Di dalam praktek perbankan, bahwa dengan ditandatanganinya perjanjian kredit tidak berarti akan disertai dengan realisasi kredit atau pencairan kredit.
38
Jadi pada saat dilakukannya penandatanganan perjanjian kredit, perjanjian kredit belum lahir. Apabila perjanjian kredit telah lahir pada saat dilakukannya
penandatanganan perjanjian kredit, sedangkan pihak pemohon belum menerima kreditnya, maka hal ini adalah suatu kejanggalan, suatu ketidakadilan yang nyata.
Sebab bila perjanjian kredit telah lahir pada saat dilakukannya penandatanganan perjanjian kredit, berarti perjanjian jaminannya pun telah lahir. Sedangkan pada
saat itu pemohon belum menerima kreditnya, yang berarti pula belum mempunyai hutang. Hal ini adalah bertentangan dengan sifat accessoir dari perjanjian
jaminan. Pemohon calon nasabah tidak akan dapat melakukan penarikan kredit, bila tidak
ada pernyataan dari bank bahwa pemohon sudah boleh menarik kreditnya.
Demikian pula halnya bila dikaitkan dengan kewajiban membayar bunga kredit. Bagaimana mungkin pemohon atau calon nasabah diwajibkan membayar
bunga apabila ia sendiri belum menerima kreditnya.
5. Hapusnya Perjanjian Kredit
Pasal 1319 BW KUH Perdata menetapkan semua perjanjian baik yang mempunyai nama khusus maupun yang tidak dikenal dengan suatu nama tertentu
tunduk pada peraturan-peraturan umum yang termuat di dalam bab kedua BW KUH Perdata. Ini berarti perjanjian kredit yang merupakan perjanjian yang tidak
38
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
dikenal di dalam KUH Perdata, juga harus tunduk pada ketentuan-ketentuan umum yang termuat di dalam Buku III KUH perdata.
Karenanya Pasal 1381 BW KUH Perdata yang mengatur cara hapusnya perikatan dapat diberlakukan pula pada perjanjian kredit bank. Dari sepuluh cara
yang disebutkan pada Pasal 1381 tadi, umumnya perjanjian kredit bank harus hapus atau berakhir karena hal-hal di bawah ini:
1. Pembayaran
Pembayaran lunas ini merupakan pemenuhan prestasi dari debitur, baik pembayaran utang pokok, bunga, denda maupun biaya-biaya lainnya yang
wajib dibayar lunas oleh debitur. Pembayaran lunas ini, baik karena jatuh tempo kreditnya atau karena diharuskannya debitur melunasi kreditnya secara
seketika dan sekaligus opelbaarheid clause. 2.
Subrograsi subrogatie Pasal 1382 BW KUH Perdata menyebutkan kemungkinan pembayaran
pelunasan utang dilakukan oleh pihak ketiga kepada pihak berpiutang kreditur, sehingga terjadi penggantian kedudukan atau hak-hak kreditur oleh
pihak ketiga. Inilah yang dinamakan dengan subrogasi. Jadi subrograsi ini terjadi karena adanya penggantian kedudukan atau hak-hak kreditur lama oleh
kreditur baru dengan mengadakan pembayaran. Dengan adanya subrograsi, maka segala kedudukan atau hak-hak yang dipunyai kreditur lama beralih
kepada pihak ketiga.
Universitas Sumatera Utara
3. Pembaharuan utang novasi
Pembaruan utang terjadi dengan jalan mengganti utang lama dengan utang baru, debitur lama dengan debitur baru dan kreditur lama dengan kreditur
baru. Dalam hal ini, bila utang lama diganti dengan utang baru terjadilah penggantian objek perjanjian yang disebut “novasi subjektif”. Di sini utang
lama lenyap, dalam hal terjadi penggantian orangnya subjeknya, maka jika diganti debiturnya, pembaruan ini disebut “novasi subjektif pasif”. Jika yang
diganti itu krediturnya, pembaruan ini disebut “novasi subjektif aktif”. Dalam hal ini utang lama lenyap.
Pada umumnya pembaruan utang yang terjadi di dalam dunia perbankan adalah denggan mengganti atau memperbarui perjanjian kredit bank yang ada.
Dalam hal ini yang diganti adalah perjanjian kredit banknya dengan perjanjian kredit bank yang baru. Dengan terjadinya penggantian atau pembaruan perjanjian
kredit, otomatis perjanjian kredit bank yang lama berakhir atau tidak berlaku. Pasal 1413 BW KUH Perdata menyebutkan tiga cara untuk melakukan
novasi, yaitu : 1.
dengan membuat suatu perikatan utang baru yang mengganti perikatan utang lama yang dihapuskan karenanya;
2. dengan cara expromissie, yakni mengganti debitur lama dengan debitur baru
3. mengganti debitur lama dengan debitur baru sebagai akibat suatu perjanjian
baru yang diadakan; 4.
perjumpaan utang kompensasi
Universitas Sumatera Utara
Kompensasi adalah perjumpaan dua utang yang berupa benda-benda yang ditentukan menurut jenis generieke ziken yang dipunyai oleh dua orang atau
pihak secara timbal balik, dimana masing-masing pihak berkedudukan baik sebagai kreditur maupun debitur terhadap orang lain, sampai jumlah terkecil yang
ada di antara kedua utang tersebut.
39
Dasar kompensasi ini disebutkan dalam Pasal 1425 BW KUH Perdata. Dikatakan jika dua orang saling berhutang satu pada yang lain, maka terjadilah
antara mereka suatu perjumpaan utang-piutang, dengan mana utang-utang antara kedua orang tersebut dihapuskan.
Kondisi demikian itu dijalankan oleh bank dengan cara mengkompensasikan barang jaminan debitur dengan utangnya kepada bank,
sebesar jumlah jaminan tersebut yang diambil alih tersebut.
B. Jaminan Fidusia 1. Pengertian dan Latar Belakang Lahirnya Jaminan Fidusia