3.4.1 Proses Penelusuran Informan
Informan penelitian yang ditelusuri adalah remaja putri yang sudah melakukan seks pranikah yang sekarang berstatus pelajar di salah satu Perguruan
Swasta di Gunungsitoli dan mahasiswi remaja putri yang sedang menjalani test kesehatan sebelum menjalani pendidikan di tempat penelitian bekerja. Peneliti
terpilih sebagai salah satu anggota team kesehatan untuk memeriksa test kesehatan tersebut. Setelah dilakukan test kesehatan, ternyata banyak remaja putri yang tidak
perawan lagi. Tetapi dari sekian banyak yang tidak perawan lagi, hanya beberapa yang dipilih peneliti untuk dijadikan informan penelitian. Penelitian melihat dari sifat
dan karakter dari mahasiswi tersebut. Sifatnya antara lain, lebih penurut dan mau diajak bercerita serta mau memberikan informasi tentang mengapa mereka tidak
perawan lagi. Beberapa alasan mengapa peneliti memilih mahasiswa remaja Putri di
pendidikan tersebut adalah : 1 Lebih mudah melakukan pendekatan karena sebelumnya peneliti dengan mahasiswi tersebut memang sudah terjalin hubungan
yang baik. 2 Lebih mudah memperoleh kepercayaan calon informan karena sejak awal masuk pendidikan, informan penelitian selalu bercerita kepada peneliti jika
mahasisiwi tersebut mendapatkan kesulitan di kampusnya. Peneliti selalu ramah dan memberikan kebebasan kepada mahasiswanya untuk menghubunginya 24 jam dan
peneliti selalu memberikan perhatian-perhatian yang intens kepada mahasiswanya. Perhatian yang diberikan oleh peneliti adalah dengan selalu menanyakan apa masalah
yang mereka hadapi di pendidikan dan mengapa orang tua mereka tidak pernah
menelepon mereka, dan jika kendalanya disebabkan karena tidak memiliki alat komunikasi dan memang belum diperbolehkan membawa alat komunikasi, maka
dengan senang hati peneliti pun memberikan alat komunikasinya berupa ponsel seluler untuk dipakai mahasiswanya untuk menghubungi orang tua mereka. Inilah
strategi yang digunakan oleh peneliti sehingga memenangkan dan mendapat tempat di hati mahasiswanya, 3 Screening yang dilakukan dapat lebih tepat sasaran karena
dilakukan pada remaja putri yang telah melakukan hubungan seksual pranikah. Pemilihan terhadap calon informan ini hanya terbatas pada remaja putri yang
telah melakukan hubungan seks pranikah. Peneliti juga mempertimbangkan tempat tinggal calon informan yang mudah dijangkau, yaitu sekitar wilayah Gunungsitoli
untuk mengantisipasi munculnya kendala penelitian karena jarak tempat tinggal. Selanjutnya dilakukan screening untuk melihat apakah ada fenomena tertentu yang
menarik untuk diteliti pada remaja putri yang telah melakukan hubungan seksual pranikah.
Penelitian dilakukan pada 4 orang remaja putri yang tinggal di Kota Gunungsitoli. Lalu dilakukan pendekatan agar tidak kehilangan kesempatan
mendapatkan indikasi malu atau takut oleh informan karena hubungan seksual pranikahnya. Pendekatan yang dilakukan adalah membawa informan penelitian jalan-
jalan ke Cafe Cafe Laris Manis dengan alasan hanya Cafe tersebut yang menyediakan makanan yang digemari 4 remaja putri tersebut diluar jam pendidikan,
wawancara dan observasi perilaku. Ditetapkan 4 remaja putri yang telah melakukan hubungan seksual pranikah sebagai calon informan penelitian. Pemilihan calon
informan juga berkaitan dengan kesediaan informan memberikan informasi, sifat serta keterbukaannya dalam berbagai hal. Hal demikian dilakukan karena hal yang
diteliti sangat pribadi bagi calon informan penelitian. 3.5 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan wawancara mendalam serta percakapan-percakapan informal. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang diperoleh dari wawancara dan pengamatan. Untuk membangun wawancara yang baik, peneliti
terlebih dahulu mengembangkan rappot. Rappot adalah membina hubungan yang baik antara peneliti dengan informan, sehingga terjadi kerjasama yang baik
cooperative. Kerjasama akan terjadi bila ada sebelumnya kepercayaan trust. Jadi peneliti harus membangun, membina hubungan yang baik antara peneliti dan
informan. Di dalam penelitian kualitatif instrumen penelitian adalah peneliti sendiri, sehingga diperlukan peneliti yang memiliki kemampuan untuk menjalin hubungan
baik dengan semua orang, termasuk mengembangkan empati dan merasakan serta melihat sesuatu dari sudut pandang si pelaku. Supaya hasil wawancara dapat terekam
dengan baik, dimiliki bukti telah melakukan percakapan dengan informan maka dirasa perlu menggunakan alat bantu yaitu alat tulis, kemudian hasil percakapan
ditulis dalam bentuk transkrip.
3.6 Metode Analisis Data