mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan suatu jenis tanaman. Jika tanaman tidak mampu beradaptasi dengan kondisi iklim lingkungannya maka tanaman tersebut
akan sulit untuk dapat hidup dan bertahan, sehingga secara bersamaan tanah dan iklim menjadi faktor yang membatasi perkembangan suatu jenis tanaman.
Resosoedarmo et al. 1993, menyatakan bahwa keanekaragaman yang rendah terdapat pada komunitas yang terdapat pada area dengan kondisi lingkungan yang
ekstrim, seperti daerah kering dengan intensitas cahaya yang tinggi, tanah miskin hara dan faktor ketinggian tempat. Sementara itu keanekaragaman jenis yang relatif tinggi
terdapat di daerah dengan kondisi lingkungan optimum.
4.2 Nilai KR dan FR
Kerapatan Relatif KR merupakan gambaran presentase kerapatan suatu jenis rerumputan per kerapatan total seluruh jenis pada suatu lokasi, sedangkan Frekuensi
Relatif FR menunjukkan banyaknya frekuensi suatu jenis rumput per frekuensi seluruh jenis tersebut pada masing-masing lokasi. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan diperoleh nilai KR, FR dan INP rumput yang dapat dilihat pada Lampiran 4 dan tabel berikut.
Tabel 1.3 Nilai KR, FR dan INP pada Lokasi Penelitian
No. Jenis
Lokasi I Lokasi II
Lokasi III KR
FR INP
KR FR
INP KR
FR INP
1. Brachiaria
mutica 4.026
5.769 9.795
3.429 3.389
6.818 2.
Capillipedium parviflorum
13.997 7.692
21.689 3.
Cyperus compressus
0.125 1.923
2.048 0.242
3.389 3.631
4. C. cyperoides
1.997 3.389
5.386 5.
D.brachyathera 48.165
20.339 68.504
6. Deyeuxia sp.
10.032 9.231
19.263 7.
Echinochloa colonum
0.730 3.846
4.576 8.
E. crus-galli 6.091
3.389 9.480
9. Eleusine indica
0.424 3.389
3.813 10. Eragrostis
nigra 0.222
3.389 3.611
11. E.tenella 0.323
1.695 2.018
12. Fimbristylis alboviridis
0.501 4.615
5.116 13. Imperata
cylindrica 2.441
5.769 8.210
8.895 27.119
36.014 21.647
20.000 41.647
14. Leersia hexandra
48.389 30.769
79.158
15. Manisuris granularis
2.037 3.389
5.426 16. Microstegium
54.172 26.923
81.095
Universitas Sumatera Utara
ciliatum 17. Paspalum
ciliatifolium 1.919
7.692 9.611
9.338 3.389
12.727 18. Scleria
lacustris 7.489
3.846 11.335
8.491 11.864
20.355 12.328
20.000 32.328
19. Scleria sp. 0.229
3.846 4.075
20. Setaria paspalidioides
1.209 5.769
6.978 21. Setaria sp.
2.149 5.769
7.918 8.794
5.085 13.879
22. Sorghum nitidum
0.383 1.695
2.078 5.781
12.308 18.089
23. Sporobolus sp. 0.563
1.923 2.486
24. Themeda gigantea
10.951 19.231
30.182 1.169
5.085 6.254
1.319 3.077
4.396
TOTAL 100.000
100.000 200.000
100.000 100.000
200.000 100.000
100.000 200.000
Berdasarkan Tabel 1.3 nilai KR tertinggi pada lokasi I ditemukan pada jenis Microstegium ciliatum dengan nilai sebesar 54.172 sedangkan jenis yang memiliki
KR terendah adalah Cyperus compressus dengan nilai sebesar 0.125. Nilai KR yang tinggi pada Microstegium ciliatum disebabkan oleh banyaknya individu dari jenis ini
jika dibandingkan dengan jenis yang lain. Jenis ini membentuk rumpun yang padat, buluh tumbuh menjalar atau memanjat dengan pertumbuhan cabang-cabang pada
buluh banyak, terutama pada bagian pangkalnya. Pertumbuhan yang subur dari jenis ini pada lokasi I disebabkan oleh faktor abiotik yang sesuai, selain itu perawakan
Cyperus compressus yang lebih rendah dibandingkan dengan jenis rumput lain yang terdapat pada lokasi tersebut juga menyebabkan Cyperus compressus kalah
berkompetisi dalam memperoleh tempat tumbuh ruang. Sesuai pendapat Indriyanto 2006, penggantian spesies tumbuhan oleh spesies tumbuhan lain dalam suatu habitat
bergantung pada kemampuan untuk bersaing dalam memanfaatkan ruang, air dan cahaya. Selanjutnya menurut Suleman 2011, tumbuhan teki-tekian Cyperaceae
cenderung tersebar dalam kawasan yang terbatas, bergantung pada kondisi habitatnya.
Deyeuxia brachyathera memiliki Nilai KR tertinggi pada lokasi II dengan nilai sebesar 48.165 dan Eragrostis nigra jenis yang memiliki KR terendah dengan
nilai sebesar 0.222. Nilai KR yang tinggi pada Deyeuxia brachyathera disebabkan karena jenis ini lebih dominan dibandingkan jenis yang lain sedangkan nilai KR
tertinggi pada lokasi III ditemukan pada jenis Leersia hexandra dengan nilai sebesar 48.389 dan jenis yang memiliki KR terendah adalah Fimbristylis alboviridis dengan
nilai sebesar 0.501.
Universitas Sumatera Utara
Tinggi rendahnya nilai KR dari jenis rumput di atas menunjukkan keadaan lingkungan yang berubah-ubah, meliputi penurunan suhu, kelembaban yang tinggi,
intensitas cahaya dan kandungan unsur hara tanah, seiring penambahan ketinggian tempat dan kemampuan tumbuh serta penyebaran biji menjadi tidak efektif. Menurut
Syahbudin 1987 dalam Ramawati 2010, rendahnya nilai KR menunjukkan bahwa jenis tersebut memiliki penyebaran yang sempit, hal ini disebabkan oleh faktor
lingkungan yang ekstrim.
Berdasarkan nilai KR secara keseluruhan, jenis Microstegium ciliatum adalah yang memiliki nilai KR tertinggi yang terdapat pada lokasi I. Untuk lebih jelasnya
nilai KR tertinggi dari masing-masing jenis pada ketiga lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.
Gambar 1. KR tertinggi pada lokasi I, II dan III
Nilai KR yang tinggi menunjukkan jenis tersebut banyak ditemukan di lokasi ini. Beragamnya nilai KR ini mungkin disebabkan karena kondisi yang memiliki
variasi lingkungan. Menurut Loveless 1989, sebagian tumbuhan dapat tumbuh dalam kondisi lingkungan yang beraneka ragam sehingga tumbuhan tersebut
cenderung tersebar luas
.
Nilai Frekuensi Relatif FR tertinggi pada lokasi I ditemukan pada jenis Microstegium ciliatum dengan nilai sebesar 26.923 dan FR terendah ditemukan
pada jenis Cyperus compressus dan Sporobolus sp. dengan nilai sebesar 1.923, nilai FR tertinggi pada lokasi II ditemukan pada jenis Imperata cylindrica dengan nilai
54.172 48.165
48.389
10 20
30 40
50 60
Microstegium ciliatum Deyeuxia brachyathera
Leersia hexandra Lokasi I
Lokasi II Lokasi III
KR
Universitas Sumatera Utara
sebesar 27.119 dan nilai FR terendah ditemukan pada jenis Eragrostis tenella dan Sorghum nitidum dengan nilai sebesar 1.695 dan nilai FR tertinggi pada lokasi III
ditemukan pada jenis Leersia hexandra dengan nilai sebesar 30.769 dan nilai FR terendah ditemukan pada jenis Themeda gigantea dengan nilai sebesar 3.077.
Tingginya nilai FR menunjukkan banyaknya jumlah jenis tersebut pada masing- masing lokasi. Jenis-jenis tersebut mampu bertahan hidup dan berkembang serta
memiliki penyebaran yang luas. Keadaan ini menunjukkan bahwa jenis-jenis tersebut toleran terhadap kondisi yang ada.
Berdasarkan nilai FR secara keseluruhan jenis Leersia hexandra memiliki nilai FR tertinggi yang ditemukan pada lokasi III. Untuk lebih jelasnya nilai FR
tertinggi dari masing-masing jenis pada ketiga lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2 berikut.
Gambar 2. FR tertinggi pada lokasi I, II dan III
Nilai FR yang tertinggi pada lokasi III yaitu Leersia hexandra yang berarti bahwa jenis ini memiliki tingkat penyebaran yang luas karena jenis tersebut mampu
beradaptasi dan berkembang biak dengan baik. Berdasarkan nilai KR dan FR, Microstegium ciliatum, Leersia hexandra, Imperata cylindrica yang terdapat pada
ketiga lokasi merupakan jenis-jenis yang dapat beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang ada. Berdasarkan nilai FR tersebut dapat dilihat proporsi antara
jumlah rumput pada suatu jenis dengan jumlah jenis lainnya di dalam komunitas dapat menggambarkan penyebaran jenisnya di dalam suatu komunitas.
26.923 27.119
30.769
5 10
15 20
25 30
35
Microstegium ciliatum Imperata cylindrica Leersia hexandra
Lokasi I Lokasi II
Lokasi III
F R
Universitas Sumatera Utara
Menurut Indriyanto 2006, nilai frekuensi suatu jenis merupakan besarnya intensitas ditemukannya suatu spesies dalam pengamatan keberadaan organisme pada
suatu komunitas. Nilai distribusi hanya dapat memberikan informasi tentang kehadiran tumbuhan tertentu dalam suatu plot dan belum dapat memberikan
gambaran tentang jumlah individu pada masing-masing plot.
4.3 Indeks Nilai Penting INP