Epidemiologi Faktor Resiko dan Etiologi Klasifikasi Nyeri Punggung Bawah NPB Anatomi vertebra

dari vertebra lumbalis pertama hingga vertebra sakralis pertama. Ini merupakan area spinalis dimana kurva lordotic terbentuk. Sisi yang paling sering terkena adalah pada segmen lumbalis keempat dan kelima Kravitz dan Andrews, 2005. Jadi, dapat kita simpulkan NPB adalah nyeri pada area belakang yang dapat berhubungan dengan spinal lumbalis, diskus di antara vertebra, ligamen yang mengelilingi spinalis dan diskus, medula spinalis dan saraf, otot dari punggung bawah, organ dalam dari pelvik dan abdomen, atau kulit yang menutupi area lumbalis Websters New World Medical Dictionary ,2002.

2.2.2. Epidemiologi

Prevalensi penderita NPB di Amerika Serikat diperkirakan 15-20 dan Eropa 25-45. Sekurangnya 2 pekerja Amerika memiliki masalah dengan gangguan punggung setiap tahunnya Wheeler, 2009. Di Indonesia sendiri, penelitian yang dilakukan oleh Community Oriented Program for Controle of Rheumatic Disease COPORD menunjukkan prevalensi nyeri punggung 18,2 pada laki-laki dan 13,6 pada wanita Rumiyati, 2009.

2.2.3. Faktor Resiko dan Etiologi

Faktor resiko terjadinya nyeri punggung bawah antara lain karena tegangnya postur tubuh, obesitas, kehamilan, faktor psikologi dan beberapa aktivitas yang dilakukan dengan tidak benar seperti mengangkat barang yang berat dan duduk yang lama. Faktor genetik dan ras tidak terlalu jelas. Laki-laki dan perempuan memiliki faktor resiko sama, tetapi pada usia lebih dari 60 tahun dilaporkan wanita lebih tinggi angka kejadiannya. Usia merupakan faktor yang memperberat terjadinya nyeri punggung bawah dimana berhubungan dengan penurunan fungsi-fungsi tubuh terutama tulang sehingga tidak lagi elastis seperti saat muda. Data epidemiologi menyatakan faktor risiko memegang peranan penting pada NPB Wheeler, 2009. Universitas Sumatera Utara

2.2.4. Klasifikasi Nyeri Punggung Bawah NPB

Berdasarkan durasinya, NPB dapat dibagi atas akut jika hilang dalam 2-8 minggu, subakut 2-8 minggu hingga 12 minggu, dan kronik lebih dari 12 minggu, dengan kronik LBP paling erat kaitannya dengan kecacatan Duss, 1996.

2.2.5. Anatomi vertebra

Kolumna vertebralis terdiri dari 33 vertebra, yaitu 7 vertebra servikalis, 12 vertebra torakalis, 5 vertebra lumbalis, 5 vertebra sakralis yang bersatu membentuk os sakrum, dan 4 vertebra koksigeus tiga vertebra di bawah umumnya bersatu. Struktur kolumna ini fleksibel, karena kolumna ini bersegmen-segmen dan tersusun atas vertebra, sendi-sendi, dan bantalan fibrokartilago yang disebut diskus intervertebralis Snell, 2006. Vertebra lumbalis lebih berat dan besar dibandingkan dengan vertebra lainnya sesuai dengan peran utamanya menyangga berat badan. Korpusnya yang berbentuk ginjal berdiameter transversa lebih besar dari anteroposterior. Setiap vertebra lumbal dapat dibagi atas 3 set elemen fungsional, yaitu : a. Elemen anterior terdiri dari korpus vertebra, berfungsi mempertahankan diri dari beban kompresi yang tiba pada kolumna vertebra bukan saja dari berat badan tetapi juga dari kontraksi otot-otot punggung. b. Elemen posterior yang mengatur kekuatan pasif dan aktif yang mengenai kolumna vertebra dan juga mengontrol gerakan. c. Elemen tengah yaitu pedikel yang berfungsi menghubungkan elemen posterior dan anterior, memindahkan kekuatan yang mengontrol dari elemen posterior ke anterior. Ujung-ujung saraf dijumpai pada nukleus, tetapi pemeriksaan neurofisiologis belum dapat membuktikannya. Sedangkan diskus dikatakan merupakan jaringan tidak sensitif terhadap nyeri. Tetapi pada diskus yang telah mengalami degenerasi sehingga menyebabkan fragmentasi annulus dengan nukleus yang dehidrasi, meningkatkan tekanan intradiskal yang menyebabkan nyeri. Jika dengan cara yang sama, tetapi ligamentum posterior dianastesi dengan Universitas Sumatera Utara prokain, tidak ada sensasi nyeri, sehingga dapat diasumsikan bahwa iritasi ligamentum longitudinale posterior dengan meningkatnya tekanan intradiskal yang telah berdegenerasi adalah mekanisme penghasil nyeri Meliala, 2002.

2.2.6. Fisiologi Nyeri