3. Subjek dan Objek Jaminan Fidusia
Chaidir Ali berpendapat bahwa yang dimaksud dengan subyek hukum adalah manusia yang berkepribadian hukum legal personality dan segala sesuatu
yang berdasarkan tuntutan kebutuhan masyarakat yang oleh hukum diakui sebagai pendukung hak dan kewajiban.
63
Dapat pula dikatakan bahwa subyek hukum adalah pendukung atau pembawa hak dan kewajiban artinya subyek hukum itu
mempunyai hak-hak dan kewajiban dalam perbuatan hukum yang dilakukan.
64
Pasal 1 butir 2 Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 Tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan menyatakan :
Jadi pendukung atau pembawa hak dan kewajiban adalah manusia atau orang. Subyek hukum dalam jaminan fidusia adalah para pihak yang terlibat dalam
pembuatan perjanjian atau akta jaminan fidusia. Dalam jaminan fidusia, ada pihak yang dikatakan sebagai penerima fidusia krediturbank dan pihak pemberi
fidusia debitur.
”Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
65
Dalam pasal 1 ayat 5 Undang-Undang Jaminan Fidusia Nomor 42 Tahun 1999 menyebutkan bahwa pemberi fidusia debitur adalah orang perorangan atau
korporasi pemilik Benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia, sedangkan dalam pasal 1 ayat 6 menyebutkan, penerima fidusia kreditur bank adalah orang
perorangan atau korporasi yang mempunyai piutang yang pembayarannya dijamin
63
Chaidir Ali, Badan Hukum, Bandung : Alumni, 1976 hal. 12
64
Sutarno, Op. Cit, hal. 9.
65
Thomas Suyatno, Kelembagaan Perbankan, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama,1993 hal. 1.
Universitas Sumatera Utara
dengan Jaminan Fidusia. Untuk membuktikan bahwa benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia milik sah pemberi fidusia, maka harus dilihat bukti-bukti
kepemilikan benda-benda jaminan tersebut. Penerima fidusia memiliki hak untuk mendapatkan pelunasan utang yang diambil dari nilai objek fidusia dengan cara
menjual oleh kreditur sendiri ataupun melalui pelelangan umum. Objek jaminan fidusia adalah benda bergerak baik yang berwujud maupun
tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan atau hipotek sebagaimana yang dimaksud dalam
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan. Pada awalnya yaitu zaman Romawi, objek fidusia adalah meliputi baik benda bergerak maupun
tidak bergerak. Pemisahan mulai diadakan setelah mulai dikenal gadai dan hipotek. Di zaman Belanda, objek fidusia dipersamakan dengan gadai karena pada
waktu itu fidusia dianggap sebagai jalan keluar untuk menghindari larangan dalam gadai. Sementara itu di kalangan Mahkamah Agung berpendapat bahwa jaminan
fidusia hanya diperuntukkan terhadap benda bergerak. Mengingat dalam UUPA, pembedaan atas benda bergerak dan benda tidak bergerak dengan menggunakan
tanah dan bukan tanah, bangunan-bangunan yang terletak di atas tanah tidak dapat dijaminkan terlepas dari tanahnya.
Perkembangan ini sesuai dengan perkembangan kebutuhan masyarakat, dimana orang yang menguasai tanah dengan hak-hak atas tanah yang tidak bisa
dijaminkan dengan hak tanggungan seperti hak sewa, hak pakai atau hak menumpang, dapat diatasi dengan jaminan fidusia, Dengan lahirnya Undang-
Undang Jaminan Fidusia, yang menjadi objek jaminan fidusia menjadi lebih jelas,
Universitas Sumatera Utara
yaitu mengacu pada beberapa pasal dari Undang-Undang tersebut antara lain Pasal 1 ayat 4, Pasal 9, Pasal 10 dan Pasal 20. Benda-benda yang menjadi objek
jaminan fidusia adalah: 1.
Benda tersebut harus dapat dimiliki dan dialihkan secara hukum. 2.
Dapat atas benda berwujud. 3.
Dapat juga atas benda tidak berwujud, termasuk piutang. 4.
Benda bergerak 5.
Benda tidak bergerak yang tidak dapat diikat dengan hak tanggungan. 6.
Benda tidak bergerak yang tidak dapat diikatkan dengan hipotik. 7.
Baik atas benda yang sudah ada maupun terhadap benda yang akan diperoleh kemudian. Dalam hal benda yang akan diperoleh kemudian, tidak diperlukan
suatu akta pembebanan fidusia tersendiri. 8.
Dapat atas satu satuan atau jenis benda 9.
Dapat juga atas lebih dari satu jenis atau satuan benda. 10.
Termasuk hasil dari benda yang telah menjadi objek fidusia. 11.
Termasuk juga hasil klaim asuransi dari benda yang menjadi objek jaminan fidusia
12. Benda persediaan inventory, stock perdagangan dapat juga menjadi objek
jaminan fidusia. Dalam hukum Anglo Saxon, terhadap pembebanan fidusia yang
berobjekan benda persediaan ini, dikenal dengan nama Floating Lien atau Floting Charges. Disebut ’floating’ mengambang karena jumlahnya benda yang menjadi
objek jaminan sering berubah-ubah sesuai dengan persediaan stok, mengikuti
Universitas Sumatera Utara
irama pembelian dan penjualan dari benda tersebut. Fidusia terhadap benda persediaan ini diakui oleh pengadilan di Inggris sejak tahun 1870 dalam kasus Re
Panama, New Zealand and Australian Royal Mail Co.
66
Sifat mengambang dari floating charges ini berubah menjadi spesifik jika terjadi suatu tindakan yang disebut dengan kristalisasi yaitu terjadi keadaan-
keadaan sebagai berikut: 1.
pengumuman pemberesan dalam likuidasi suatu perusahaan 2.
jika terjadi wanprestasi atas surat berharga yang dijamin dengan floting charges
3. jika diangkat receiver kurator oleh pengadilan
4. Sifat-Sifat Jaminan Fidusia