4.5 Indeks Similaritas IS
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh indeks similaritas yang dapat dilihat pada Tabel 1.5 berikut.
Tabel 1.5 Indeks Similaritas IS Rumput Lokasi
IS
I dan II 50.00
I dan III 30.00
II dan III 36.36
Analisis Indeks Similaritas dilakukan untuk mengetahui adanya kesamaan jenis rumput pada masing-masing lokasi penelitian. Berdasarkan hasil penelitian pada
Tabel 1.5 dapat dilihat IS antara lokasi I dengan II sebesar 50, IS antara lokasi I dengan III sebesar 30 dan IS antara lokasi II dengan III sebesar 36.36. Hal ini
menunjukkan bahwa jenis yang ada pada ketiga lokasi penelitian berbeda berdasarkan zonasi ketinggian. Berdasarkan IS di atas dapat dilihat bahwa antar lokasi mempunyai
IS berkisar 30-50. Nilai ini menunjukkan bahwa antar lokasi penelitian mempunyai kesamaan yang tidak mirip. Hal ini semakin menjelaskan adanya perbedaan jenis
tumbuhan yang terdapat pada lokasi penelitian.
Menurut Indriyanto 2006, bahwa Indeks Similaritas IS diperlukan untuk mengetahui tingkat kesamaan antara beberapa tegakan, antara unit sampling atau
antara beberapa komunitas serta dibandingkan komposisi dan struktur komunitasnya. Oleh karena itu, besar kecilnya indeks similaritas menggambarkan tingkat kesamaan
komposisi spesies dan struktur dari dua komunitas atau tegakan atau unit sampling yang dibandingkan. Selanjutnya Krebs 1985, menambahkan bahwa indeks
similaritas berguna untuk mengetahui seberapa besar kesamaan organisme yang hidup pada dua lokasi yang berbeda dan dapat digunakan untuk mengetahui penyebarannya.
4.6 Biomassa
Untuk pengukuran biomassa rumput dilakukan dengan menghitung berat kering rerumputan yang terdapat pada lokasi penelitian dengan mengambil 18 plot
pengamatan sebagai unit sampling. Hasil pengukuran berat kering dan biomassa rumput seperti yang dapat dilihat pada Lampiran 7 dan 8 dan Tabel 1.6 berikut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.6 Nilai Produktivitas Rerumputan di Lokasi Penelitian
Berdasarkan Tabel 1.6 diketahui bahwa potensi biomassa per m
2
pada lokasi I adalah 546.650 gm
2
, pada lokasi II sebesar 322.367 gm
2
dan pada lokasi III sebesar 246.900 gm
2
, apabila dibandingkan potensi biomassanya, pada lokasi III memiliki potensi terendah. Berdasarkan Tabel 1.6 juga diketahui bahwa kadar air tanah pada
lokasi I sebesar 31.752, pada lokasi II sebesar 25.313 dan pada lokasi III sebesar 19.332. Jika dibandingkan kadar air tanahnya, lokasi I memiliki kadar air tanah
lebih tinggi dari pada pada lokasi II dan III. Kondisi ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar air tanah maka biomassa rumput juga semakin besar. Hal ini disebabkan
oleh kadar air tanah dapat mempengaruhi pengangkutan air dari tanah ke jaringan tanaman sehingga mempengaruhi pertumbuhan tanaman tersebut. Perbedaan potensi
biomassa ini terjadi akibat penurunan produktivitas rumput pada lokasi tersebut yang disebabkan oleh salah satu faktor yaitu kadar air tanah, ketinggian tempat dan unsur
hara tanah Lampiran 9 dan 10.
Menurut Wirosoedarmo 2005, bahwa kandungan air tanah merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas hasil olahan tanah sebagai media tumbuh
tanaman. Selanjutnya Harsono 1995 dalam Purba 2009 bahwa akar suatu tanaman dapat berperan sebagai reservoir atau penyedia air tanah alami. Selanjutnya
Mackinnon et al. 2000, menyatakan bahwa semakin tinggi tempat, maka produksi biomassa semakin menurun, pertumbuhan tanaman lebih lambat dan produksi serasah
daun berkurang. Sifat tanah berubah dengan pertambahan ketinggian tempat, umumnya menjadi lebih asam dan miskin akan unsur hara. Menurut Goldsworthy
Fisher 1996, berat basah tanaman dapat mengalami perubahan dalam waktu yang relatif cepat. Berdasarkan alasan tersebut maka biomassa dapat dinyatakan dalam
berat kering karena 90 bahan kering tanaman adalah hasil fotosintesis dan hal tersebut menggambarkan pertumbuhan dari tanaman.
Lokasi Total Berat
Kering g Biomassa gm
2
Kadar Air tanah
I 3279.9
546.650 31.752
II 1934.2
322.367 25.313
III 1481.4
246.900 19.332
Universitas Sumatera Utara
Pada dasarnya ada dua faktor yang mempengaruhi produktivitas rumput yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan yang mencakup keadaan tanah dan
kesuburannya, pengaruh iklim termasuk cuaca dan perlakuan manusia atau manajemen Sinaga, 2008. Menurut Mcilroy 1976, sifat-sifat pertumbuhan rumput
sangat erat hubungannya dengan keadaan habitat misalnya tanah, cahaya dan temperatur. Lebih lanjut Loveless 1989, menambahkan bahwa pertumbuhan
tanaman juga dipengaruhi oleh keberadaan unsur hara yang tersedia di dalam tanah, kelembaban, sinar matahari, tersedianya air dalam tanah dan proses fisiologi
tumbuhan tersebut.
Menurut Hanum 2009, bahwa pengetahun tentang indikator tumbuhan dapat mencirikan sifat tanah setempat sehingga dapat menentukan tanaman apa yang
mendominasi di lahan tersebut. Sebagai suatu contoh, rumput-rumput yang pendek menandakan bahwa tanah di lahan tersebut keadaan airnya kurang. Adanya rumput
yang tinggi dan rendah menandakan tanah tempat tumbuh rumput tersebut subur.
4.7 Analisis Korelasi