Teori Perubahan Politik Signifikansi Penelitian

publik yang di dalamnya terdapat wacana demokratis otonomi dan kebebasan individual.

6.2. Teori Perubahan Politik

Teori-teori baru mengenai perubahan politik dapat dibedakan dari pendekatan pendekatan dahulu berdasarkan beberapa ciri. 11 Huntington dalam bukunya yang berjudul Political Order in Changing Societies yang terbit pada tahun 1968 menjelaskan banhwa, fokus utama perubahan politik adalah hubungan antara partisipasi politik dan pelembagaan politik. Hubungan diantara kedua unsur tersebutlah yang mempengaruhi stabilitas sistem politik. Pertama, perubahan politik yang terjadi pada setiap taraf pembangunan. Kedua, kerangka kerangka tersebut tidak banyak berkaitan dengan proses modernisasi. Ketiga, variabel yang berhubungan dengan teori sebagian besar bersifat politik. Keempat, Kerangka-kerangka itu cukup flexsibel untuk menampung perubahan perubahan politik baik dari lingkungan dalam negeri ataupun lingkungan luar negeri. Kelima, pada umumnya teori-teori itu lebih kompleks dari pada teori teori modernisasi politik dan pembangunan politik. 12 Analisa mengenai perubahan politik pertama-tama dapat diarahkan pada perubahan perubahan sederhana mengenai kekuasaan dan unsur-unsur dari sebuah sistem politik. Hal tersebut dapat meliputi perubahan mengenai gaya pemerintahan Hal ini disebabkan karena kadar dari sebuah partisipasi politik yang diberikan oleh suatu masyarakat berkaitan erat terhadap legitimasi yang diperoleh lembaga lembaga politiknya. Apabila partisipasi yang dimaksud dalam bentuk dukungan, maka hal itu menunjukan bahwa kelembagaan politik tersebut memiliki tingkat kepercayaan yang baik. Begitu juga sebaliknya, jika partisipasi politik tersebut dalam bentuk kritikan, maka kelembagaan politk tersebut tidak mendapat respon yang baik dalam masyarakat. 11 Samuel P. Huntington. 1991. Perubahan ke Arah Perubahan: Modernisasi Pembangunan dan Politik dalam Pembangunan Politik dan Perubahan Politik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Hlm. 109. 12 Samuel P. Hungtinton. 1968. Political Order in Changing Societies. Yale University Press.hlm.35 Universitas Sumatera Utara yang dipakai, sistem pemerintahan yang diterapkan dan segala bentuk lembaga- lembaga politik yang tersinkronisasi dalam sebuah sistem politik. Namun fokus dari perubahan politik bukanlah semata-mata terfokus pada perubahan kekuasaan. Melainkan yang lebih penting adalah permasaalahan hubungan yang ditimbulkan antara perubahan perubahan kekuasaaan masing-masing komponen dan unsur dengan perubahan dalam isinya. Perubahan politik dapat di klasifikasikan berdasarkan dua tingkatan. Pertama, Laju ruang lingkup dan arah perubahan sebuah komponen dapat dibandingkan dengan laju dan ruang lingkup komponen lainnya. Sebuah bentuk perbandingan yang demikian dapat menjelaskan pola-pola stabilitas dan kegoncangan dalam sistem poltiik. Sehingga jangkauan sebuah komponen berhubungan dengan perubahan atau tiadanya perubahan pada komponen lainnya. Misalnya kultur dan suatu sistem politik mungkin bisa dipandang sebagai hal yang lebih penting dibandingkan kelompok, pemimpin dan kebijakan-kebijakan yang dihasilkan. Tingkatan kedua dari analisa perubahan politik adalah perubahan kekuasaan dari suatu unsur dalam sebuah komponen pada suatu sistem dapat dibandingkan denngan unsur unsur lain dari komponen yang sama. Hal ini dapat meliputi analisa mengenai bangkit redupnya ideologi dan kepercayaan, lembaga dan kelompok, pemimpin dan kebijaksanaan serta unsur-unsur yang terdapat dalam komponen tersebut yang telah mengalami perubahan. Hal ini berarti menyangkut kajian sebuah unsur-unsur tersebut yang bersifat dinamis sehingga harus terus dipantau perubahan- perubahannya. 13 Perubahan politik merupakan salah satu varian dari gejala perubahan sosial. Perubahan politik senantiasa akan membawa suatu perubahan pada sebuah sistem sosial dalam sebuah kelompok masyarakat negara. Seperti yang dijelaskan oleh Kingsley Davis menjelaskan perubahan sosial merupakan perubahan perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Karena perubahan tersebut 13 Hoogerwerf. 1985. Politikologi, Jakarta: Erlangga. Hlm. 257. Universitas Sumatera Utara bersinggungan dengan fungsi masyarakat, Davis mengemukakan bahwa perubahan tersebut dapat menyebabkan perubahan dalam organisasi ekonomi maupun politik. 14 Pengertian lain mengenai perubahan sosial dikemukakan oleh Mac Iver yang mendefenisikan perubahan perubahan sosial sebagai hubungan dalam perubahan sosial sosial relations atau perubahan terhadap keseimbangan equilibrium dalam hubungan sosial. 15 Johnson 1995 mengatakan perubahan sosial ditandai oleh empat hal penting, yaitu: pertama, hilangnya kepercayaan terhadap institusi-institusi sosial yang mapan terutama lembaga lembaga ekonomi dan politik, kedua, otoritas yang terdapat dalam institusi-institusi sosial utama dipertanyakan, ketiga, menurunnya etika tradisional, dan keempat penolakan secara luas terhadap teknokrasi dan berbagai segi organisasi birokrasi. Hubungan sosial yang dimaksud merupakan hubungan antar individu ataupun antar kelompok dalam kehidupan bernegara. 16 Menurut Mooris Ginsberg 1984 sebab sebab terjadinya perubahan sosial adalah sebagai berikut: Keempat hal ini lah yang kemudian menjadi gejala-gejala yang menandai terjadinya sebuah proses perubahansosial. Jika kita mengkaitkannya dengan keberadaan perubahan politik yang terjadi Indonesia yang dipengaruhi oleh keberadaan komunisme, maka apa yang dijelaskan oleh Johnson terrsebut mengarah kepada bagaimana institusi-intitusi sosial yang berhaluan komunis tidak lagi mendapat kepercayaan dari masyarakat dan justru mendapat kecaman keras dari masyarakat itu sendiri. Institusi-intitusi komunis seperti PKI dalam bidang politik dan Lekra dll dalam bidang sosial telah dibubarkan oleh pemerintah dan membentuk image negatif terhadap institusi-intitusi tersebut dimata masyarakat. Hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap institusi-intitusi yang berideologi komunis tersebut dapat menyebabkan terjadinya perubahan sosial di Indonesia. 14 http:galihdanary.wordpress.com20101202teori perubahan sosial yang diunduh pada 14 maret 2013 pukul 14.15 wib 15 Soemardjan Selo dan Soeleman Soemardi. 1974. Setangkai Bunga Sosiologi. Jakarta : Lembaga Penerbitan Fakultas ekonomi Universitas Indonesia. Hlm.23 16 NgPhilipus Nurul Aini. 2009. Sosiologi dan Politik, Jakarta: Rajawali Pers. Hlm. 57. Universitas Sumatera Utara a. Keinginan individu dalam masyarakat untuk secara sadar mengadakan perubahan; b. Sikap sikap pribadi yang dipengaruhi oleh kondisi kondisi yang berubah; c. Perubahan perubahan struktural dalam bidang sosial, ekonomi dan politik; d. Pengaruh eksternal; e. Munculnya pribadi pribadi dan kelompok yang menonjol dalam masyarakat kelas menengah; f. Munculnya peristiwa peristiwa tertentu, seperti misalnya kekalahan perang, ataupun kekalahan sebuah kekuatan politik terhadap kekuatan politik yang lainnya; g. Tercapainya konsensus dalam masyarakat untuk meraih suatu tujuan bersama. Perubahan sosial juga ada yang sifatnya dikehendaki intended change atau perubahan yang direncanakan planed change dan perubahan yang tidak dikehendaki unintended change atau perubahan yang tidak direncanakan unplanned change. 17 Perubahan politik merupakan salah satu bentuk dari sebuah perubahan sosial. Biasanya sebuah gejala perubahan sosial akan menjadi sebuah faktor bagi terjadinya sebuah perubahan politik. Jadi pembahasan mengenai perubahan sosial sangat dibutukan dalam menganalisa sebuah prubahan politik. Perubahan yang dikehendaki merupakan perubahan yang sebelumnya telah direncanakan dengan baik dan yang menjadi kemauan dari masyarakat. Perubahan yang tidak dikehendaki merupakan perubahan yang terjadi secara spontan dan tidak ada rencana sebelumnya untuk melakukan sebuah perubahan. Dengan kata lain masyarakat sebelumnya tidak menyadari bahwa akan terjadi sebuah perubahan dalam kehidupan mereka. 18 17 Ibid, Hlm. 60 Hal ini diperlukan untuk melihat gejala-gejala sosial seperti apa yang mempengaruhi sebuah perubahan sosial yang kemudian menjadi faktor bagi terjadinya sebuah perubahan politik. 18 Charles F. Andrian, 1992. Kehidupan politik dan Perubahan sosial, Yogyakarta, Tiara Wacana. Hlm.34 Universitas Sumatera Utara 6.3. Teori Gerakan Mahasiswa Mahasiswa merupakan sebuah miniatur masyarakat intelektual yang memilki corak keberagaman pemikiran, gagasan dan ide-ide yang penuh dengan kreatifitas dalam rangka mewujudkan tri darma perguruan tinggi yakni; pendidikan dan pengajaran, penelitian, pengabdian pada masyarakat.sungguh menarik memang jika kita kembali memperbincangkan persoalan kampus dan dinamikannya yang sangat dinamis. kampus merupakan tempat pengembangan diri yang memberikan perubahan pikiran, sikap, dan pencerahan, tempat mahasiswa lahir menjadi kaum pemikir bebas yang tercerah. Dengan sifat keintelektual dan idealismenya mahasiswa lahir dan tumbuh menjadi entitas yang memiliki paradigma ilmiah dalam memandang persoalan kebangsaan dan kemasyarakatan. 19 Edward Shill mengkategorikan mahasiswa sebagai lapisan intelektual yang memiliki tanggung jawab sosial yang khas. Shill menyebukan ada lima fungsi kaum intelektual yakni mencipta dan menyebar kebudayaan tinggi, menyediakan bagan- bagan nasional dan antar bangsa, membina keberdayaan dan bersama, mempengaruhi perubahan sosial dan memainkan peran politik.Arbi Sanit memandang, mahasiswa cenderung terlibat dalam tiga fungsi terakhir. Sementara itu Samuel Huntington menyebutkan bahwa kaum intelektual di perkotaan merupakan bagian yang mendorong perubahan politik yang disebut reformasi. 20 Menurut Arbi Sanit ada empat faktor pendorong bagi peningkatan peranan mahasiswa dalam kehidupan politik. Per tama, sebagai kelompok masyarakat yang memperoleh pendidikan terbaik, mahasiswa mempunyai horison yang luas diantara masyarakat. Kedua, sebagai kelompok masyarakat yang paling lama menduduki bangku sekolah, sampai di universitas mahasiswa telah mengalami proses sosialisasi politik yang terpanjang diantara angkatan muda. Ketiga, kehidupan kampus 19 Ibid., hal.98. 20 Asep setiawan. 2007. Gerakan Mahasiswa Tinjauan Teoritis, , globalisasi.wordpress.com hal.10 Universitas Sumatera Utara membentuk gaya hidup yang unik di kalangan mahasiswa. Di Universitas, mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah, suku, bahasa dan agama terjalin dalam kegiatan kampus sehari-hari. Keempat, mahasiswa sebagai kelompok yang akan memasuki lapisan atas dari susunan kekuasaan, struktur perekonomian dan prestise dalam masyarakat dengan sendirinya merupakan elit di dalam kalangan angkatan muda. 21 Gerakan mahasiswa merupakan bagian dari gerakan sosial yang didefinisikan Nan Lin sebagai upaya kolektif untuk memajukan atau melawan perubahan dalam sebuah masyarakat atau kelompok. 22 Rudolf Heberle menyebutkan bahwa gerakan sosial merujuk pada berbagai ragam usaha kolektif untuk mengadakan perubahan tertentu pada lembaga-lembaga sosial atau menciptakan orde baru. 23 Denny JA juga menyatakan adanya tiga kondisi lahirnya gerakan sosial seperti gerakan mahasiswa. Pertama, gerakan sosial dilahirkan oleh kondisi yang memberikan kesempatan bagi gerakan itu. Pemerintahan yang moderat, misalnya memberikan kesempatan yang lebih besar bagi timbulnya gerakan sosial ketimbang pemerintahan yang sangat otoriter. Kedua, gerakan sosial timbul karena meluasnya ketidakpuasan atas situasi yang ada. Perubahan dari masyarakat tradisional ke Bahkan Eric Hoffer menilai bahwa gerakan sosial bertujuan untuk mengadakan perubahan. Teori awal menyebutkan, sebuah gerakan muncul ketika masyarakat menghadapi hambatan struktural karena perubahan sosial yang cepat seperti disebutkan Smelse. Teori kemacetan ini berpendapat bahwa “pengaturan lagi struktural dalam masyarakat seperti urbanisasi dan industrialisasi menyebabkan hilangnya kontrol sosial dan meningkatkan “gelombang menuju perilaku antisosial”. Kemacetan sistemik ini dikatakan menjadi penyebab meningkatnya aksi mogok, kekerasan kolektif dan gerakan sosial dan mahasiswa Pakar kontemporer tentang gerakan sosial mengkritik teori-teori kemacetan dengan alasan empirik dan teoritis. 21 Arbi Sanit. 1984. Sistem Politik Indonesia, Jakarta, Rajawali,. hal.107 22 Nan Lin. 1998. Sosial Movement dalam Encyclopedia of Sociology.New York, MacMillan Publishing Company hal. 188 23 Asep Setiawan. 1998.Gerakan Sosial, Jakarta, Jurusan Ilmu Politik, FISIP UMJ. hal.10 Universitas Sumatera Utara masyarakat modern, misalnya dapat mengakibatkan kesenjangan ekonomi yang makin lebar untuk sementara antara yang kaya dan yang miskin. Perubahan ini dapat pula menyebabkan krisis identitas dan lunturnya nilai-nilai sosial yang selama ini diagungkan. Perubahan ini akan menimbulkan gejolak yang dirugikan dan kemudian meluasnya gerakan sosial. Ketiga, gerakan sosial semata-masa masalah kemampuan kepemimpinan dari tokoh penggerak. Adalah sang tokoh penggerak yang mampu memberikan inspirasi, membuat jaringan, membangun organisasi yang menyebabkan sekelompok orang termotivasi terlibat dalam gerakan. Gerakan mahasiswa mengaktualisikan potensinya melalui sikap-sikap dan pernyataan yang bersifat imbauan moral. Mereka mendorong perubahan dengan mengetengahkan isu-isu moral sesuai sifatnya yang bersifat ideal. Ciri khas gerakan mahasiswa ini adalah mengaktualisasikan nilai-nilai ideal mereka karena ketidakpuasan terhadap lingkungan sekitarnya. 24 Gerakan moral ini diakui pula oleh Arief Budiman yang menilai sebenarnya sikap moral mahasiswa lahir dari karakteristiknya mereka sendiri. Mahasiswa, tulis Arief Budiman, sering menekankan peranannya sebagai “kekuatan moral” dan bukannya “kekuatan politik”. Aksi protes yang dilancarkan mahasiswa berupa demonstrasi di jalan dinilai juga sebagai sebuah kekuatan moral karena mahasiswa bertindak tidak seperti organisasi sosial politik yang memiliki kepentingan praktis. 25 Arief Budiman juga menambahkan, konsep gerakan moral bagi gerakan mahasiswa pada dasarnya adalah sebuah konsep yang menganggap gerakan mahasiswa hanyalah merupakan kekuatan pendobrak, ketika terjadi kemacetan dalam sistem politik.Setelah pendobrakan dillakukan maka adalah tugas kekuatan-kekuatan politik yang ada dalam hal ini partai-partai atau organisasi politik yang lebih mapan yang melakukan pembenahan. 26 24 Denny JA,” Menjelaskan Gerakan Mahasiswa”, Kompas, 25 April 1998 25 Arief Budiman. 2005. Peranan mahasiswa sebagai Inteligensia dalam Cendekiawan dan Politik. Jakarta, LP3ES. 26 Arief Budiman. 2005. Catatan Kritis Mencoba Memahami Si Bintang Lapangan 1998, dalam Arbi Sanit, Pergolakan Melawan Kekuasaan, Jakarta, LP3ES, , hal.26 Universitas Sumatera Utara Sependapat dengan Arief Budiman, Arbi Sanit menyatakan komitmen mahasiswa yang masih murni terhadap moral berdasarkan pergulatan keseharian mereka dalam mencari dan menemukan kebenaran lewat ilmu pengetahuan yang digeluti adalah sadar politik mahasiswa.Karena itu politik mahasiswa digolongkan sebagai kekuatan moral. Kemurnian sikap dan tingkah laku ,mahasiswa menyebabkan mereka dikategorikan sebagai kekuatan moral, yang dengan sendirinya memerankan politik moral. 27 Namun seperti halnya gerakan sosial umumnya senantiasa melibatkan pengorganisasian. Melalui organisasi inilah gerakan mahasiswa melakukan pula aksi massa, demonstrasi dan sejumlah aksi lainnya untuk mendorong kepentingannya. Dengan kata lain gerakan massa turun ke jalan atau aksi pendudukan gedung-gedung publik merupakan salah satu jalan untuk mendorong tuntutan mereka. Dalam mewujudkan fungsi sebagai kaum intelektual itu mahasiswa memainkan peran sosial mulai dari pemikir, pemimpin dan pelaksana. Sebagai pemikir mahasiswa mencoba menyusun dan menawarkan gagasan tentang arah dan pengembangan masyarakat. Peran kepemimpinan dilakukan dengan aktivitas dalam mendorong dan menggerakan masyarakat. Sedangkan keterlibatan mereka dalam aksi sosial, budaya dan politik di sepanjang sejarah merupakan perwujudan dari peran pelaksanaan tersebut. Bentuk lain dari aktualisasi peran gerakan mahasiswa ini dilakukan dengan menurunkan massa mahasiswa dalam jumlah besar dan serentak. Kemudian mahasiswa ini mendorong desakan reformasi politiknya melakukan pendudukan atas bangunan pemerintah dan menyerukan pemboikotan. Untuk mencapai cita-cita moral politik mahasiswa ini maka muncul berbagai bentuk aksi seperti umumnya terjadi dalam, gerakan sosial. Arbi Sanit menyatakan, demonstrasi yang dilakukan mahasiswa fungsinya sebagai penguat tuntutan bukan sebagai kekuatan pendobrak penguasa. Strategi demonstrasi diluar kampus merupakan bagian dari upaya membangkitkan semangat massa mahasiswa. 27 Arbi Sanit. 1998. Reformasi Politik. Yogyakarta, Pustaka Pelajar. hal.267. Universitas Sumatera Utara Arbi Sanit menyebutkan bahwa reformasi politik mahasiswa terfokus kepada suksesi kepemimpinan, penegakan pemerintahan yang kuat-efektif sehingga produktif, penegakan pemerintahan yang bersih, penetapan kebijakan puiblik yang adil dan tepat dan demokratisasi politik. Arbi menyajikan sebuah analisa sistematik mengenai peran strategis pembaharuan mahasiswa Asia dalam dekade 1990-an. Namun sayang, gerakan moral mahasiswa ini seringkali menimbulkan kerusuhan dan tindakan anarki, untuk itulah diperlukan strategi baru dalam melakukan aksi untuk menuntut perubahan kebijakan, yakni dengan menggunakan strategi negosiasi. 28

6. Metodologi Penelitian