Kasus yang Dikaji Metode Analisis Data

3.2 Kasus yang Dikaji

Kasus yang dikaji dalam penelitian ini adalah : 1. Elsis Nazara 17 tahun 2. Sherly Hulu 19 tahun 3. Manna Gea 17 Tahun 4. Najwa Hia 15 Tahun 3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah di Kota Gunungsitoli, berdasarkan alasan belum pernah dilakukan penelitian tentang perilaku seksual remaja di Kota Gunungsitoli.

3.3.2 Waktu Penelitian

Penelitian dimulai pada bulan Februari sampai dengan Maret tahun 2013.

3.4 Informan Penelitian

Informan dalam penelitian terdiri dari pelaku 4 orang remaja putri yang sudah melakukan hubungan seksual pranikah dengan pacarnya dan tinggal di Kota Gunungsitoli, teman dekat pelaku diasrama Akademi Kebidanan Akar Bangsa yang dipanggil pelaku dengan sebutan kakak sayang, ibu-ibu tetangga pelaku, Anggota Kepolisian Resor Nias unit Perlindungan Perempuan dan Anak PPA, Pendeta yang bertugas di Gereja Banua Niha Keriso Protestan BNKP dan Pendeta Huria Kristen Batak Protestan HKBP serta Anggota DPRD Kota Gunungsitoli.

3.4.1 Proses Penelusuran Informan

Informan penelitian yang ditelusuri adalah remaja putri yang sudah melakukan seks pranikah yang sekarang berstatus pelajar di salah satu Perguruan Swasta di Gunungsitoli dan mahasiswi remaja putri yang sedang menjalani test kesehatan sebelum menjalani pendidikan di tempat penelitian bekerja. Peneliti terpilih sebagai salah satu anggota team kesehatan untuk memeriksa test kesehatan tersebut. Setelah dilakukan test kesehatan, ternyata banyak remaja putri yang tidak perawan lagi. Tetapi dari sekian banyak yang tidak perawan lagi, hanya beberapa yang dipilih peneliti untuk dijadikan informan penelitian. Penelitian melihat dari sifat dan karakter dari mahasiswi tersebut. Sifatnya antara lain, lebih penurut dan mau diajak bercerita serta mau memberikan informasi tentang mengapa mereka tidak perawan lagi. Beberapa alasan mengapa peneliti memilih mahasiswa remaja Putri di pendidikan tersebut adalah : 1 Lebih mudah melakukan pendekatan karena sebelumnya peneliti dengan mahasiswi tersebut memang sudah terjalin hubungan yang baik. 2 Lebih mudah memperoleh kepercayaan calon informan karena sejak awal masuk pendidikan, informan penelitian selalu bercerita kepada peneliti jika mahasisiwi tersebut mendapatkan kesulitan di kampusnya. Peneliti selalu ramah dan memberikan kebebasan kepada mahasiswanya untuk menghubunginya 24 jam dan peneliti selalu memberikan perhatian-perhatian yang intens kepada mahasiswanya. Perhatian yang diberikan oleh peneliti adalah dengan selalu menanyakan apa masalah yang mereka hadapi di pendidikan dan mengapa orang tua mereka tidak pernah menelepon mereka, dan jika kendalanya disebabkan karena tidak memiliki alat komunikasi dan memang belum diperbolehkan membawa alat komunikasi, maka dengan senang hati peneliti pun memberikan alat komunikasinya berupa ponsel seluler untuk dipakai mahasiswanya untuk menghubungi orang tua mereka. Inilah strategi yang digunakan oleh peneliti sehingga memenangkan dan mendapat tempat di hati mahasiswanya, 3 Screening yang dilakukan dapat lebih tepat sasaran karena dilakukan pada remaja putri yang telah melakukan hubungan seksual pranikah. Pemilihan terhadap calon informan ini hanya terbatas pada remaja putri yang telah melakukan hubungan seks pranikah. Peneliti juga mempertimbangkan tempat tinggal calon informan yang mudah dijangkau, yaitu sekitar wilayah Gunungsitoli untuk mengantisipasi munculnya kendala penelitian karena jarak tempat tinggal. Selanjutnya dilakukan screening untuk melihat apakah ada fenomena tertentu yang menarik untuk diteliti pada remaja putri yang telah melakukan hubungan seksual pranikah. Penelitian dilakukan pada 4 orang remaja putri yang tinggal di Kota Gunungsitoli. Lalu dilakukan pendekatan agar tidak kehilangan kesempatan mendapatkan indikasi malu atau takut oleh informan karena hubungan seksual pranikahnya. Pendekatan yang dilakukan adalah membawa informan penelitian jalan- jalan ke Cafe Cafe Laris Manis dengan alasan hanya Cafe tersebut yang menyediakan makanan yang digemari 4 remaja putri tersebut diluar jam pendidikan, wawancara dan observasi perilaku. Ditetapkan 4 remaja putri yang telah melakukan hubungan seksual pranikah sebagai calon informan penelitian. Pemilihan calon informan juga berkaitan dengan kesediaan informan memberikan informasi, sifat serta keterbukaannya dalam berbagai hal. Hal demikian dilakukan karena hal yang diteliti sangat pribadi bagi calon informan penelitian. 3.5 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan wawancara mendalam serta percakapan-percakapan informal. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang diperoleh dari wawancara dan pengamatan. Untuk membangun wawancara yang baik, peneliti terlebih dahulu mengembangkan rappot. Rappot adalah membina hubungan yang baik antara peneliti dengan informan, sehingga terjadi kerjasama yang baik cooperative. Kerjasama akan terjadi bila ada sebelumnya kepercayaan trust. Jadi peneliti harus membangun, membina hubungan yang baik antara peneliti dan informan. Di dalam penelitian kualitatif instrumen penelitian adalah peneliti sendiri, sehingga diperlukan peneliti yang memiliki kemampuan untuk menjalin hubungan baik dengan semua orang, termasuk mengembangkan empati dan merasakan serta melihat sesuatu dari sudut pandang si pelaku. Supaya hasil wawancara dapat terekam dengan baik, dimiliki bukti telah melakukan percakapan dengan informan maka dirasa perlu menggunakan alat bantu yaitu alat tulis, kemudian hasil percakapan ditulis dalam bentuk transkrip.

3.6 Metode Analisis Data

Merriam dan Marshall serta Rossman dalam Craswell 2011 pengumpulan dan analisis data harus merupakah sebuah proses yang bersamaan dalam penelitian kualitatif. Schatzman dan Strauss 1973 mengatakan bahwa analisa data kualitatif terutama bertujuan mengelompokan benda, orang, peristiwa, yang terjadi karakteristiknya. Selama analisis data, data akan disusun secara kategoris dan kronologis, ditinjau secara berulang-ulang dan terus menerus dikodekan. Proses analisis data berlangsung sejak dari lapangan sampai pada proses menulis file note. BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian studi kualitatif perilaku seksual remaja putri mengambil lokasi di Kota Gunungsitoli Kecamatan Gunungsitoli. Kota Gunungsitoli merupakan pemekaran dari Kabupaten Nias yang terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu Kecamatan Gunungsitoli Utara, Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa, Kecamatan Gunungsitoli, Kecamatan Gunungsitoli Selatan, Kecamatan Gunungsitoli Barat, dan Kecamatan Gunungsitoli Idanoi. Penelitian dimulai dengan melakukan kajian awal studi literatur terkait dengan fokus penelitian. Kota Gunungsitoli terletak pada garis khatulistiwa dengan batas-batas wilayah : Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Sitolu ori, Kabupaten Nias Utara. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Gido dan Kecamatan Hiliserangkai Kabupaten Nias. Sebelah Timur berbatasan dengan Samudera Hindia. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Hiliduho Kabupaten Nias serta Kecamatan Alasa Talumozi dan Kecamatan Namuhalo Esiwa Kabupaten Nias Utara. Kota Gunungsitoli terletak pada 0 12’-1 32’ LU dan 97 – 98 BT. Kondisi alamtopografi daratan Pulau Nias sebagian berbukit-bukit sempit dan terjal serta pegunungan dengan tinggi di atas permukaan laut bervariasi antara 0-800 m. Akibat kondisi alam yang demikian mengakibatkan adanya 20 sungai-sungai kecil, sedang, atau besar yang ditemui hampir di seluruh Kecamatan. Dari 101 desakelurahan yang ada di Gunungsitoli, sebanyak 27 desakelurahan 27 terletak di daerah pantai, dan 74 desakelurahan 73 berada di daerah bukan pantaipegunungan. Rumah tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan yang sangat diperlukan oleh penduduk karena mempunyai fungsi utama sebagai tempat berlindung bagi anggota rumah tangga. Dari hasil survei sosial ekonomi nasional tahun 2010 Kota Gunungsitoli secara keseluruhan, menurut kepemilikannya, pada tahun 2010 rumah tangga yang mendiami rumah bangunan fisik bukan bertempat tinggal di tendakampbarak adalah 76,20 persen rumah tangga diantaranya mempunyai status milik sendiri, 5,79 persen rumah tangga mengontrak, 2,17 persen rumah tangga menyewa, 1,83 persen rumah tangga bebas sewa, 1,10 persen rumah tangga menempati rumah milik orang tuakeluarga, dan 1,33 persen rumah tangga adalah lainnya. Kondisi lantai rumah tempat tinggal yang didiami penduduk paling banyak terbuat dari lantai bukan tanah yaitu 91,56 persen, sedangkan lantai tanah 8,44 persen. Sumber utama air minum rumah tangga lebih banyak berasal dari sumur tidak terlindung yaitu 22,67 persen, kemudian dari mata air tidak terlindung 22,14 persen, sumur terlindung 13,58 persen, leding meteran 14,37 persen, air hujan 2,52 persen, mata air terlindung 5,77 persen, air sungai 2,73 persen, sumur borpompa 9,38 persen, leding eceran 0,69 persen, dan air kemasan bermerek 1,00 persen. Jumlah rumah ibadah pada tahun 2010 adalah sebanyak 473 unit, yaitu Mesjidsurau 58 unit, Gereja Protestan 373 unit, Gereja Khatolik 41 unit, dan Vihara Budha 1 unit, tersebar di seluruh Kecamatan. Banyaknya angkutan bus umum transportasi di Kota Gunungsitoli tahun 2010 adalah 22 unit bus. Jumlah kunjungan pesawat terbang di tahun 2010 baik kedatangan maupun keberangkatan mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kota Gunungsitoli terdapat 1 unit Kantor Pos Cabang yang berada di Gunungsitoli untuk melayani masyarakat dalam hal jasa pos. Untuk jasa telekomunikasi telepon, jumlah sambungan telepon yang ada di Kota Gunungsitoli pada tahun 2010 adalah sebanyak 2.553 sambungan yang terdiri dari sambungan induk sebanyak 2.257 sambungan dan sambungan cabang sebanyak 296 sambungan. Jumlah sambungan ini mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan jumlah sambungan pada 2 tahun sebelumnya. Kota Gunungsitoli juga memiliki beraneka ragam suku yaitu suku Nias, Batak, Padang, Cina Tionghoa, Aceh, Jawa, NTT Sumber : Gunungsitoli dalam Angka 2011.

4.2 Kasus Elsis