Masyarakat Sekitar Hutan TINJAUAN PUSTAKA

Manfaat hutan non-marketable adalah barang dan jasa hutan yang belum dukenal nilainya atau belum ada pasarnya, seperti : beberapa jenis kayu lokal, kayu energi, binatang, dan seluruh manfaat intangible hutan Affandi Patana, 2002.

B. Masyarakat Sekitar Hutan

Masyarakat di sekitar dan di dalam hutan pada umumnya merupakan masyarakat yang tertinggal. Kondisi sosial ekonomi golongan masyarakat ini pada umumnya masih rendah. Hal ini salah satunya disebabkan adanya pengabaian kepentingan masyarakat dalam kegiatan pemanfaatan hutan. Sehingga akhirnya timbul kecemburuan sosial masyarakat setempat terhadap pelaksanaan pembangunan kehutanan. Selama ini upaya mensejahterakan masyarakat setempat belum berhasil dan belum secara tepat mengakomodasikan kepentingan sosial budaya dan ekonomi Darusman dan Skardijito,1998. Masyarakat sekitar hutan adalah masyarakat yang tinggal disekitar kawasan hutan baik yang memanfaatkan secara langsung maupun tidak secara langsung hasil hutan tersebut. Banyak sekali masyarakat Indonesia meskipun jumlahnya tidak diketahui secara pasti yang tinggal didalam atau dipinggir hutan yang hidupnya bergantung kepada hutan. Sebagian besar masyarakat sekitar hutan hidup dengan berbagai strategi ekonomi traidisional yakni menggabungkan perladangan dengan memancing, berburu, dan mengumpulkan hasil hutan seperti kayu, rotan, madu dan hasil hutan lainnya FWI dan GFW, 2001. Masyarakat sekitar hutan, sebagaimana juga masyarakat pedesaan pada umumnya adalah masyarakat agraris yang sangat tergantung pada alam Universitas Sumatera Utara lingkungannya. Kehidupan mereka sangat tergantung pada hutan. Anonim, 1987. Masyarakat sekitar hutan, sebagaimana masyarakat pedesaan di Indonesia yang pada umumnya hidup dari pertanian. Pekerjaan lain disamping pertaniannya hanya merupakan pekerjaan sambilan saja. Oleh karena itu bila tiba masa panen atau masa menanam padi, pekerjaan-pekerjaan sambilan tadi segera ditinggalkan. Namun demikian tidaklah berarti bahwa setiap orang mempunyai lahan milik. Cara bertani mereka masih sangat tradisional dan tidak efisien karena belum dikenalnya mekanisasi dalam pertanian. Biasanya mereka bertani semata-mata untuk mencukupi kebutuhannya sendiri dan tidak untuk dijual Soekanto, 1980. Masyarakat sekitar hutan sebenarnya memiliki potensi tinggi apabila diberdayakan, tetapi dalam hal ini, masyarakat harus dilibatkan dalam pengelolaan hutan. Peningkatan pendapatan masyarakat sekitar hutan mempunyai prioritas utama dalam suatu pengelolaan hutan Arief, 2001.

C. Taman Wisata Alam