D. Ekowisata

Ekowisata merupakan suatu bentuk wisata yang sangat erat dengan prinsip konservasi. Bahkan dalam strategi pengembangan ekowisata juga menggunakan strategi konservasi. Dengan demikian ekowisata sangat tepat dan berdayaguna dalam mempertahankan keutuhan dan keaslian ekosistem di areal yang masih alami. Bahkan dengan ekowisata pelestarian alam dapat ditingkatkan kualitasnya Fandeli dan Mukhlison, 2000. Pada hakekatnya ekowisata adalah suatu bentuk wisata yang bertanggung jawab terhadap kelestarian area yang masih alami natural area memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya bagi masyarakat setempat. Ekowisata berakar pada kegiatan wisata alam, di daerah-daerah yang masih alami atau dilindungi yang didasarkan pada fungsi ekologis sebagai komponen penting Universitas Sumatera Utara dalam hubungan saling terkait dengan aspek ekonomi dan sosial dalam menunjang kelangsungan wisata tersebut Fandeli, 2000. Suatu kawasan konservasi untuk dapat berkembang menjadi daerah tujuan ekowisata harus memiliki daya tarik dan keunggulan tertentu. Tidak semua dan tidak seluruh kawasan yang di lindungi cocok untuk kegiatan ekowisata. Dalam lokakarya Nasional Ekoturisme II, tahun 1996 telah dirumuskan beberapa kriteria untuk menetapkan suatu kawasan menjadi daerah tujuan ekowisata, yaitu : 1. memiliki keunikan alam ekosistem, flora dan fauna 2. memiliki atraksi budaya yang menarik 3. kesiapan masyarakat lokal 4. urgensi keunikan dan ancaman 5. peruntukan kawasan yang jelas 6. prasarana minimal telah ada 7. aksessibilitas Untuk mendukung pengembangan kawasan ekowisata yang potensial tersebut perlu penyiapan infrastruktur dan sumber daya manusia pengelolanya agar dalam perkembangannya dapat dicegah dampak negatif yang muncul.

E. Persepsi

Persepsi adalah suatu proses untuk membuat penilaian judment atau membangun kesan impression mengenai berbagai macam hal yang terdapat di dalam lapangan penginderaan seseorang. Persepsi masyarakat dipengaruhi oleh Universitas Sumatera Utara faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah nilai-nilai dalam diri setiap individu diperoleh dengan hal-hal yang diterima panca indera. Adapun faktor- faktor internal yang mempengaruhi persepsi adalah umur dan jenis kelamin, latar belakang, pendidikan, tempat tinggal, status ekonomi, waktu luang, fisik, dan intelektual Wibowo 1988. Persepsi merupakan pengalaman seseorang tentang obyek, peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi merupakan proses merasa, menafsirkan pesan, mengorganisasi, menginterpretasi dan mengevaluasi informasi yang masuk Lumintang dan Murni,1998. Selanjutnya, masalah persepsi ini diuraikan secara lebih dalam oleh Bruner 1957. Ia mengatakan bahwa persepsi adalah proses kategorisasi. Organisme dirangsang oleh suatu masukan tertentu obyek-obyek di luar, peristiwa dan lain- lain dan organisme itu berespon dengan menghubungkan masukan itu dengan salah satu kategori golongan obyek-obyek atau peristiwa-peristiwa. Proses menghubungkan ini adalah proses yang aktif di mana individu yang bersangkutan dengan sengaja mencari kategori yang tepat sehingga ia dapat mengenali atau memberi arti kepada masukan tersebut. Dengan demikian persepsi juga bersifat inferensial atau menarik kesimpulan Sarwono, 2000. Persepsi adalah proses kognitif yang bisa terjadi pada setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungan, yang dapat diperoleh melalui penglihatan, penghayatan, pendengaran, perasaan, maupun pnciuman. Persepsi merupaan penafsiran unik terhadap suatu situasi, bukan suatu pencarian yang sebenarnya dari situasi tersebut Thoha 1998 Universitas Sumatera Utara Lumintang dan Murni 1998 menyatakan bahwa persepsi individu dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, ras, kelompok, nilai, kepercayaan dan sikap yang dimiliki. Kayam dalam Basyuni 2001 menambahkan bahwa faktor-faktor dalam diri individu yang menentukan persepsi adalah kecerdasan, minat, emosi, pendidikan, pendapatan, dan kapasitas alat indera. Sedangkan faktor dari luar yang mempengaruhi persepsi menurut Kayam adalah pengaruh kelompok, pengalaman masa lalu, dan latar belakang sosial budaya. Menurut Wibowo 1988, banyak sekali faktor-faktor pada diri perseptor individu yang memberikan persepsi yang dapat mempengaruhi veridikalitas persepsinya sendiri atau menimbulkan perbedaan-perbedaan antara persepsinya dan persepsi orang lain. Faktor-faktor tersebut adalah meliputi beberapa hal berikut : 1. Faktor Pengalaman. Semakin banyak pengalaman yang dimiliki seseorang mengenai obyek-stimulusnya sebagai hasil dari seringnya kontak antara perseptor dan obyek. Semakin tinggi pula veridikalitasnya. Pengayaan pengalaman ini dapat pula terjadi karena kontak-kontak dengan obyek- obyek stimulus yang serupa. 2. Faktor Intelegensia. Semakin tinggi intelegensia seseorang atau semakin cerdas orang yang bersangkutan semakin besar kemungkinan ia akan bertindak obyektif dalam memberikan penilaian atau pembangunan kesan mengenai obyek stimulus. Universitas Sumatera Utara 3. Faktor Kemampuan Menghayati Stimuli. Setiap orang dalam taraf yang berbeda-beda, memiliki untuk menangkap perasaan orang lain sebagaimana adanya. Kemampuan ini dinamakan emphati. 4. Faktor Ingatan. Daya ingat seseorang juga menentukan veridikalitas persepsinya. 5. Faktor Disposisi Kepribadian. Disposisi kepribadian di sini diartikan sebagai kecenderungan kepribadian yang relatif menetap pada diri seseorang. 6. Faktor Sikap Terhadap Stimulus. Sikap secara umum dapat dinyatakan sebagai suatu kecenderungan yang ada pada diri seseorang untuk berpikir atau berpandangan, berperasaan dan berkehendak, dan berbuat secara tertentu terhadap suatu obyek. 7. Faktor Kecemasan. Seseorang yang dicekam oleh kecemasan karena suatu hal yang berkaitan dengan obyek-stimulusnya akan mudah dihadapkan pada hambatan-hambatan dalam mempersepsi obyek tersebut. Kecemasan dapat menyebabkan seseorang melakukan macam-macam hal untuk mengatasi keadaan di dalam dirinya. 8. Faktor Pengharapan. Faktor ini sebenarnya merupakan kumpulan dari beberapa bentuk pengharapan yang bersumber dari adanya asumsi-asumsi tertentu mengenai manusia, perilaku dan ciri-cirinya, yang sampai taraf tertentu diyakini kebenarannya. Berbagai faktor tersebut berfungsi tumpang tindih, sulit untuk menunjukkan faktor mana yang paling besar pengaruhnya dalam mempercepat rangsang, rangsang sosial. Selain itu persepsi dipengaruhi oleh minat, selera, Universitas Sumatera Utara kebutuhan angan-angan dan lain-lain. Selanjutnya Wibowo 1988 mengungkapkan bahwa persepsi juga bergantung pada : 1. pendidikan seseorang 2. kedudukan dalam strata sosial 3. latar belakang sosial budaya 4. usia dan lain-lainnya.

F. Partisipasi