Kesehatan Reproduksi Remaja Jenis Penelitian

n. Penerimaan aktifitas seksual pacarnya. o. Sekedar menunjukkan kegagahan dan kemampuan fisiknya. p. Terjadi peningkatan rangsangan pada seksual akibat peningkatan kadar hormon reproduksi atau seksual.

2.8 Kesehatan Reproduksi Remaja

Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera baik fisik, mental dan sosial yang utuh tidak semata–mata bebas dari penyakit dan kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya Depkes, 2003. Sedangkan kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata bebas dari penyakit dan kecacatan namun juga sehat secara fisik, mental dan sosial kultur BKKBN, 2005. Sehat meliputi tidak tertular penyakit yang menggangu kesehatan reproduksi, tidak menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan. Sehat mental yaitu percaya diri, mampu berkomunikasi dan mampu mengambil keputusan atas segala resiko, sedangkan sehat sosial meliputi pertimbangan nilai–nilai yang berlaku, baik nilai– nilai yang berlaku, baik nilai–nilai agama, budaya, maupun nilai–nilai sosial. Kesehatan reproduksi merupakan unsur yang intrinsik dan penting dalam kesehatan umum baik perempuan maupun laki–laki. Kesehatan reproduksi berarti manusia mampu melakukan kehidupan seksual yang aman dan memuaskan serta bertanggung jawab dan memiliki kemampuan untuk bereproduksi BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan rancangan studi kasus. Penelitian kualitatif ini memusatkan diri secara intensif tentang latar belakang masalah keadaan dan posisi suatu peristiwa yang sedang berlangsung saat ini, serta interaksi lingkungan sosial tertentui yang bersifat apa adanya dan mempelajarinya sebagai suatu kasus. Data studi kasus dapat diperoleh tidak saja dari pelaku yang diteliti, tetapi juga diperoleh dari semua pihak yang mengetahui dan mengenal kasus tersebut dengan baik juga dari mereka yang dapat menjelaskan mengapa kasus tersebut ada. Studi kasus akan kehilangan artinya kalau hanya ditujukan sekedar untuk memperoleh gambaran umum namun tanpa menemukan sesuatu atau beberapa aspek khusus yang perlu dipelajari secara intensif dan mendalam. Disamping itu, studi kasus yang baik harus dilakukan secara langsung dalam kehidupan sebenarnya dari kasus yang diselidiki. Penelitian kualitatif ini berusaha untuk menyoroti suatu keputusan atau seperangkat keputusan, mengapa keputusan itu diambil, bagaimana diterapkan dan apakah hasilnya Bungin, 2011. Peneliti menggunakan metode kualitatif karena peneliti ingin mengetahui secara mendalam dan yang sebenarnya tentang perilaku seksual remaja putri di Kota Gunungsitoli. Penelitian ini dilakukan dengan cara mempelajari 4 kasus yang dialami oleh Elsis Nazara, Sherly Hulu, Manna Gea, Najwa Hia.

3.2 Kasus yang Dikaji