nyeri. Pembungkus saraf juga kaya akan nosiseptor yang berperan sebagai sumber nyeri nosiseptif inflamasi terutama nyeri yang dalam dan sulit terlokalisasi.
Pada penderita NPB terjadi hiperalgesia skunder hiperalgesia di sekitar lesi di jaringan yang sehat yang hanya dapat dibangkitkan dengan stimulasi
mekanikal. Hiperalgesia adalah respon berlebihan terhadap stimulus yang secara normal menimbulkan nyeri yang diakibatkan sensitisasi dari nosiseptor.
Terjadinya hiperalgesia skunder disebabkan adanya kemampuan neuron di kornu dorsal medula spinalis memodulasi transmisi impuls neuronal. Proses
modulasi ini terjadi karena impuls yang terus menerus menstimulasi medula spinalis yang berasal dari daerah lesi sehingga neuron di kornu dorsalis menjadi
lebih sensitif Meliala, 2002.
2.2.8. Diagnosis Klinis
Anamnese dan pemeriksaan fisik merupakan bagian pokok pada tahap awal sehingga dapat memisahkan kelompok penderita NPB dengan penyebab
yang serius. Diagnosis klinis meliputi:
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Fisik Umum
b. Pemeriksaan Neurologis
3. Pemeriksaan Penunjang
Anamnesa ini harus ditanyakan mengenai keluhan utama, anamnese keluarga, penyakit-penyakit sebelumnya, keadaan sosial, penilaian organ tubuh,
dan penyakit saat ini. Pada keluhan utama kita juga perhatikan perjalanan penyakit dimana pada NPB biasanya timbulnya mendadak dan berhubungan
dengan pekerjaan yang posisinya secara mekanis tidak menguntungkan. Lama dan frekuensi serangan umumnya berlangsung beberapa hari sampai beberapa bulan.
Pemeriksaan fisik umum untuk menyingkirkan penyebab lain seperti demam, TBC, tumor, ataupun penyakit sistemik lainnya. Pada pemeriksaan
neurologis kita dapat lakukan Straight Leg Raising test untuk pemeriksaan nervus
Universitas Sumatera Utara
ischiadicus yaitu L4,L5,S1 dimana pasien dalam posisi berbaring. Dikatakan positif bila pada pengangkatan lebih 70
a. L3 : nyeri, kemungkinan parestesia pada dermatom L3; paresis otot kuadrisep
femoris; refleks tendon kuadriseps refleks platela menurun atau menghilang. kaki terdapat nyeri radikular.
Pemeriksaan penunjang memberikan petunjuk-petunjuk yang penting untuk diferensial diagnosa dan membutuhkan biaya mahal dengan sensitivitas
tinggi Partoatmodjo, 2002. Penyempitan foramen mungkin terbatas pada individual, atau dapat
melibatkan beberapa foramaen unilateral atau bilateral dengan berbagai derajat. Keadaan ini merupakan alasan mengapa seseorang dapat mengalami sindrom
radikular monosegmental atau plurisegmental. Sindrom ini biasanya terdiri dari iritasi radikular yang menghasilkan parestesia dan nyeri dalam pola distribusi
segmental. Nyeri radikular menjalar secara tegas, terbatas pada dermatomnya dan
sifat nyerinya lebih keras dan terasa pada permukaan tubuh Sidharta, 2008. Kerusakan yang lebih berat dapat menyebabkan hilangnya sensorik dan motorik
radikularis yang berhubungan dengan refleks abnormal. Sindrom lesi yang terbatas pada masing-masing radiks lumbalis:
b. L4 : nyeri, kemungkinan parestesia atau hipalgesia pada dermatom L4; paresis
otot kuadriseps dan tibialis anterior; refleks platela berkurang. c.
L5 : nyeri, kemungkinan parestesia atau hipalgesia pada dermatom L5; paresis otot ekstensor halusis longus, seperti juga otot ekstensor digitorum brevis;
tidak ada refleks tibialis posterior. d.
S1 : nyeri, kemungkinan parestesia atau hipalgesia pada dermatom S1; paresis otot peronealis dan triseps surae; hilangnya refleks triseps surae tendon
Achiles. Nyeri skiatik dari iritasi radikular dapat menghilang secara tiba-tiba dan
digantikan oleh paresis motorik atau hilangnya sensorik, ini menandakan bahwa serat radikularis tidak dapat berkonduksi lagi. Diindikasikan terapi bedah segera
dari radiks yang terlibat Duss,1996.
Universitas Sumatera Utara
2.3. Peran Obesitas pada Nyeri Punggung Bawah NPB