Hubungan Intensitas Nyeri dengan Tingkat Kecemasan pada Penderita Nyeri Punggung Bawah Kronis di RSUP H. Adam Malik

(1)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Kevin Imansyah Harahap

Tempat/Tanggal Lahir : Medan / 7 November 1994

Agama : Islam

Alamat : Jl. Sei Mencirim No.26 Medan

Orang Tua :

- Ayah : dr. Syahbuddin Harahap, Sp.B

- Ibu : Umi Kalsum

Riwayat Pendidikan : 1. TK Sarah School Medan (1999-2000) 2. SD Harapan 1 Medan (2000-2006) 3. SMP Harapan 1 Medan (2006-2009) 4. SMA Harapan 1 Medan (2009-2012) 5. Fakultas Kedokteran USU (2012-Sekarang ) Riwayat Organisasi : 1. Anggota Divisi Humas SCORA PEMA FK

USU 2014/2015.

2.Ketua Acara Hari AIDS Sedunia SCORA PEMA FK USU 2014.

3. Anggota Seksi FK Talent PORSENI FK USU 2014.


(2)

Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

Hubungan Intensitas Nyeri dengan Tingkat Kecemasan pada Penderita Nyeri Punggung Bawah Kronis di RSUP H. Adam Malik

Salam Sejahtera Bapak/Ibu Yth,,

Saya, Kevin Imansyah Harahap, mahasiswa semester VI dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, saat ini saya sedang melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Intensitas Nyeri dengan Tingkat Kecemasan pada Penderita Nyeri Punggung Bawah Kronis di RSUP H. Adam Malik” yang menyangkut masalah tingkat kecemasan dengan intensitas nyeri pada penderita nyeri punggung bawah yang berobat jalan di Poliklinik Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan.

Nyeri Punggung bawah digambarkan sebagai nyeri dan ketidaknyamanan.Terlokalisir di daerah punggung bagian bawah, di masyarakat nyeri punggung bawah tidak mengenal umur, jenis kelamin, pekerjaan, maupun status sosial. Penelitian menunjukan 70-85% dari populasi akan menderita nyeri punggung bawah yang dapat terjadi setiap saat dalam hidup seseorang.

Kecemasan adalah hal wajar yang pernah dialami oleh setiap manusia.Kecemasan suatu perasaan yang sifatnya umum, dimana seseorang merasa ketakutan/kehilangan kepercayaan diri yang tidak jelas maupun wujudnya. Keadaan yang menggoncangkan karena adanya ancaman terhadap kesehatan juga dapat di sebut kecemasan

Bapak/Ibu Yth. Akan dijadikan sukarelawan dalam penelitian ini. Untuk Jelasnya, Bapak/Ibu akan menjalani prosedur penelitian sebagai berikut:

1. Bapak/Ibu akan diminta untuk mengisis kuesioner yang terdiri dari 2 buah kuesioner, yaitu yang menilai tentang tingkat kecemasan dan intensitas nyeri. 2. Pengisian kuesioner tersebut akan memakan waktu 15-20 menit. didapatkan

hanya akan digunakan dalam penelitian ini dan tidak akan disebar untuk tujuan lain.


(3)

Demikianlah penjelasan ini saya sampaikan.Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini, diharapkan Anda mengisi lembar persetujuan setelah penjelasan (PSP) yang telah saya persiapkan.Atas partisipasi dan kesediaan Anda, saya ucapkan terima kasih.

Medan, ________________ 2015 Peneliti,

Kevin Imansyah Harahap 120100375


(4)

Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP) (INFORMED CONSENT)

__________________________________________________________________ Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Alamat :

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang penelitian :

Judul Penelitian : “Hubungan Intensitas Nyeri dengan Tingkat Kecemasan pada Penderita Nyeri Punggung Bawah Kronis di RSUP H. Adam Malik”.

Nama Peneliti : Kevin Imansyah Harahap

Institusi : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Maka dengan ini saya menyatakan bahwa saya memahami penjelasan secara lengkap dan secara sukarela dan tanpa paksaan bersedia ikut serta dalam penelitian tersebut. Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan, ……… 2015 Responden,

(______________________) Nama dan Tanda Tangan


(5)

Lampiran 4

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN INTENSITAS NYERI DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PENDERITA NYERI PUNGGUNG BAWAH KRONIS DI RSUP H.

ADAM MALIK

DATA DIRI RESPONDEN

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pendidikan :

Riwayat Penyakit : Terdahulu

Alamat :

No. HP: :

PETUNJUK PENGISIAN

Berikut ini adalah kuesioner skala kecemasan yang terdiri dari 14 buah pernyataan.Kuesioner kedua adalah kuesioner skala nyeri yang terdiri dari 15 pernyataan. Baca dan pahami dahulu setiap pernyataan lalu berilah tanda silang (X) pada pernyataan yang paling sesuai dengan Anda rasakan, pada salah satu jawaban yang tersedia, yaitu:


(6)

Hammilton Anxiety Rating Scale

SKOR : 0:tidak ada 2:sedang 4:berat sekali 1:ringan 3:berat

No. PERNYATAAN 0 1 2 3 4

1. Perasaan Ansietas -Cemas

-Firasat Buruk

-Takut Akan Pikiran Sendiri -Mudah Tersinggung

2. Ketegangan -Merasa Tegang -Lesu

-Tak Bisa Istirahat Tenang -Mudah Tekejut

-Mudah Menagis -Gemetar

-Gelisah 3. Ketakutan

-Pada Gelap -Pada Orang Asing -Ditinggal Sendiri -Pada Binatang Besar

-Pada Keramaian Lalu Lintas -Pada Kerumunan Orang Banyak

4. Gangguan Tidur -Sukar Masuk Tidur -Terbangun Malam Hari -Tidak Nyenyak


(7)

-Bangun dengan Lesu -Banyak Mimpi-Mimpi -Mimpi Buruk

-Mimpi ketakutan 5. Gangguan Kecerdasan

-Sukar konsentrasi -Daya ingat Buruk 6. Perasaan Depresi

-Hilangnya Minat

-Berkurangnya Kesenangan Pasda Hobi -Sedih

-Bangun Dini Hari

-Perasaan Berubah-Ubah Sepanjang Hari 7. Gejala Somatik (otot)

-Sakit dan Nyeri di Otot-Otot -Kaku

-Kedutan Otot

-Gigi Gemerutuk Suara Tidak Stabil 8. Gejala Somatik (Sensorik)

-Tinitus

-Penglihatan Kabur -Muka Merah atau Pucat

-Merasa Lemah Perasaan ditusuk-tusuk 9. Gejala Kardiovaskuler

-Takhikardia -Berdebar -Nyeri di Dada

-Denyut Nadi Mengeras

-Perasaan Lesu/Lemas Seperti Mau Pingsan


(8)

-Detak Jantung Menghilang(Berhenti Sekejap)

10. Gejala Respiratori

-Rasa Tertekan atau Sempit Di Dada -Perasaan Tercekik

-Sering Menarik Napas -Napas Pendek/Sesak 11. Gejala Gastrointestinal

-Sulit Menelan -Perut Melilit

-Gangguan Pencernaan

-Nyeri Sebelum dan Sesudah Makan -Perasaan Terbakar di Perut

-Rasa Penuh atau Kembung -Mual

-Muntah

-Buang Air Besar Lembek -Kehilangan Berat Badan

-Sukar Buang Air Bear(Konstipasi) 12. Gejala Urogenital

-Sering Buang Air Kecil

-Tidak Dapat Menahan Air Seni -Amenorrhoe

-Menorrhgia

-Menjadi Dingin (Frigid) -Ejakulasi Praecocks -Ereksi Hilang -Impotensi 13. Gejala Otonom


(9)

-Muka Merah -Mudah Berkeringat -Pusing, Sakit Kepala -Bulu-Bulu berdiri

14. Tingkah Laku Pada Wawancara -Gelisah

-Tidak Tenang -Jari Gemetar -Kerut Kening -Muka Tegang

-Tonus Otot Meningkat -Napas Pendek dan Cepat -Muka Merah

Total Skor

Total Skor:

0-13 = tidak ada kecemasan 14-17 = kecemasan ringan 18-24 = kecemasan sedang 25 > = kecemasan berat


(10)

SHORT FORM MCGILL

SKOR : 0: tidak ada 2: sedang 1: ringan 3: berat

No. RASA 0 1 2 3

1. Cekot - Cekot 2. Menyentak

3. Menikam (Seperti Pisau) 4. Tajam (Seperti Silet) 5. Keram

6. Menggigit 7. Terbakar 8. Ngilu 9. Berat/Pegal 10. Nyeri Sentuh 11. Mencabik Cabik 12. Menakutkan 13. Melelahkan 14. Memualkan

15. Menghukum-Kejam

Tidak ada Nyeri Nyeri paling berat

Intensitas Nyeri Sekarang (PPI) 0 Tidak Ada Nyeri

1 Nyeri Ringan 2 Tidak Nyaman 3 Mencemaskan 4 Menyeramkan 5 Menyiksa


(11)

(12)

(13)

Lampiran 7

NO UMUR

JENIS

KELAMIN SUKU SENSORI AFEKTIF

TINGKAT

KECEMASAN DIAGNOSIS VAS

1 75 WANITA MINANG 5 0 10 SPONDILOSIS LUMBALIS 8,5

2 64 WANITA BATAK 4 2 22 SPONDILOSIS LUMBALIS 8,7

3 53 WANITA BATAK 2 0 8 SPONDILOSIS LUMBALIS 2

4 23 PRIA JAWA 2 1 11 TRAUMA 5,5

5 61 WANITA BATAK 15 2 3 SPONDILOSIS LUMBALIS 7,9

6 63 WANITA BATAK 3 1 5 SPONDILOSIS LUMBALIS 3

7 33 WANITA BATAK 6 2 23 HNP 8,8

8 64 WANITA BATAK 6 3 10 SPONDILOSIS LUMBALIS 5,0

9 72 PRIA BATAK 3 0 15 SPONDILOSIS LUMBALIS 5,7

10 65 PRIA BATAK 2 0 20 SPONDILOSIS LUMBALIS 7,8

11 75 PRIA BATAK 2 0 17 HNP 3

12 56 WANITA BATAK 13 5 19 SPONDILOSIS LUMBALIS 7,7

13 50 WANITA BATAK 3 2 14 HNP 5,6

14 21 PRIA MINANG 3 3 8 TRAUMA 3,5

15 52 WANITA BATAK 15 5 17 SPONDILOSIS LUMBALIS 8

16 58 WANITA BATAK 5 1 6 SPONDILOSIS LUMBALIS 3,3

17 43 WANITA BATAK 4 2 12 SPONDILOSIS LUMBALIS 4,5

18 62 PRIA BATAK 3 0 15 SPONDILOSIS LUMBALIS 5,0

19 64 WANITA BATAK 3 0 8 SPONDILOSIS LUMBALIS 2,3

20 59 WANITA BATAK 3 0 14 HNP 5,9

21 70 WANITA BATAK 4 6 19 SPONDILOSIS LUMBALIS 7,8

22 64 PRIA BATAK 1 1 12 SPONDILOSIS LUMBALIS 3,6

23 76 WANITA BATAK 2 1 15 SPONDILOSIS LUMBALIS 5,5

24 34 WANITA BATAK 4 1 22 HNP 8,5

25 70 PRIA BATAK 4 6 16 TRAUMA 6

26 73 PRIA BATAK 6 2 15 SPONDILOSIS LUMBALIS 5,0

27 53 WANITA MELAYU 2 0 16 SPONDILOSIS LUMBALIS 7,5

28 66 WANITA BATAK 1 0 14 SPONDILOSIS LUMBALIS 4,7

29 73 PRIA BATAK 3 0 17 HNP 7

30 61 WANITA BATAK 2 0 18 SPONDILOSIS LUMBALIS 7,2

31 49 WANITA BATAK 2 1 7 SPONDILOSIS LUMBALIS 4,3

32 58 WANITA BATAK 1 0 7 HNP 4

33 34 PRIA JAWA 7 0 12 HNP 6,6


(14)

Lampiran 8

ANALISIS SPSS

FREQUENCY TABLE

SUKU

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid BATAK 29 85.3 85.3 85.3

JAWA 2 5.9 5.9 91.2

MELAYU 1 2.9 2.9 94.1

MINANG 2 5.9 5.9 100.0

Total 34 100.0 100.0

JENIS KELAMIN

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid LAKI LAKI 11 32.4 32.4 32.4

PEREMPUAN 23 67.6 67.6 100.0

Total 34 100.0 100.0

DIAGNOSIS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid HNP 8 23.5 23.5 23.5

SPONDILOSIS

LUMBALIS 23 67.6 67.6 91.2

TRAUMA 3 8.8 8.8 100.0


(15)

KategoriUmur Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid <61 tahun 15 44.1 44.1 44.1

>60 tahun 19 55.8 55.8 100.0

Total 34 100.0 100.0

CORRELATION TEST TABLE

Correlations

VAS TINGKAT KECEMASAN

VAS Pearson

Correlation 1 .640

**

Sig. (1-tailed) .000

N 34 34

TINGKAT KECEMASAN

Pearson

Correlation .640

** 1

Sig. (1-tailed) .000

N 34 34


(16)

NORMALITY TEST TABLE

STATISTIK KARAKTERISTIK NYERI Statistics

VAS SENSORI AFEKTIF

N Valid 34 34 34

Missing 0 0 0

Mean 5.712 4.35 1.38

Std. Deviation 1.9837 3.558 1.792

Range 6.8 14 6

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.

VAS .110 34 .200* .955 34 .175

TINGKAT

KECEMASAN .102 34 .200

* .979 34 .725

*. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction


(17)

29

DAFTAR PUSTAKA

ADDA.2015. Chronic Pain. Anxiety And Depression Association of America.USA.

Adelmanesh et al., 2011.Results from the translation and adaptation oftheIranianShort-Form McGill Pain Questionnaire (I-SFMPQ): preliminary evidence ofits reliability, construct validity and sensitivity in an Iranianpainpopulation. Sports Medicine, Arthroscopy, Rehabilitation, TherapyTechnology 20113:27.

Alshami, A.M., 2014. Physical and psychological aspects of low back pain among Saudi patients: A case-control study.Saudi J Med Med Sci 2014;2:24-9

Ayuningtyas, D.Y., 2012.Tingkat Kecemasan Status Virginitas pada Remaja Putri di Desa Jatisawit Kecamatan Bumiayu. Skripsi. Purwokerto: FakultasPsikologi Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Bener, A., El-Rufaie O.F., Kamran S., Georgievski A.B., Farooq A., Rysavy M., 2006. Disability, Depression and Somatization in Low Back Pain.In: Bener et al., 2013.Psychological Factors: Anxiety, Depression, and SomatizationSymptoms in Low Back Pain Patients. Journal of Pain Research 2013:6 95-101.

Bukit, S.T., 2014. Hubungan Kadar C-Reactive Protein dengan Gangguan Tidur dan Depresi pada Penderita Nyeri Punggung Bawah. Tesis. Medan:FakultasKedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dahlan, M.S., 2013. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel. Edisi 3.Jakarta: Salemba Medika.

DEPKESRI., 2014. Lighting The Hope For Schizoprenia Warnai Peringatan HariKesehatan Jiwa 2014. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.Tersedia:http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:1 9fAGd3o9EsJ:www.depkes.go.id/article/view/201410270010/lighting-the-

hope-forschizoprenia-warnai-peringatan-hari-kesehatan-jiwa-tahun2014.html+&cd=2&hl=id&ct=clnk&gl=id

Engstrom, J.W., 2005. Back and Neck Pain. In: Kasper, D.L., Fauci, A.S., Longo, D.L., Braunwald, E., Hauser, S.L., and Jameson, J.L., eds. 2005. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16th ed. USA:The McGraw Hill Companies,Inc, 94-104.

Hamilton, M. The Assessmen of Anxiety States by Rating. Br. J. Med. Psychol.1959; 32:50-55.


(18)

30

Hall, H.&Mclntosh, G., 2008. Low Back Pain (chronic). Clinical Evidence2008;10:1116.

Hardiani, C. A., 2012.Kecemasan dalam Menghadapai Masa Bebas padaNarapidana Anak di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kutoarjo.Skripsi.Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

Helsley. J.D., 2008.Generalized Anxiety Disorder. In: Vanin. J.R., Helsley. J.D., 2008Anxiety Disorders: A Pocket Guide for Primary Care. USA: Humana Press, 184.

Hestbaek, L., Leboeuf-Yde, C. Manniche, C. 2003. Low Back Pain: What is TheLong-Term Course? In: Pearce, J.M., 2012. A Biographical Studyof Menwith Chronic Low Back Pain.A review of studies of general patientpopulations.European Spine Journal 12, 149-165.

Hong, J.H., Kim, H.D., Shin, H.H., Huh, B., 2014. Assessment of Depression,Anxiety, Sleep Disturbance, and Quality of Life in Patients with ChronicLowBack Pain in Korea. Korean J Anesthesiol 2014 June 66(6): 444-450.

Manchikanti, L., 2000. Epidemiology of Low Back Pain.Pain Physician Vol. 3,No.2, pp 167-192. USA: Pain Management Centre of Paducah, Paducah,KY.McCracken, L. M., Zayfert, C., and Gross, R. T., 1992. The Pain AnxietySymptoms Scale: Development and validation of a scale to measure fear ofpain. Pain 50:67–73. In Vowles K.E., Zvolensky M.J., Gross R.T., SperryJ.A., 2003. PainRelated in the Predicition of Chronic Low Back Pain Distress.Journal of Behavioral Medicine, Vol.27, No.1, February 2004.

Melzack, R., 1987.The Short Form McGill Pain Questionnaire.Pain,30(1987)191-197.

Available:https://www.esahq.org/~/media/ESA/Files/ClinicalTrialNetwork /PLATA/Docs/04A%20Appendix4APLATAManuscript%20sfMGPQ%20 v10%2025FEB2013.ashx

Mok, L.C., Lee, .I.F., 2008. Anxiety, Depression and Pain Intensity in Patients with Low Back Pain Who are Admitted to Acute Care Hospitals. Abstract. Hong Kong: Journal of Clinical Nursing.J Clin Nurs.2008 Jun;17(11):1471-80.

Munir, S., 2012. Analisis Nyeri Punggung Bawah pada Pekerja Bagian FinalPacking dan Part Supply di PT.X Tahun 2012. Tesis. Jakarta: FakultasKesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.


(19)

31

PhiloBeukes., 2012. Pathophysiology of Chronic Back Pain. South African:BeukesMayer.Available:http://www.phillobeukes.co.za/research/l umbar-spine/165-pathophysiology-of-chronic-back-pain.

Polatin, et al., 1993. Psychiatric Illness and Chronic Low Back Pain: The Mindand The Spine which Goes First?. (Phila Pa 1976 ) 1993; 18: 66-71. Price, S.A.& Wilson, L.M., 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis

Proses-ProsesPenyakit. Edisi 6. Jakarta: EGC.

Sadock, B.J.& Sadock, V.A., 2010. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis.Edisi 2. Jakarta: EGC.

Savigny, P. et al., 2009. Low Back Pain: Early Management of Persisten Non-spesific Low Back Pain. In: Pearce, J.M., 2012. A Biographical StudyofMen with Chronic Low Back Pain.London, National CollaboratingCentrefor Primary Care and Royal College of General Practitioners.

Sagheer, M.A., Khan M.F., Sharif S., 2013. Association Between Chronic Low Back Pain, Anxiety and Depression in Patients at a Tertiary Care Centre. J Pak Med Assoc. 2003 Jun;63(6):688-90.

Schell, E. et al., 2008. Stress Biomarkers’ Associations to Pain in The Neck,Shoulder and Back in Healthy Media Workers: 12- Month ProspectiveFollow-Up. Eur Spine J (2008) 17:393-405.

Setyanigrum, M.S., 2014. Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan AngkaKejadian Low Back Pain di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Skripsi.Surakarta:Fakultas Kedokteran Universitas Surakarta.

Shelton, C.I., 2004. Diagnosis and Management of Anxiety Disorders. Articles.USA:The Journal of the American Osteopathic Association, March 2004, Vol.104, S2-S5.

Simamora, D.T., 2014. Hubungan Koping Nyeri dengan Intensitas Nyeri PadaPasien Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan.Skripsi. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Sugiyono. 2010., Statistika untuk Penelitian. Cetakan ke -16, CV.

Alfabeta,Bandungdalam: Valianti R.M. 2012., Motovasi dan Pengaruhnya terhadap efektivitaskerja karyawan pada P.T. Sigma Utama Palembang. Jurnal:Wahana Ekonomika Vol. 9 No. 3, Oktober 2012

Stuart, G.W., 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.

Tudler, M.V.et al., 2006.European Guidelines for The Management of AcuteNonspecific Low Back Pain in Primary Care. Eur Spine J (2006) 15 (Suppl.2):169-191.


(20)

32

Vanin. J.R., 2008.Overview of Anxiety and the Anxiety Disorder In: Vanin. J.R.,Helsley. J.D., 2008 Anxiety Disorders: A Pocket Guide for Primary Care.USA: Humana Press, 8.


(21)

16

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1.Kerangka Konsep Penelitian.

3.2. Definisi Operasional 1. Intensitas Nyeri

Gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu. (Andarmoyo (2013) dalam Simamora (2014).

Cara Ukur : Wawancara

Alat Ukur : Menggunakan kuesioner nyeri Short form McGill yang menggunakan VAS :

Hasil Ukur : Total Skor:

Tidak Nyeri (0-4 mm) Nyeri Ringan (5-44 mm) Nyeri Sedang (45-74 mm) Nyeri Berat (75-100 mm) Skala Pengukuran : Rasio

Tingkat Kecemasan Intensitas


(22)

17

2. Tingkat Kecemasan

Berdasarkan penggolongan, kecemasan dapat dibagi menjadi 4 tingkatan: kecemasan ringan, sedang, berat, dan tingkat panik (Stuart, 2006).

Cara Ukur : Wawancara

Alat Ukur : Menggunakan kuesioner cemas

Hamilton Rating Scale of Anxiety yang terdiri dari 14 pertanyaan dengan pilihan jawaban :

4 = berat sekali 3 = berat 2 = sedang 1 = ringan 0 = tidak ada Hasil Ukur : Total Skor :

0-13 = tidak ada kecemasan 14-17 = kecemasan ringan 18-24 = kecemasan sedang 25 > = kecemasan berat Skala Pengukuran : Rasio

Defenisi operasional dalam penelitian ini akan disimpulkan pada tabel dibawah ini.


(23)

18

Tabel 3.1. :Variabel Penelitian.

NO. Variabel Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1. Intensitas Nyeri Kuesioner nyeri Short form McGill

Total Skor Rasio

2. Tingkat Kecemasan

Kuesioner cemas Hamilton Rating Scale of Anxiety

Total Skor Rasio

3.3. Hipotesa Penelitian

Ada hubungan antara intensitas nyeri dengan tingkat kecemasan pada penderita nyeri punggung bawah kronis di RSUP H. Adam Malik.


(24)

19

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat analitik dengan desain penelitian yang cross sectional(studi potong lintang) bertujuan untuk mengetahui hubungan antara intensitas nyeri dengan tingkat kecemasan pada pasien nyeri punggung bawah kronis. Peneliti menggunakan kuesioner yang akan di sebarkan dalam waktu yang bersamaan untuk mengetahui hubungan intensitas nyeri dengan tingkat kecemasan pada penderita nyeri punggung bawah kronis.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan selama bulan Oktober 2015-November 2015 di Poli Saraf.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien nyeri punggung bawah di RSUP H. Adam Malik Medan.

4.3.2. Sampel

Besar Sampel dalam penelitian ini adalah semua pasien nyeri punggung bawah kronis yang berobat jalan di Poli Saraf RSUP H. Adam Malik Medan.

4.3.3. Besar Sampel Penelitian

Untuk menentukan jumlah sampel yang diambil dapat dihitung dengan menggunakan rumus analitis korelatif (Dahlan, 2013).


(25)

20

Keterangan:

= deviat baku alfa = deviat baku beta

r = korelasi minimal yang dianggap bermakna (Mok & Lee, 2008).

n = besar sampel

= 30,0 + 3

Dengan demikian, besar sampel minimal yang diperlukan dalam penelitian ini adalah 33 orang.

4.3.4. Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara consecutive sampling, dimana semua subyek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subyek yang diperlukan terpenuhi.

4.3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian ini adalah : 1. Kriteria inklusi

a. Pasien NPB yang berobat jalan di Poli Saraf RSUP H. Adam Malik periode Oktober – November 2015.


(26)

21

c. Pasien yang memberikan persetujuan untuk ikut penelitian. d. Pasien yang bisa berbahasa Indonesia.

2. Kriteria eksklusi

a. Pasien dengan riwayat gangguan jiwa sesuai dengan kriteria Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM IV).

b. Pasien dengan riwayat penggunaan obat depresi atau gangguan jiwa lainnya. c. Pasien dengan riwayat gangguan ortopedi atau masalah nyeri sebelumnya.

4.4. Kerangka Penelitian

Gambar 4.1.Kerangka Alur Penelitian. Pasien NPB

Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi

Sampel Penelitian

Kuesioner Short Form Mc Gill

(Penilaian Intensitas Nyeri)

Kuesioner HAM-A (Penilaian Kecemasan)


(27)

22

4.5. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer. Metode pengumpulan data primer menggunakan kuesioner. Alat pengumpul data dalam penelitian ini berupa lembar pengumpulan data yang meliputi data pribadi, diagnosa, riwayat penyakit terdahulu, dan instrument berupa kuesioner short form McGill untuk mengukur intensitas nyeri dan HAM-A untuk mengukur kecemasan.

4.6. Pengolahan dan Analisa Data

Setelah seluruh data yang diperlukan didapat, maka data diperiksa kelengkapan dan ketepatannya. Data yang diperoleh akan diolah dengan menggunakan program komputer SPSS(Statistical Product and Service Solution). Analisa dan penyajian data dilakukan sebagai berikut :

1. Untuk melihat gambaran karakteristik demografi digunakan analisa deskriptif.

2. Untuk melihat gambaran intensitas nyeri digunakan analisa deskriptif. 3. Untuk mengetahui hubungan antara intensitas nyeri dengan tingkat


(28)

23

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Poli Saraf RSUP H. Adam Malik Medan. 5.2. Hasil

5.2.1. Analisis Univariat

Gambaran karakteristik dari keseluruhan pasien nyeri punggung bawah kronis yang berobat jalan ke Poli Saraf RSUP H.Adam Malik Medan pada periode Oktober 2015-November 2015.

Tabel 5.1. : Gambaran karakteristik subjek penelitian

Demografi N %

1. Jenis Kelamin a. Laki-Laki b. Perempuan 2. Suku a. Batak b. Jawa c. Melayu d. Minang 3. Umur

a. <61 tahun b. >60 tahun 4. Diagnosis

a. HNP

b. Spondilosis Lumbalis c. Trauma 11 23 29 2 1 2 15 19 8 23 3 32,4% 67,6% 85.3% 5,9% 2,9% 5,9% 44,1% 55,8% 23,5% 67,6% 8,8%


(29)

24

Dari keseluruhan pasien nyeri punggung bawah kronis yang berobat jalan ke Poli Neurologi, terdapat 34 pasien nyeri punggung bawah yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sehinggadiikutkan dalam penelitian.

Dari 34 orang nyeri punggung bawah kronis yang dianalisa, terdiri dari 11 pria (32,4%) dan 23 (67,6 %) wanita. Kelompok usia terbanyak adalah 61-70 tahun yaitu 13orang (38,2%). Sedangkan jumlah terkecil adalah pada usia 21-30 tahun yaitu 2 orang (5,9%).

Suku bangsa yang terbanyak adalah suku Batak yaitu 29 orang (85,3%) dan yang paling sedikit adalah suku Melayu yaitu 1 orang (2,9%).

Sementara diagnosis yang terbanyak adalah Spondilosis Lumbalis yaitu sebanyak 23 orang (67,6%), 8 orang didiagnosis dengan HNP lumbalis (23,5%), dan sisanya 3 orang didiagnosis Trauma (8,8%).

Tabel 5.2. : Tabel karakteristik nyeri pada NPB kronis dengan SF-MPQ Karakteristik Skor Nyeri Mean SD Sensorik 4,35 3,55 Afektif

VAS

1,38 5,71

1,79 1,98

Dari 34 pasien nyeri punggung bawah kronis yang mengisi kuesioner McGill, didapatkan karakteristik nyeri yang paling menonjol adalah nyeri sensorik dibandingkan dengan nyeri afektif dan nilai VAS).

Setelah data diuji, ternyata didapatkan bahwa data berdistribusi normal dari kedua variable yaitu VAS dan tingkat kecemasan adalah (p> 0,05).Maka dari itu, uji bivariat yang digunakan adalah uji parametrik.

5.2.2. Analisis Bivariat

Uji korelasi dalam penelitian ini menggunakan uji Pearson, menunjukkan bahwa hubungan antara VAS dengan tingkat kecemasan adalah bermakna dengan nilai kekuatan korelasi yang kuat (p < 0,001, r = 0,640).


(30)

25

Tabel 5.3. : Hubungan antara VAS dengan Kecemasan

VAS

r p*

Tingkat Kecemasan 0,640 < 0,001

*Uji Pearson

5.3. Pembahasan

Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan tujuan untuk melihat hubungan antara intensitas nyeri dengan tingkat kecemasan pada penderita nyeri punggung bawah kronis.

5.3.1. Karakteristik Subjek Penelitian

Pada penelitian ini subjek penelitian adalah sebanyak 34 orang, dimana dijumpai lebih banyak perempuan dibandingkan laki-laki, yaitu 32,4% (n=11) laki-laki dan 67,6% (n=23) perempuan. Penelitian Bener et al. (2013) pada penderita nyeri punggung bawah, berdasarkan karakteristik sosiodemografi didapatkanjenis kelamin perempuan lebih banyak dari laki-laki (53,9% : 46,1%). Tingginya level tekanan pada perempuan merupakan kombinasi antara tekanan akibat kerja dan tekanan karena tanggung jawab terhadap keluarga. Hal ini yang mungkin menjadi alasan tingginya insiden nyeri punggung bawah pada perempuan.

Kemudian penelitiandari Hong (2014) pada penderita nyeri punggung bawah, berdasarkan data demografi didapatkan jenis kelamin perempuan lebih banyak dari laki-laki (59,6% : 40,4%).

Pada penelitian ini, rentang usia penderita nyeri punggung bawah kronik terbanyak adalah 61-70 tahun yakni 13 orang. Sementara pada penelitian Benner et al. (2013) dari 1290 pasien, didapatkan 477 responden dengan rentang usia 45-54 tahun.


(31)

26

5.3.2. Hubungan antara VAS dengan Ansietas

Dari hasil penelitian ini didapatkan hubungan yang bermakna antara VAS dengan tingkat kecemasan (p < 0,001, r = 0,640).Studi lain oleh Mok & Lee (2008) didapatkan hubungan tingkat hasil kecemasan sangat bermakna positif berkorelasi dengan intensitas nyeri LBP (p<0.0005, r= 0,471).

Hasil penelitan ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Benner et al. (2014), membandingkan tingkat kecemasan antara penderita nyeri punggung bawah dan bukan penderita nyeri punggung bawah, didapatkan hasil yang bermakna (p< 0,001). Studi ini menyebutkan bahwa faktor-faktor psikologikal berhubungan dengan nyeri punggung bawah. Faktor-faktor psikologikal tersebut dapat meningkatkan intensitas nyeri punggung bawah.

Resiko LBP di temukan sangat tinggi pada perempuan, dalam studi Sagheer (2013) ditemukan hubungan signifikan pada kecemasan dengan jenis kelamin (p<0.01).

Alshami A.M.(2014) melakukan penelitian dengan menggunakan kuesioner DASS, dimana ia membandingkan kelompok nyeri punggung bawah dan bukan nyeri punggung bawah, didapatkan hasil yang bermakna antara VAS dengan tingkat kecemasan (p = 0,012).

Beberapa mekanisme yang menghubungkan antara stress dan nyeri punggung bawah.Misalnya sejumlah biomarker stress pada pasien nyeri muskuloskleteal berhubungan dengan regenerasi / aktivitas anabolic yang akan menurunkan level Neuropeptide Y (NPY), albumin, growth hormone (GH) ,high density lipoproteins (HDL) dan dehydroepiandosterone sulphate (DHEAS-S), yang mungkin berhubungan dengan perubahan regulasi dari axis hipotalamus-pituitary-adrenal. Nilai albumin yang rendah terlihat pada proses inflamasi dan katabolisme. Studi ini menunjukkan nilai albumin meningkat jika nyeri berkurang ataupun sebaliknya. Konsentrasi albumin merupakan gambaran tingkat anabolisme sacara umum, yang sesuai dengan penurunan DHEA-S, growth hormone, dan tingginya nilai insulin pada pasien dengan nyeri.Mekanisme lain yang mungkin berpengaruh adalah emosi seperti stress, dapat mempengaruhi system modulasi nyeri dan jaras utama desending nyeri (Schell et al. 2008).


(32)

27

Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa penyebab utama dari gangguan ansietas menyeluruh adalah multifactorial bukan hanya satu penyebab, sederhana, sehingga dengan demikian, penangangan pada pasien dengan gangguan cemas menyeluruh harus multifactoria l juga (Helsley, 2008).


(33)

28

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan analisa bivariat, didapatkan hubungan bermakna anatara VAS dengan tingkat kecemasan (p < 0,001, r = 0,640).

2. Dari34 orang nyeri punggung bawah kronis yang dianalisa, terdiri dari 11 pria (32,4%) dan 23 (67,6 %) wanita dengan suku bangsa terbanyak adalah Batak (85,3%) dengan rentang umur terbanyak 61-70 tahun (38,2%) .

3. Berdasarkan karakteristik subjek penelitian, diagnosis responden terbanyak ialah Spondilosis Lumbalis yaitu sebanyak 23 orang (67,6%).

4. Dari 34 pasien nyeri punggung bawah kronis yang mengisi kuesioner McGill di dapati nyeri sensorik lebih menonjol dibandingkan nyeri afektif.

6.2. Saran

Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka dapat diberikan saran sebagai berikut :

1. Nyeri punggung bawah banyak menunjukkan masalah psikologikal yang juga merupakan masalah penting bagi petugas kesehatan.

2. Perlu ditingkatkan penatalaksanaan nyeri yang tepat agar menurunkan angka intensitas kecemasan pada penderita nyeri punggung bawah.

3. Fisioterapi yang rutin perlu disarankan kepada pasien sehingga intensitas dari nyeri punggung bawahnya berkurang.


(34)

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Nyeri Punggung Bawah 2.1.1. Definisi

Menurut van Tudler et al. (2006) nyeri punggung bawah digambarkan sebagai nyeri dan ketidaknyamanan,terlokalisir di bawah pinggiran kosta dan di atas lipatan gluteus inferior, dengan ada atau tidaknya nyeri pada kaki. Nyeri punggung bawah akut umumnya didefinisikan sebagai suatu episode nyeri punggung bawah kurang dari 6 minggu; nyeri punggung bawah subakut adalah nyeri punggung bawah menetap antara 6-12 minggu; nyeri punggung bawah kronik adalah nyeri punggung bawah menetap lebih dari 12 minggu.

Nyeri punggung bawah dapat berkaitan dengan gangguan pada vertebra lumbar, diskus intervertebralis, ligamentum di sekitar tulang belakang dan diskus, saraf tulang belakang dan saraf, otot-otot punggung bawah, organ panggul dan perut, dan kulit yang menutupi area lumbal.

2.1.2. Epidemiologi

Menurut Andersson (1995) dalam Munir (2012). Nyeri punggung bawah merupakan persoalan yang sering di jumpai pada negara-negara industri. Pada populasi di Eropa 40-80% pernah mengalami keluhan nyeri pinggang dalam hidupnya dan insiden tahunan menunjukan angka 5%.Sebuah survei pada 2685 laki-laki di inggris, menemukan 23% mengalami nyeri pada daerah lumbal.

Sekitar 80% orang Amerika mengalami LBP selama masa hidup mereka.Diperkirakan 15-20% memiliki rasa sakit terus menerus, dan sekitar 2-8% mengalami nyeri kronis.LBP merupakan penyebab kedua setelah flu biasa yangmenyebabkan waktu kerja hilang; LBP adalah penyebab paling sering kelima untuk rawat inap dan alasan ketiga yang paling umum untuk menjalani prosedur pembedahan.Produktivitas kerugian LBP kronis mendekati $28 miliarsetiap tahun di Amerika Serikat (PhilloBeukes,2012).


(35)

6

2.1.3. Faktor Resiko

Faktor resiko nyeri punggung bawah banyak, tapi tidak ada penyebab yang meyakinkan. Lihat Tabel 2.1. Faktor resiko yang mungkin termasuk faktor genetika, usia, dan merokok. Faktor resiko yang besar kemungkinannya termasuk pernah ada riwayat sakit punggung, ketidakpuasan kerja, postur kerja statis, mengangkat, getaran, obesitas, dan faktor psikososial (Manchikanti, 2000).

Tabel2.1.:Faktor resiko NPB.

Penyebab Memungkinkan Bisa Menimbulkan TidakAdaHubungan

Tidak ada Genetik Mengangkat Tinggi Badan

Usia Getaran Skoliosis

Merokok Faktor psikososial Kifosis

Jenis Kelamin Leg-length discrepancy Obesitas Aktifitas fisik

Pekerjaan fisik yang berat

Postur tubuh kerja yang statis

Pernah alami sakit punggung

Kerja yang tidak puas

Sumber: Manchikanti, 2000.

Faktor psikologikal juga termasuk umum di temukan pada pasien nyeri punggung bawah (Bener(2006) dalam Bener et al.(2013).


(36)

7

2.1.4. Etiologi

Nyeri punggung dapat disebabkan oleh berbagai kelainan yang terjadi pada tulang belakang, otot, diskus intervertebralis, sendi, ataupun struktur lain yang menyokong tulang belakang. Kelainan tersebut antara lain (Engstrom, 2005):

1. Kelainan kongenital spina lumbalis:Spondilolisis terdiri atas defek tulang yang mungkin disebabkan oleh trauma pada segmen yang telah mempunyai kelainan kongenital di daerah pars interartikularis. Defek biasanya paling bagus dilihat dengan dengan proyeksi obliquepada x-ray datar atau CT scan dan muncul dalam keadaan cedera tunggal.

2. Kelainan trauma: Seorang pasien yang mengeluh nyeri bagian belakang tubuh dan ketidakmampuan untuk menggerakan tungkai dapat mempunyai suatu tulang belakang yang fraktur. Sprain (terkilir, keseleo) dan strain (teregang) punggung bawah dikaitkan dengan cedera minor yang berhubungan dengan mengangkut objek berat, jatuh, atau deselerasi tiba-tiba seperti kecelakaan yang mengakibatkan spasme otot. Fraktur vertebra dihasilkan oleh cedera yang menyebabkan kompresi atau penekanan anterior sebagian besar fraktur pada korpus vertebra lumbal terjadi akibat cedera fleksi dan terdiri atas fraktur kompresi. Pada trauma yang lebih berat, pasien dapat mengalami dislokasi fraktur, fraktur terbuka yang bukan hanya melibatkan korpus vertebra tetapi juga elemen posteriornya.

3. Penyakit Diskus Lumbalis: keadaan ini merupakan penyebab utama nyeri punggung bagian bawah dan tungkai yang kronik, berat atau rekuren dan biasanya terjadi pada level L4-L5 dan L5-S1. Penyebabnya biasanya tidak diketahui; faktor resiko lebih tinggi pada individu overweight.

4. Kondisi Degeneratif: Stenosis spinal lumbalis dideskripsikan sebagai kanalis spinal lumbalis yang menyempit. Ketika penyakit ini semakin parah, klaudikasi neurogenik yang terdiri dari nyeri punggung, kaki dan bokong akan terinduksi dengan berjalan atau berdiri lalu akan lega jika duduk, akan terjadi.


(37)

8

Gejala pada kaki biasanya bilateral. Berbeda dengan klaudikasi vaskular, gejala dipicu dengan berdiri tanpa berjalan.

5. Arthritis: Spondilosis, atau penyakit tulang tipe osteoartritis yang lebih sering terjadi ini biasanya ditemukan pada usia lanjut dan dapat melibatkan spinal servikalis dan lumbo-sakral. Pasien sering mengeluhkan rasa nyeri berpusat di tulang belakang dan bertambah berat ketika bergerak dan berhubungan dengan keterbatasan gerak. Ankylosingspondilitis merupakan bentuk dari penyakit atritis tulang belakang yang sering ditemui dengan onset NPB.Gambaran awal perjalanan penyakitnya dilukiskan sebagai gejala ”rasa kaku di pagi hari”. 6. Neoplasma nyeri punggung merupakan simptom neurologis yang umum pada

pasien dengan kanker sistemik dan biasanya berhubungan dengan ke metastasis vertebralis. Karsinoma metastasis (payudara,paru, prostat,tiroid, ginjal dan saluran pencernaan). Nyeri yang diraskan cenderung konstan, tumpul, tidak hilang oleh istirahat, dan bertambah parah saat malam. 7. Infeksi/inflamasi: vertebral ostemyelitis biasanya disebabkan oleh

stafilokokus tetapi bisa juga disebabkan oleh bakteri lain atau mycobakterium tuberkulosis (Pott’s disease). Sumber primer infeksi cenderung adalah saluran kemih, kulit, atau paru, didapatkan pada 40% pasien.

8. Metabolik: Immobilisasi atau kelainan sistemik yang mendasari seperti osteomalasia, hiperparatiroid, multiple myeloma, karsinoma metastasis, atau pengguna glikokortikoid bisa mempercepat osteoporosis dan membuat korpus vertebra lemah. Penyebab paling umum fraktur korpus vertebra yang bukan disebabkan trauma adalah osteoporosis postmenopausal atau senile.Manifestasi tunggal dari fraktur kompresi bisa berupa nyeri yang terlokalisir yang dieksaserbasi oleh pergerakan.

9. Vaskular: Penyakit dari toraks, abdomen, atau pelvis bisa mengalihkan nyeri ke bagian posterior dari segmen spinalis yang menginervasi organ yang terkena. Terkadang, NPB adalah pertama dan satu-satunya tanda. Tanda lokal seperti nyeri pada saat palpasi dan spasme paraspinal tidak ditemukan dan sedikit atau pergerakan spinal yang tidak menimbulkan nyeri. Nyeri punggung menjadi tanda pertama.


(38)

9

10.Penyakit Psikiatri: Pasien dengan nyeri punggung kronik memiliki riwayat penyakit psikiatri (depresi, cemas, penyiksaan terhadapnya) yang dimana menimbulkan onset dari sakit punggung.

2.1.5. Patofisiologi

Beberapa struktur peka terhadap nyeri punggung bawah yang dimana bila terangsang oleh berbagai stimulus lokal terhadap reseptor-resptornya; periosteum, sepertiga bagian luar anulus fibrosus, ligamentum, kapsula artikularis, fasia dan otot. Semua struktur tersebut mengandung nosiseptor yang peka terhadap berbagai stimulus (mekanikal, termal, kimiawi). Maka keluarlah berbagai mediator inflamasi dan substansi lainnya, yang menyebabkan timbulnya persepsi nyeri, hyperalgesia maupun allodynia dimana bertujuan mencegah pergerakan untuk memungkinkan kelangsungan proses penyembuhan. Terdapat proses untuk mencegah kerusakan yaitu spasme otot yang untuk membatasi pergerakan. Namun Spasme otot ini menyebabkan iskemia dan sekaligus menyebabkan munculnya titik picu (trigger points), yang merupakan salah satu kondisi nyeri (Meliala dkk.(2003) dalam Bukit (2014).

2.1.6. Short form McGill.

SF-MPQ terdiri dari tiga bagian. Komponen utama/ bagian pertama terdiri dari 15 kata (11 sensorik dan 4 afektif), yang dinilai sendiri oleh pasien sesuai dengan keparahan mereka pada skala 4 titik (0 = tidak ada, 1= ringan, 2 = sedang, 3 = berat), hal ini menghasilkan 3 nilai yaitu, skor sensorik dan afektif dihitung dengan menambahkan nilai sensorik dan afektif secara terpisah, dan total skornya adalah jumlah dari dua skor yang disebutkan tadi.

Bagian kedua adalah VAS (Visual Analog Scale), merupakam garis 10cm garis horizontal dengan batas yang jelas dengan batas deskriptif mulai dari “tidak

sakit” dengan “nyeri terburuk”. Intensitas nyeri ditandai dengan cm, dan sebagai

bukti mewakili intensitas nyeri pasien saat menyelesaikan kuesioner.

Bagian ketiga dari SF-MPQ ialah PPI (Pain Present Intensity), yang merupakan 6 poin skala penilaian verbal. Dalam skala ini, pasien diminta untuk


(39)

10

memilih antara enam kata, dari 0 = tidak ada sampai 5 = menyiksa; pilih kata yang paling tepat menggambarkan intensitas keseluruhan rasa sakit mereka di saat akhir menyelesaikan kuesioner (Adelmanesh et al., 2011)

2.2. Kecemasan 2.2.1. Definisi

Menurut Wiramihardja (2005) dalam Hardiani (2012), kecemasan sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari,maka dari itu kecemasan merupakan suatu hal yang wajar pernah dialami oleh setiap manusia. Kecemasan adalah suatu perasaan bersifat umum, dimana seseorang kehilangan kepercayaan diri dan merasa ketakutan yang tidak jelas asal maupun wujudnya.

Cemas ialah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya(Stuart, 2006).

Cemas cenderung menimbulkan kebingungan dan distorsi persepsi, tidak hanya persepsi waktu dan ruang tetapi juga orang dan arti peristiwa. Cemas mempengaruhi pikiran, persepsi, dan pembelajaran(Sadock, 2010).

2.2.2. Epidemiologi

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, menunjukkan bahwa prevalensi gangguan mental emosional yang timbul dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan ialah sebesar 6% untuk usia 15 tahun ke atas atau sekitar 14 juta orang, maka dari itu beban penyakit dari penyakit jiwa di Indonesia masih sangat besar (DEPKESRI 2014).

2.2.3. Faktor Resiko

Menurut penelitian Malonda (1999) dalam Ayuningtyas (2012) dalam faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan yaitu:

1. Faktor umur : tingkat kematangan seseorang dalam berfikir. 2. Faktor pendidikan : tingkat pengetahuan seseorang.

3. Faktor pendapatan : tingkat kemampuan seseorang mencukupi kebutuhannya. 4. Faktor pengalaman : sesuatu yang pernah dialami.


(40)

11

2.2.4. Tingkat Kecemasan

Menurut Stuart (2006), Kecemasan mempunyai berbagai tingkatmenggolongkan sebagai berikut :

1. Kecemasan ringan

Adanya ketegangan dalam kehidupan sehari-hari; kecemasan ini membuat individu menjadi waspada dan meningkatkan lapangan pencerapannya. Kecemasan ini juga berperan dalam menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas dan memotivasi belajar

2. Kecemasan sedang

Individu menjadi lebih berfokus pada hal yang penting dan mengesampingkan hal lain. Kecemasan ini mempersempit lapangan pencerapannnya. Dengan demikian, individu mengalami tidak perhatian yang selektif namun jika diarahkan untuk melakukannya individu dapat berfokus pada lebih banyak area.

3. Kecemasan berat

Kecemasan berat sangat mengurangi lapangan pencerapan individu. Individu cenderung berfokus pada hal yang spesifik dan rinci serta tidak berpikir tentang hal yang lain. Individu memerlukan arahan yang banyak untuk berfokus pada daerah yang lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan.

4. Tingkat panik.

Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror.Karena mengalami kehilangan kendali, hal yang rinci terpecah dari proporsinya.Individu menjadi tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panik dapat menimbulkan peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan berhubungan dengan orang lain, disorganisasi kepribadian, persepsi menyimpang, dan kehilangan pemikiran rasional; jika berlangsung terus menerus dalam waktu yang lama menimbulkan kematian


(41)

12

2.2.5. Gejala Klinik

Menurut Stuart (2006), gejala dan gambaran klinis cemas adalah : 1. Secara Fisiologis:

a. Kardiovaskuler : palpitasi, jantung “berdebar”, tekanan darahmeningkat, rasa ingin pingsan, tekanan darah menurun, denyut nadi menurun.

b. Pernapasan : napas cepat, sesak napas, tekanan pada dada, napas dangkal, pembengkakan pada tenggorokan, sensasi tercekik dan terengah-engah.

c. Neuromuskular : refleks meningkat, reaksi terkejut, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, rigiditas, gelisah dan mondar-mandir, wajah tegang, kelemahan umum, sertatungkai lemah dan gerakan yang janggal.

d. Gastrointestinal : kehilangan nafsu makan,menolak makan, rasa tidak nyaman pada abdomen, mual, diare dan nyeri pada ulu hati.

e. Saluran perkemihan : tidak dapat menahan kencing, sering berkemih.

f. Kulit : wajah kemerahan, berkeringat setempat (telapak tangan), gatal, rasa panas dandingin pada kulit, wajah pucat, berkeringat seluruh tubuh.

2. Secara Psikologis;

a. Perilaku : gelisah, ketegangan fisik, tremor, reaksi terkejut, bicaracepat, kurang koordinasi, cenderung mengalami cedera, menarik diri dari hubunganinterpersonal, melarikan diri dari masalah, hiperventilasi serta sangat waspada;

b. Kognitif : perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam memberikan penilaian, preokupasi, hambatan berpikir, lapang persepsi menurun, kreativitas menurun, produktivitas menurun, bingung, sangat waspada, kesadaran diri meningkat, kehilangan objektivitas, takut kehilangan kendali, takut pada gambaran visual, takut cedera (kematian), dan mimpi buruk; Afektif: mudah terganggu, tidaksabar, gelisah, tegang, gugup, ketakutan, waspada, kengerian dan kekhawatiran ,kecemasan, rasa bersalah dan malu.


(42)

13

2.2.6. Patofisiologi

Tubuh manusia berusaha untuk mempertahankan homeostasis setiap saat.Apa pun yang di lingkungan mengganggu homeostasis didefinisikan sebagai stressor.Keseimbangan homeostatis kemudian dibangun kembali oleh adaptasi fisiologis yang terjadi dalam menanggapi respon stres.

Respon stres pada manusia melibatkan kaskade kejadian hormonal, termasuk pelepasan corticotropin-releasing factor (CRF), yang pada gilirannya, merangsang pelepasan kortikotropin, yang menyebabkan pelepasan hormon stres (glukokortikoid dan epinefrin) dari adrenal korteks. Glukokortikoid biasanya mengerahkan umpan balik negatif ke hipotalamus, sehingga mengurangi pelepasan CRF.

Amigdala adalah modulator utama dari respon takut ataupun kecemasan, yang merangsang stimulus.Ketika diaktifkan, amigdala merangsang daerah otak tengah dan batang otak, menyebabkan hiperaktivitas otonom, yang dapat dikorelasikan dengan gejala fisik kecemasan.Dengan demikian, respon stres melibatkan aktivasi aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal.Sumbu ini adalah hiperaktif dalam depresi dan kecemasan.

Glukokortikoid mengaktifkan lokus caeroleus, yang dimana mengirimkan sebuah pengaktifan kembali proyeksi yang kuat ke amigdala dengan menggunakan norepinefrin neurotransmitter.Amigdala kemudian mengirimkan CRF lebih, yang mengarah ke sekresi glukokortikoid berlebihan, dan menghasilkan siklus buruk dari umpan balik antara pikiran dan tubuh. Kontak yang terlalu lama system saraf pusa tdengan hormone glukokortikoid akan menghabiskannya tingkat norepinefrin dalam lokus caeruleus. Dimana norepinefrin adalah neurotransmitter penting yang terlibat dalam perhatian, kewaspadaan, motivasi, aktivitas, dan mungkin selanjutnya yang terjadi ialah timbulnya depresi (Shelton, 2004).


(43)

14

2.2.7. Hammilton Anxiety Rating Scale

Hammilton Anxiety Rating Scale (HAM-A) untuk mengukur gejala kecemasan yang muncul pada individu yang mengalami kecemasan. Terdapat 14 item pertanyaan, setiap item yang dinilai dengan 5 tingkatan skor, antara 0 (tidak ada) sampai dengan 4 (berat). Penentuan derajat kecemasan skor, skor 0-13 berarti tidak ada kecemasan, 14-17 kecemasan ringan, 18-24 kecemasan sedang, 25>kecemasan berat (Hamilton, 1959).

2.2.8. Hubungan LBP dengan Kecemasan

Temuan studi menunjukkan bahwa LBP adalah masalah yang umum ditemukan pada populasi umum.Data menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan diamati antara tekanan psikologis dan prevalensi LBP.Somatisasi adalah lebih umum di LBP, diikuti oleh depresi. Selain itu, faktor sosiodemografi seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, kelebihan berat badan, dan merokok merupakan faktor pencetus LBP (Bener (2006) dalam Bener et al. ( 2013).

Gangguan ansietas menyeluruh sering terjadi pada pasien dengan penyakit kronis. Penyebab gangguan ansietas menyeluruh sampai sekarang tidak diketahui dengan pasti. Studi pada binatang dan beberapa studi lain menyebutkan bahwa disfungsi dari berbagai neurotransmitter merupakan penyebab gangguan ansietas menyeluruh. Serotonin, norepinephrin, dan - aminobutyric acid (GABA) disregulasi mempunyai peranan penting. Studi lain menunjukkan keterlibatan glutamat pada gangguan cemas dan mood. Glutamat adalah neurotransmitter asam amino yang meningkatkan transmisi sinaptik. Disregulasi glutamat di otak

menyebakan peningkatan “rapid firing” dari jalur respon cemas, sehingga muncul gejala-gelaja yang disebut dengan gangguan cemas(Helsley, 2008).

Neurotransmitter adalah messager kimiawi di otak, dan hormone membawa message ke seluruh tubuh. Hipotalamus melepaskan corticotropin releasing factor (CRF) yang mencetuskan pelepasan hormone adrenocorticotropin (ACTH) dari glandula pituitary.Hormon adrenocorticotropin menstimulasi pelepasan cortisol dan glandula adrenal.Hormon stress ini dilepaskan di aliran darah dan memberikan efek ke otak, mempertahankan integritas psikologi.


(44)

15

Cortisol menyebabkan terjadinya umpan balik negative. Amigdala adalah modulator utama dari respon takut ataupun kecemasan, yang merangsang stimulus. Ketika diaktifkan, amigdala merangsang daerah otak tengah dan batang otak, menyebabkan hiperaktivitas otonom, yang dapat dikorelasikan dengan gejala fisik kecemasan.Dengan demikian, respon stres melibatkan aktivasi aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal.Sumbu ini adalah hiperaktif dalam depresi dan kecemasan (Vanin, 2008).


(45)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Nyeri punggung bawah (NPB) adalah kondisi umum yang dimana akan mempengaruhi banyak orang pada titik tertentu selama kehidupan mereka. Untuk sebagian besar orang, sakit dan gangguan yang terkait akan teratasi dan mereka akan kembali ke aktivitas normal.Pada sebagian kecil dari mereka akan mengalamisakit dan gangguan tersebut namun nyeri jangka panjang yang terus menurus dan keterbatasan yang menetap selama lebih dari setahun membuat mereka tidak mungkin untuk kembali ke aktivitas normal (Savigny et al. (2009) dalam Pearce (2012).

Nyeri punggung bawah merupakan penyakit yang sering dijumpai, dan telah di observasi sebanyak 70-85% dari populasi yang pernah mengalami nyeri punggung ini setidaknya sekali selama seumur hidupnya (Ha JY dkk. (2011) dalam Bukit (2014).

Nyeri punggung bawah merupakan gangguan yang cukup sering di jumpai. Nyeri punggung di Amerika Serikat diperkirakan menghabiskan biaya antara 20 dan 50 milyar US$ per tahunnya. Setiap 3% sampai 4% populasi mengalami disabilitas temporer dan 1% dari populasi usiakerja mengalami kecacatan total akibat masalah nyeri punggung bawah (Price et al.2002).

Berdasarkan Data Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) tahun 2002, terdapat 4.456 orang mengalami nyeri, sekitar 819 orang (35,86%) mengeluhkan nyeri punggung bawah, Sehinga disimpulkan bahwa NBP menduduki tingkat kedua pada kasus nyeri. Dari kunjungan pasien di beberapa rumah sakit, data epidemiologi Jawa Tengah melaporkan terdapat sekitar 40% mengalami NBP (Purnamasari(2010) dalam Setyanigrum (2014).

Lebih dari 70 % dari orang-orang di negara-negara maju akan mengalami nyeri punggung bawah pada beberapa waktu dalam kehidupan mereka. Setiap tahun, 15-45 % orang dewasa menderita nyeri punggung bawah, dan satu per dua


(46)

2

puluh orang yang hadir ke rumah sakit dengan episode baru. Sekitar 2-7 % orang dengan nyeri punggung bawah akut akan menuju untuk menjadi kronis. Low back pain (nyeri punggung bawah) adalah yang paling umum terjadi antara umur 35-55 tahun (Hall et al., 2008).

Satu tahun dari episode pertama nyeri punggung bawah mereka, 62% masih memiliki rasa sakit dan 16% dari mereka tidak dapat bekerja, mengingat mereka tidak mampu kembali bekerja (HestBaek et al. (2003) dalam Pearce (2012).

Sakit punggung lebih sering terjadi pada orang dengan kecemasan dan gangguan mood dibandingkan dengan mereka yang tidak ada sama sekali. Penyakit, kecelakaan, dan infeksi adalah salah satu penyebab sakit punggung. Gejala termasuk nyeri persisten atau kekakuan di mana saja sepanjang tulang belakang; tajam, nyeri lokal pada leher,punggung atas, atau punggung bawah, terutama setelah mengangkat benda berat atau terlibat dalam aktivitas berat; dan sakit kronis di tengah atau punggung bagian bawah, terutama setelah duduk atau berdiri untuk waktu yang lama (ADAA, 2010).

Pada 200 pasien dengan nyeri punggung bawah kronik yang memasuki program pemulihan fungsional, dilakukan penilaian dan masa sindroma kejiwaan; didapat 59% menunjukan gejala saat ini setidaknya satu diagnostik psikiatri. Yang paling umum adalah depresi berat, penyalahgunaan zat dan gangguan kecemasan. Terakhir dan yang paling penting adalah pasien dengan riwayat timbulnya sindrom psikiatri, 54% dari mereka dengan depresi, 94% dari mereka dengan penyalahgunaan zat, dan 95% dari mereka dengan gangguan kecemasan memiliki pengalaman akan sindroma ini sebelum timbulnya sakit punggung (Polatin et al., 1993).


(47)

3

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

Apakah ada hubungan intensitas nyeri dengan tingkat kecemasan pada penderita nyeri punggung bawah kronis pada RSUP H. Adam Malik Medan?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan intensitas nyeri dengan tingkat kecemasan pada penderita nyeri punggung bawah kronis di RSUP H. Adam Malik.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui gambaran nyeri pada penderita nyeri punggung bawah kronis di Poli Saraf RSUP H. Adam Malik.

2. Mengetahui gambaran karakteristik pada penderita nyeri punggung bawah kronis di Poli Saraf RSUP H. Adam Malik.

3. Mengetahui gambaran demografi penderita nyeri punggung bawah kronis di Poli Saraf RSUP H. Adam Malik.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk : 1. Manfaat Penelitian untuk Ilmu Pengetahuan

Memberikan kontribusi keilmuan mengenai hubungan intensitas nyeri dengan tingkat kecemasan pada penderita nyeri punggung bawah sehingga dapat memberikan penatalaksanaan yang optimal.

2. Manfaat Penelitian untuk Penulis

Memberikan kontribusi penelitian mengenai hubungan intensitas nyeri dengan tingkat kecemasan pada penderita nyeri punggung bawah dan diharapkan dapat memberikan terapi preventif pada penderita nyeri punggung bawah.


(48)

4

3. Manfaat Penelitian untuk Masyarakat

Penelitian ini diharapkan agarmasyarakat mendapatpengetahuan tentang adanya hubungan antara intensitas nyeri dengan tingkat kecemasan.


(49)

iv

ABSTRAK

Latar belakang dan Tujuan : Nyeri punggung bawah, merupakan masalah ekonomi dan kesehatan, mengenai 80% dari seluruh populasi. Nyeri punggung bawah merupakan nyeri muskuloskletal kronik yang menyebabkan disabilitas dan merupakan kondisi kompleks yang disebabkan berbagai faktor. Bukti ini menunjukkan gangguan psikososial dan faktor psikologikal berhubungan dengan nyeri punggung bawah. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara intensitas nyeri dan tingkat kecemasan.

Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan metode potong lintang pada pasien nyeri punggung bawah kronik di RSUP H. Adam Malik Medan periode Oktober 2015- November 2015. Short Form- McGill Pain Quesionner (SF-MPQ) digunakan untuk menilai intensitas nyeri.Tingkat kecemasan dinilai dengan menggunakan kuesioner HAM-A.

Hasil: Dari 34 pasien, terdiri dari 32,4% laki-laki dan 67,4% wanita. Nyeri punggung bawah kronik sering dijumpai pada suku Batak (85,3%). Kuesioner SF-MPQ, ditemukan bahwa nyeri sensorik lebih sering dijumpai dibandingkan dengan nyeri afektif. Korelasi Pearson menunjukkan hubungan yang bermakna antara intensitas nyeri dan tingkat kecemasan (p < 0,001, r = 0,640).

Kesimpulan : Dengan demikian, distres psikologikal seperti kecemasan sering pada pasien nyeri punggung bawah kronik. Dijumpai hubungan yang bermakna antara intensitas nyeri dan tingkat kecemasan


(50)

v

ABSTRACT

Background and Purpose: Low back pain (LBP), an increasing economic and health problem, affects nearly 80% of the general population. Low Back Pain is the most prevalent form of chronic musculoskeletal pain world wide, often leading to disability and a complex condition produced by multiple factors. There is an evidence that psychosocial difficulties and psychological factors might be associated with LBP. The aim of this study is to access correlation between pain intensity and anxiety

Subjects and methods: This was an observational cross-sectional study

performed on chronic low back pain patients in Adam Malik General Hospital from July 2015 until October 2015. Short Form- McGill Pain Quesionner (SF-MPQ) was used to identify pain intensity. Anxiety was assessed using HAM-A Results: Of the 34 patients, the study sample consisted of 32,4% males and 67,6% females. LBP was significantly higher in Bataknese (85,3%). Using SF-MPQ questioner, we found that sensoric pain was more common than affective pain. Pearson correlation shows there is a significant correlation between pain intensity and anxiety (p < 0,001, r = 0,640).

Conclusion: Furthermore, psychological distress such as anxiety were more prevalent in LBP patients. There was significant correlation between pain intensity and anxiety.


(51)

HUBUNGAN INTENSITAS NYERI DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PENDERITA NYERI PUNGGUNG BAWAH KRONIS DI RSUP H.

ADAM MALIK

Oleh :

Kevin Imansyah Harahap 120100375

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(52)

HUBUNGAN INTENSITAS NYERI DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PENDERITA NYERI PUNGGUNG BAWAH KRONIS DI RSUP H.

ADAM MALIK

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh:

NAMA : KEVIN IMANSYAH HARAHAP

NIM : 120100375

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(53)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Hubungan Intensitas Nyeri dengan Tingkat Kecemasan pada Penderita Nyeri Punggung Bawah Kronis di RSUP H. Adam Malik

Nama: Kevin Imansyah Harahap NIM: 120100375

Pembimbing Penguji I

(dr. Irina Kemala Nasution, Sp.S) (dr. Winra Pratita, M.Ked(Ped), Sp.A) NIP. 19800903 200604 2 001 NIP. 19831008 200812 2 002

Penguji II

(dr Yuki Yunanda, M.Kes) NIP. 19790622 200312 1 001

Medan, 07 Desember 2015 Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) NIP. 19540220 198011 1 001


(54)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkah dan anugera yang diberikan-Nya, serta atas petunjuk dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Hubungan Intensitas Nyeri dengan Tingkat Kecemasan pada Penderita Nyeri Punggung Bawah Kronis di RSUP H. Adam Malik”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dalam rangka syarat dalam menyelesaikan pendidikan sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada para pihak yang turut membantu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, antara lain kepada:

1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Irina Kemala Nasution, Sp.S, selaku dosen pembimbing yang dengan sepenuh hati telah meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun Proposal Karya Tulis Ilmiah ini. 3. Kepada orang tua penulis Ayahanda dr. Syahbuddin Harahap Sp.B, Ibunda

penulis Umi Kalsum yang selalu mendukung, memberikan doa serta cinta kasih mereka yang tiada henti kepada penulis.

4. Seluruh staf pengajar yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa pendidikan.

5. Kepada teman-teman satu angkatan stambuk 2012 yang tidak mungkin disebutkan namanya satu persatu, yang telah memberi saran, kritik, dukungan materi, dan moril dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Penulis,

Kevin Imansyah Harahap NIM. 120100375


(55)

iv

ABSTRAK

Latar belakang dan Tujuan : Nyeri punggung bawah, merupakan masalah ekonomi dan kesehatan, mengenai 80% dari seluruh populasi. Nyeri punggung bawah merupakan nyeri muskuloskletal kronik yang menyebabkan disabilitas dan merupakan kondisi kompleks yang disebabkan berbagai faktor. Bukti ini menunjukkan gangguan psikososial dan faktor psikologikal berhubungan dengan nyeri punggung bawah. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara intensitas nyeri dan tingkat kecemasan.

Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan metode potong lintang pada pasien nyeri punggung bawah kronik di RSUP H. Adam Malik Medan periode Oktober 2015- November 2015. Short Form- McGill Pain Quesionner (SF-MPQ) digunakan untuk menilai intensitas nyeri.Tingkat kecemasan dinilai dengan menggunakan kuesioner HAM-A.

Hasil: Dari 34 pasien, terdiri dari 32,4% laki-laki dan 67,4% wanita. Nyeri punggung bawah kronik sering dijumpai pada suku Batak (85,3%). Kuesioner SF-MPQ, ditemukan bahwa nyeri sensorik lebih sering dijumpai dibandingkan dengan nyeri afektif. Korelasi Pearson menunjukkan hubungan yang bermakna antara intensitas nyeri dan tingkat kecemasan (p < 0,001, r = 0,640).

Kesimpulan : Dengan demikian, distres psikologikal seperti kecemasan sering pada pasien nyeri punggung bawah kronik. Dijumpai hubungan yang bermakna antara intensitas nyeri dan tingkat kecemasan


(56)

v

ABSTRACT

Background and Purpose: Low back pain (LBP), an increasing economic and health problem, affects nearly 80% of the general population. Low Back Pain is the most prevalent form of chronic musculoskeletal pain world wide, often leading to disability and a complex condition produced by multiple factors. There is an evidence that psychosocial difficulties and psychological factors might be associated with LBP. The aim of this study is to access correlation between pain intensity and anxiety

Subjects and methods: This was an observational cross-sectional study

performed on chronic low back pain patients in Adam Malik General Hospital from July 2015 until October 2015. Short Form- McGill Pain Quesionner (SF-MPQ) was used to identify pain intensity. Anxiety was assessed using HAM-A Results: Of the 34 patients, the study sample consisted of 32,4% males and 67,6% females. LBP was significantly higher in Bataknese (85,3%). Using SF-MPQ questioner, we found that sensoric pain was more common than affective pain. Pearson correlation shows there is a significant correlation between pain intensity and anxiety (p < 0,001, r = 0,640).

Conclusion: Furthermore, psychological distress such as anxiety were more prevalent in LBP patients. There was significant correlation between pain intensity and anxiety.


(57)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN... ii

KATA PENGANTAR... iii

ABSTRAK... iv

ABSTRACT... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

DAFTAR SINGKATAN... x

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2.Rumusan Masalah... 3

1.3.Tujuan Penelitian... 3

1.3.1. Tujuan Umum... 3

1.3.2. Tujuan Khusus... 3

1.4.Manfaat penelitian... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 5

2.1. Nyeri Punggung Bawah... 5

2.1.1. Defenisi... 5

2.1.2. Epidemiologi... 5

2.1.3. Faktor Resiko... 6

2.1.4. Etiologi... 7

2.1.5. Patofisiologi... 9

2.1.6. Short form McGill... 10

2.2. Kecemasan... 10

2.2.1. Defenisi... 10


(58)

vii

2.2.3. Faktor Resiko... 11

2.2.4. Tingkat Kecemasan... 11

2.2.5. Gejala Klinik... 12

2.2.6. Patofisiologi... 13

2.2.7. Hammilton Anxiety Rating Scale... 14

2.2.8. Hubungan Kecemasan dengan LBP... 15

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL. 16 3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 16

3.2. Definisi Operasional... 16

3.3. Hipotesa Penelitian... 18

BAB 4 METODE PENELITIAN... 19

4.1. Jenis Penelitian... 19

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian... 19

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian... 18

4.3.1. Populasi... 19

4.3.2. Sampel Penelitian... 19

4.3.3. Besar Sampel Penelitian... 19

4.3.4. Teknik Penarikan Sampel... 20

4.3.5. Kriteria Inklusi dan Ekslusi... 20

4.4. Kerangka Penelitian... 22

4.5. Teknik Pengumpulan Data... 22

4.6. Pengolahan dan Analisa Data... 22

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN... 23

5.1. Lokasi Penelitian... 23

5.2. Hasil... 23

5.2.1. Analisis Univariat... 23

5.2.2. Analisis Bivariat... 25


(59)

viii

5.3.1. Karakteristik subjek penelitian... 25

5.3.2. Hubungan antara VAS dengan Kecemasan………... 26

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 28

6.1. Kesimpulan... 28

6.2. Saran... 28

DAFTAR PUSTAKA... 29


(60)

ix

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Faktor Resiko NPB 6

3.1. Variabel Penelitian 18

5.1. Gambaran karakteristik demografi subjek penelitian. 23 5.2. Tabel karakteristik nyeri pada NPB kronis dengan SF-MPQ 24 5.3. Hubungan antara VAS dengan Kecemasan 25 5.4. Interpretasi terhadap Koefisien Korelasi 25


(61)

x

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

3.1. Kerangka Konsep Penelitian 16


(62)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Curriculum Vitae

Lampiran 2 Lembar Penjelasan Penelitian

Lampiran 3 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan/Informed Consent Lampiran 4 Kuesioner Penelitian

Lampiran 5 Ethical Clearance Lampiran 6 Surat Ijin Penelitian Lampiran 7 Data Induk


(63)

xii

DAFTAR SINGKATAN

CT : Computerized Tomography CRF : Cortiocotropin – Releasing Factor DASS : Depression Anxiety Stress Scale HAM-A : Hamilton Anxiety Rating Scale

ICD 10 : 10th Revision dari International Classification of Diseases LBP : Low Back Pian

L4 : Saraf Lumbal 4 L5 : Saraf Lumbal 5

NBP : Nyeri Punggung Bawah PPI : Pain Present Intensity S1 : Saraf Sakral 1

SD : Standard Deviasi

SF-MPQ : Short Form McGill Pain Questionnaire VAS : Visual Analogue Scale


(1)

vii

2.2.3. Faktor Resiko... 11

2.2.4. Tingkat Kecemasan... 11

2.2.5. Gejala Klinik... 12

2.2.6. Patofisiologi... 13

2.2.7. Hammilton Anxiety Rating Scale... 14

2.2.8. Hubungan Kecemasan dengan LBP... 15

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL. 16 3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 16

3.2. Definisi Operasional... 16

3.3. Hipotesa Penelitian... 18

BAB 4 METODE PENELITIAN... 19

4.1. Jenis Penelitian... 19

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian... 19

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian... 18

4.3.1. Populasi... 19

4.3.2. Sampel Penelitian... 19

4.3.3. Besar Sampel Penelitian... 19

4.3.4. Teknik Penarikan Sampel... 20

4.3.5. Kriteria Inklusi dan Ekslusi... 20

4.4. Kerangka Penelitian... 22

4.5. Teknik Pengumpulan Data... 22

4.6. Pengolahan dan Analisa Data... 22

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN... 23

5.1. Lokasi Penelitian... 23

5.2. Hasil... 23

5.2.1. Analisis Univariat... 23

5.2.2. Analisis Bivariat... 25


(2)

5.3.2. Hubungan antara VAS dengan Kecemasan………... 26

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 28

6.1. Kesimpulan... 28

6.2. Saran... 28

DAFTAR PUSTAKA... 29


(3)

ix

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Faktor Resiko NPB 6

3.1. Variabel Penelitian 18

5.1. Gambaran karakteristik demografi subjek penelitian. 23 5.2. Tabel karakteristik nyeri pada NPB kronis dengan SF-MPQ 24 5.3. Hubungan antara VAS dengan Kecemasan 25 5.4. Interpretasi terhadap Koefisien Korelasi 25


(4)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

3.1. Kerangka Konsep Penelitian 16


(5)

xi

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Curriculum Vitae

Lampiran 2 Lembar Penjelasan Penelitian

Lampiran 3 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan/Informed Consent Lampiran 4 Kuesioner Penelitian

Lampiran 5 Ethical Clearance

Lampiran 6 Surat Ijin Penelitian Lampiran 7 Data Induk


(6)

DAFTAR SINGKATAN CT : Computerized Tomography

CRF : Cortiocotropin – Releasing Factor DASS : Depression Anxiety Stress Scale HAM-A : Hamilton Anxiety Rating Scale

ICD 10 : 10th Revision dari International Classification of Diseases LBP : Low Back Pian

L4 : Saraf Lumbal 4 L5 : Saraf Lumbal 5

NBP : Nyeri Punggung Bawah PPI : Pain Present Intensity S1 : Saraf Sakral 1

SD : Standard Deviasi

SF-MPQ : Short Form McGill Pain Questionnaire VAS : Visual Analogue Scale