Tata Cara Pembebanan Jaminan Fidusia

4 Adanya hak preferent yaitu hak yang didahulukan pemenuhannya dari piutang lainnya Pasal 1133, 1134 dan 1198 BW 68

5. Tata Cara Pembebanan Jaminan Fidusia

Pembebanan atau pengikatan jaminan fidusia melalui beberapa tahapan sesuai dengan peraturan yang berlaku yang dimaksud dengan tahapan-tahapan pengikatan atau pembebanan fidusia adalah rangkaian perbuatan hukum dari dibuatnya perjanjian pokok yang berupa perjanjian kredit atau perjanjian utang, pembuatan akta jaminan fidusia sampai dilakukan pendaftaran di Kantor Pendaftaran fidusia sampai mendapatkan sertifikat jaminan fidusia. Adapun tahap- tahap pengikatan pembebanan jaminan fidusia sebagaimana dimaksud adalah sebagai berikut : a. Tahap Pertama Pembuatan Perjanjian Pokok Tahap pertama didahului dengan dibuatnya perjanjian pokok yang berupa perjanjian kredit atau perjanjian utang. Perjanjian pokok yang berupa perjanjian kredit dapat dibuat dengan akta di bawah tangan artinya dibuat oleh Kreditur dan Debitur sendiri atau akta otentik artinya dibuat oleh dan di hadapan Notaris. Didahuluinya pembuatan perjanjian pokok yang berupa perjanjian kredit ini sesuai sifat accessoir dari Jaminan Fidusia yang artinya pembebanan Jaminan Fidusia merupakan ikutan dari perjanjian pokok. Pasal 4 Undang-Undang Fidusia menegaskan Jaminan Fidusia merupakan perjanjian ikutan dari suatu perjanjian pokok yang menimbulkan kewajiban bagi para 68 Mariam Darus Badrulzaman, 2000, Beberapa Permasalahan Hukum Hak Jaminan, Makalah disampaikan dalam Seminar Sosialisasi UUNo.42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, diselenggarakan oleh BPHN Departemen Hukum dan Perundang-undangan RI Bekerjasama dengan PT. Bank Mandiri Persero, Jakarta, 9-10 Mei 2000, selanjutnya disebut Mariam Daruz Badrulzaman IV, hal. 3-4. Universitas Sumatera Utara pihak untuk memenuhi suatu prestasi. Perjanjian jaminan sebagai perjanjian ikutan tambahan dimaksudkan untuk mendukung secara khusus perjanjian terdahulu yaitu perjanjian pokok perjanjian kredit yang telah disepakati dan yang hanya memiliki sifat relatif. Menurut Mochamad Isnaeni: Pada umumnya diakui bahwa segala sesuatu yang memperoleh dukungan akan menjadi lebih kokoh ketimbang saat sebelumnya ketika tidak ada pendukungnya. Begitu pula kalau perjanjian kredit sebagai perjanjian pokok bermula sekedar memiliki sifat relative, sehingga krediturnya hanya berposisi sebagai kreditur konkuren, kalau kemudian didukung oleh perjanjian jaminan tambahan yang bersifat kebendaan, mengakibatkan kreditur yang bersangkutan berubah posisi menjadi kreditur preferen dengan hak-hak yang lebih istimewa. 69 b. Tahap Kedua Pembuatan Akta Jaminan Fidusia Tahap kedua berupa pembebanan benda dengan jaminan Fidusia yang ditandai dengan pembuatan Akta Jaminan Fidusia ditandatangani Kreditur sebagai penerima Fidusia dan pemberi Fidusia debitur atau pemilik benda tetapi bukan debitur. Dalam Akta Jaminan Fidusia selain dicantumkan hari dan tanggal pembuatan juga dicantumkan mengenai waktu atau jam pembuatan akta tersebut. Bentuk Akta Jaminan Fidusia adalah akta otentik yang dibuat oleh dan dihadapan Notaris. Pengikatan atau pembebanan fidusia dilakukan dengan menggunakan instrument yang disebut “Akta Jaminan Fidusia”. Akta jaminan fidusia ini haruslah dibuat dengan akta Notaris Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang No. 42 Tahun 1999. 69 Mochamad Isnaeni, Hipotik Pesawat Udara di Indonesia, Surabaya : CV. Dharma Muda, 1996, hal. 36. Universitas Sumatera Utara Sejalan dengan ketentuan yang mengatur Hipotik dan Hak Tanggungan, maka Akta Jaminan Fidusia harus dibuat oleh dan di hadapan pejabat yang berwenang, yaitu Notaris. 70 Pasal 1870 KUH Perdata menyatakan bahwa Akta Notaris merupakan akta otentik yang memiliki kekuatan pembuktian sempurna tentang apa yang dimuat di dalamnya di antara para pihak beserta para ahli warisnya atau para pengganti haknya. Itulah sebabnya mengapa Undang-Undang Fidusia Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 menetapkan perjanjian Fidusia harus dibuat dengan Akta Notaris. 71 Menurut Ratnawati W. Prasadja, alasan Undang-Undang menetapkan bentuk perjanjian pembebanan jaminan fidusia dengan akta notaris adalah : Pertama, akta notaris adalah akta otentik, sehingga memiliki kekuatan pembuktian sempurna; Kedua, obyek jaminan fidusia umumnya adalah benda bergerak; Ketiga, Undang-Undang melarang adanya fidusia ulang. 72 Kewajiban pembebanan jaminan fidusia dengan akta notaris, adalah merupakan norma yang bersifat memaksa dwingenrecht. Sudah tentu apabila dibuat hanya dengan akta di bawah tangan, perjanjian jaminan fidusia itu tidak memiliki eksistensi dan konsekuensinya tidak dapat didaftarkan untuk memenuhi azas publisitas sebagaimana dikehendaki oleh Undang-Undang. Secara teoritis fungsi akta adalah untuk kesempurnaan perbuatan hukum formalitas causa 73 70 Gunawan Widjaya dan Achmad Yani, OP. Cit, hal. 135. , dan akta notaris mempunyai kekuatan pembuktian lahir sesuai azas “acta publica 71 Ibid, hal. 36. 72 Tan Kamelo, Op. Cit, hal. 131. 73 Sudikno Mertokusumo, Sejarah Peradilan dan Perundang-Undangannya di Indonesia, Universitas Gajah Mada, Jakarta : Gunung Agung, 1970 selanjutnya disebut Sudikno Mertokusumo II, hal. 121-122. Universitas Sumatera Utara proban seseipsa”. Bila dibandingkan dengan akta di bawah tangan tidak mempunyai kekuatan pembuktian lahir karena tanda tangan pada akta di bawah tangan masih dapat dipungkiri oleh para pihak. Dengan demikian, akta notaries mempunyai kekuatan hukum dan kepastian hukum yang lebih besar dan sempurna dibandingkan akta di bawah tangan. 74 Akta jaminan fidusia sebagaimana dimaksud, haruslah berisikan sekurang- kurangnya hal-hal sebagai berikut : a Identitas pihak pembeli fidusia, berupa : - Nama lengkap, - Agama, - Tempat tinggal atau tempat kedudukan, - Tempat lahir, - Tanggal lahir, - Jenis kelamin, - Status perkawinan, - Pekerjaan. b Identitas pihak penerima fidusia, yakni tentang data seperti tersebut di atas. c Haruslah dicantumkan hari, tanggal dan jam pembuatan akta fidusia. d Data perjanjian pokok yang dijamin dengan fidusia. e Uraian mengenai benda yang menjadi obyek jaminan fidusia, yakni tentang identifikasi benda tersebut, dan surat bukti kepemilikannya. 74 Tan Kamelo, Op. Cit, hal. 130. Universitas Sumatera Utara Jika bendanya selalu berubah-ubah seperti benda dalam persediaan inventory, haruslah disebutkan tentang jenis, merek, dan kualitas dari benda tersebut. f Berapa nilai penjaminannya. g Berapa nilai benda yang menjadi obyek jaminan fidusia. 75 c. Tahap Ketiga Pendaftaran Jaminan Fidusia Pada tahap ketiga ini, ditandai dengan pendaftaran jaminan fidusia di Kantor Pendaftaran Fidusia di tempat kedudukan pemberi Fidusia domisili debitur atau pemilik benda jaminan fidusia. Pendaftaran jaminan fidusia diatur dalam Pasal 11 sampai dengan Pasal 18 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia dan Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia. Peraturan Pemerintah ini terdiri atas 4 bab dan 14 pasal. Hal-hal yang diatur dalam Peraturan Pemerintah ini meliputi pendaftaran fidusia, tata cara perbaikan sertifikat, perubahan sertifikat, pencoretan pendaftaran, dan penggantian sertifikat. Dalam Pasal 11 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia ditentukan bahwa benda, baik yang berada di dalam wilayah negara Republik Indonesia maupun berada di luar wilayah negara Republik Indonesia yang dibebani jaminan fidusia wajib didaftarkan. Pendaftaran dilakukan pada Kantor Pendaftaran Fidusia. Untuk pertama kalinya Kantor Pendaftaran Fidusia didirikan di Jakarta dengan wilayah kerja mencakup seluruh wilayah RI. Tapi kini 75 Munir Fuady, Op.Cit, hal. 20. Universitas Sumatera Utara Kantor Pendaftaran Fidusia telah dibentuk pada setiap provinsi di Indonesia. Kantor Pendaftaran Fidusia berada dalam lingkup tugas Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia. Menurut J. Satrio Undang-Undang Fidusia menganut prinsip pendaftaran jaminan fidusia. Sekalipun dalam pasal 11 Undang-Undang Fidusia disebutkan ”benda yang dibebankan jaminan fidusia wajib didaftarkan”, tetapi sebaliknya dibaca ”jaminan fidusia” harus didaftarkan, karena dari ketentuan-ketentuan lebih lanjut dapat diketahui bahwa demikian itulah yang dimaksud oleh pembuat Undang-Undang. 76 Pendaftaran jaminan fidusia dilakukan oleh kreditur atau kuasanya atau wakilnya. Dalam prakteknya kreditur memberikan kuasa kepada Notaris yang membuat akta jaminan fidusia untuk melakukan pendaftaran jaminan fidusia dimaksud. Adapun tujuan pendaftaran jaminan fidusia adalah : 1. Untuk memberikan kepastian hukum kepada para pihak yang berkepentingan. 2. Memberikan hak yang didahulukan preferent kepada penerima fidusia terhadap kreditur yang lain. Ini disebabkan jaminan fidusia memberikan hak kepada penerima fidusia untuk tetap menguasai bendanya yang menjadi obyek jaminan fidusia berdasarkan kepercayaan Penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia. 77 Prosedur dalam pendaftaran jaminan fidusia, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 11 sampai dengan Pasal 18 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 76 J. Satrio II, Op. Cit, hal. 175. 77 Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2004, selanjutnya disebut Salim HS III, hal. 21. Universitas Sumatera Utara tentang Jaminan Fidusia dan Peraturan Pemerintah Nomor 86 tahun 2000 tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia disajikan berikut ini: 1. Permohonan pendaftaran fidusia dilakukan oleh penerima fidusia, kuasa, atau wakilnya pada Kantor Pendaftaran Fidusia. Permohonan itu diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia. Permohonan pendaftaran itu dengan melampirkan pernyataan pendaftaran fidusia. Pernyataan itu memuat: a. Identitas pihak pemberi dan penerima fidusia; b. Tempat, nomor akta jaminan fidusia, nama, dan tempat; c. Kedudukan notaris yang membuat akta jaminan fidusia; d. Data perjanjian pokok yang dijamin fidusia; e. Uraian mengenai objek benda jaminan yang menjadi obyek jaminan fidusia; f. Nilai penjaminan; dan g. Nilai benda yang menjadi objek benda jaminan fidusia. Permohonan itu dilengkapi dengan: a. Salinan akta notaris tentang pembebanan jaminan fidusia; b. Surat kuasa atau surat pendelegasian wewenang untuk melakukan pendaftaran jaminan fidusia; c. Bukti pembayaran biaya pendaftaran jaminan fidusia Pasal 2 ayat 4 Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia. Universitas Sumatera Utara 2. Kantor Pendaftaran Fidusia mencatat jaminan fidusia dalam buku daftar fidusia pada tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan permohonan pendaftaran. 3. Membayar biaya pendaftaran fidusia Biaya pendaftaran fidusia diatur di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akra Jaminan Fidusia. Biaya pembuatan pendaftaran fidusia ditentukan secara berjenjang. Biaya pendaftaran fidusia disesuaikan dengan besarnya nilai penjaminannya. Apabila nilai penjaminannya kurang dari Rp 50.000.000, maka besarnya biaya pendaftarannya paling banyak Rp 50.000. Besarnya biaya pendaftaran fidusia ini adalah 1 per mil dari nilai penjaminan nilai kredit. Walaupun biaya pembuatan akta jaminan telah ditentukan dalam Peraturan Pemerintah, namun para notaris juga telah menentukan tarif yang dikenakan kepada nasabah. Tarif yang ditentukan oleh notaris sebesar 2 dari nilai jaminan. Oleh karena itu, diharapkan ke depan para notaris dapat memungut biaya dari nasabah sesuai dengan Peraturan Pemerintah. 4. Kantor Pendaftaran Fidusia menerbitkan dan menyerahkan kepada Penerima Fidusia sertifikat jaminan fidusia pada tanggal yang sama dengan penerimaan permohonan pendaftaran. Sertifikat jaminan fidusia merupakan salinan dari Buku Daftar Fidusia. Hal-hal yang tercantum dalam sertifikat jaminan fidusia adalah: Universitas Sumatera Utara a. Dalam judul sertifikat jaminan fidusia dicantumkan kata-kata ”DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”. Sertifikat jaminan ini mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap. Apabila debitur cidera janji, penerima fidusia mempunyai hak untuk menjual benda yang menjadi objek jaminan fidusia atas kekuasaannya sendiri; b. Di dalam sertifikat jaminan fidusia dicantumkan hal-hal berikut ini: 1 Identitas pihak pemberi dan penerima fidusia, 2 Tempat, nomor akta jaminan fidusia, nama, dan tempat kedudukan notaris yang membuat akta jaminan fidusia; 3 Data perjanjian pokok yang dijamin fidusia; 4 Uraian mengenai obyek benda jaminan yang menjadi obyek jaminan fidusia; 5 Nilai penjaminan; 6 Nilai benda yang menjadi obyek benda jaminan fidusia. 7 Jaminan Fidusia lahir pada tanggal yang sama dengan tanggal dicatatnya jaminan fidusia dalam Buku Daftar Fidusia. Universitas Sumatera Utara

BAB III TANGGUNG JAWAB DEBITUR TERHADAP BENDA JAMINAN

FIDUSIA YANG MUSNAH DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK

A. Jenis-Jenis Jaminan

Jaminan dapat dibedakan menjadi 2 dua macam, yaitu : 1 Hak jaminan yang bersifat kebendaan materiil Jaminan kebendaan ciri-ciri kebendaan dalam arti memberikan hak mendahulu di atas benda-benda tertentu dan mempunyai sifat melekat dan mengikuti benda-benda yang bersangkutan. Hak jaminan materiil atau kebendaan adalah hak yang memberikan kepada seorang kreditur kedudukan yang lebih baik, karena : a Kreditur didahulukan dan dimudahkan dalam mengambil pelunasan atas tagihannya atas hasil penjualan benda tertentu atau sekelompok benda tertentu milik debitur; b Ada benda tertentu milik debitur yang dipegang oleh kreditur atau terikat kepada hak kreditur, yang berharga bagi debitur dan dapat memberikan suatu tekanan psikologis terhadap debitur untuk memenuhi kewajibannya dengan baik terhadap kreditur. Dalam hal ini terhadap tekanan psikologis kepada debitur untuk melunasi utang-utangnya karena benda yang dipakai sebagai jaminan umumnya merupakan barang yang berharga baginya. Menurut J. Satrio dalam bukunya yang berjudul “Hukum Jaminan, Hak- Hak Jaminan Kebendaan” disebutkan bahwa hak jaminan kebendaan memiliki kekhasan, yaitu : a. Mempunyai hubungan langsung dengan atau atas benda tertentu milik debitur; Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Kekuatan Eksekutorial Sertifikat Jaminan Fidusia Terhadap Objek Jaminan Dalam Kepailitan

5 41 117

Tanggung jawab debitur atas musnahnya benda jaminan fidusia dalam perjanjian kredit : analisis putusan MA nomor 2914K/Pdt/2001.

1 19 101

TANGGUNG JAWAB PEMBERI FIDUSIA/DEBITUR DALAM PERJANJIAN JAMINAN FIDUSIA ATAS MUSNAHNYA OBYEK FIDUSIA DI TANGAN DEBITUR KARENA OVERMACHT (Analisis Putusan MA Nomor : 2914 K/Pdt/2001).

0 3 9

SKRIPSI TANGGUNG JAWAB PEMBERI FIDUSIA/DEBITUR DALAM PERJANJIAN JAMINAN FIDUSIA ATAS MUSNAHNYA OBYEK FIDUSIA DI TANGAN DEBITUR KARENA OVERMACHT (Analisis Putusan MA Nomor : 2914 K/Pdt/2001).

0 3 10

TANGGUNG JAWAB DEBITUR TERHADAP MUSNAHNYA BENDA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK | TRISNADEWI | Krettha Dyatmika 374 698 1 SM

0 0 15

BAB II PENGIKATAN JAMINAN FIDUSIA DALAM SUATU PERJANJIAN KREDIT BANK A. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian Kredit - Tanggung Jawab Debitur Terhadap Musnahnya Benda Jaminan Fidusia Dalam Perjanjian Kredit Bank

0 0 54

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tanggung Jawab Debitur Terhadap Musnahnya Benda Jaminan Fidusia Dalam Perjanjian Kredit Bank

0 0 27

TANGGUNG JAWAB DEBITUR TERHADAP MUSNAHNYA BENDA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK

0 0 13

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KREDIT DAN JAMINAN FIDUSIA A. Perjanjian Kredit 1. Pengertian Perjanjian Kredit - Tanggung Jawab Debitur Terhadap Musnahnya Benda Jaminan Fidusia Dalam Perjanjian Kredit Bank

0 2 55

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Tanggung Jawab Debitur Terhadap Musnahnya Benda Jaminan Fidusia Dalam Perjanjian Kredit Bank

0 1 11