Komplikasi Diabetes Melitus Gambaran Tingkat Kecemasan Dan Beban Keluarga Pada Klien Yang Menderita Diabetes Melitus Di Rumah Sakit Umum Daerah Aceh Tamiang

19. Komplikasi Diabetes Melitus

Diabetes melitus merupakan penyakit yang memiliki komplikasi, jika gula darah tidak terkontrol dengan baik beberapa tahun kemudian akan timbul komplikasi. Komplikasi akibat diabetes yang timbul dapat berupa komplikasi akut dan kronis.

a. Komplikasi akut

Komplikasi akut merupakan komplikasi yang muncul secara mendadak. Keadaan bisa fatal jika tidak segera ditangani dan kompliksai akut masih menjadi masalah utama karena angka kematiannya masih tinggi. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah: 1 Hipoglikemia glukosa darah turun terlalu rendah Hipoglikemia adalah suatu keadaan di mana konsentrasi atau kadar gula di dalam darah terlalu rendah 60mgdl, terjadi karena pemakaian obat-obat diabetic yang melebihi dosis yang di anjurkan sehingga terjadi penurunan glukosa dalam darah. Glukosa sebagian besar difasilitasi untuk masuk kedalam sel Sukarmin Riyadi, 2008 . Olah raga membakar glukosa dalam tubuh, tetapi perlu diperhatikan kesesuaian antara olah raga dengan dosis obat dan pola diet penderita. Latihan fisik dan olahraga berlebihan dapat menyebabkan hipoglikemia pada malam hari atau keesokan harinya disebut dengan delayed onset low blood sugar. Pengaruh alkohol bekerja dengan menghambat kemampuan hati untuk melepaskan glukosa alkohol juga menghambat kerja hormon yang menaikkan Universitas Sumatera Utara glukosa darah serta meningkatkan efek insulin, dan dapat menyebabkan hipoglikemia berat Tandra, 2007. Penyebab dari hipoglikemia adalah makan kurang dari aturan yang ditentukan, berat badan turun, sesudah olahraga,sesudah melahirkan, sembuh dari sakit, makan obat yang yang mempunyai sifat sama. Tanda dari gejala hipoglikemia dapat bervariasi tergantung penurunan kadar glukosa darah. Keluhan pada dasarnya dapat berupa keluhan pada otak, ini dikarenakan otak tidak mendapat kalori yang cukup sehingga mempengaruhi fungsi intelektual, antara lain sakit kepala, kurang konsentrasi, mata kabur, lelah, kejang hingga koma. Keluhan lain seperti lapar, nadi cepat, kejang atau koma. Keluhan akibat efek samping hormon lain yang berusaha menaikkan kadar glukosa darah, misalnya pucat, berkeringat, nadi cepat, berdebar, cemas serta rasa lapar Utama, 2007. Pengobatan yang paling baik adalah pencegahan. Penyandang diabetes melitus dan dokter bekerja sama, dokter memberikan penerangan tentan obat pengaruh terhadap glukosa darah dan hubungan dangan makanan, makan tepat waktu dan jumlah kalori adalah pokok utama pencegahan. Pemberian gula murni ±30g 2sendik makan, permen, dan makanan yang mengandung hidrat arang, stop obat hipoglikemia sementara dan periksa gula darah sewaktu. Jika penangan cepat, berikan larutan glokosa 40 sebanyak 2 flakon melalui vena setiap 10-20 menit hingga pasien sadar disertai pemberian cairan Universitas Sumatera Utara dextrose 10 per infus 6 jam per kolf, untuk mempertahankan glukosa darah dalam nilai normal, dan bila belum teratasi dapat diberikan antagonis insulin seperti adrenalin, kortison dosis tinggi atau glukagon 1 mg intravena Utama, 2007. 2 Hiperosmolar Non-ketotik Hiperosmolar Non-ketotik terjadi karena penurunan komposisi cairan intra sel dan ekstra sel karena banyak diekresi lewat urin Sukarmin Riyadi, 2008. Secara anamnesis ditemukan adanya masukan kalori yang berlebihan, penghentianobat oral maupun oral insulin yang didahului stres akut. Glukosa dapat menarik air keluar sel dan selanjutnya keluar bersama urin, dan tubuh mengalami dehidrasi. Penderita diabetes dalam keadaan ini menunjukkan gejala nafas cepat dan dalam, banyak kencing, sangat haus, lemah, kaki dan tulang kram, bingung, nadi cepat, kejang dan koma Utama, 2007. 3 Ketoasidosis terlalu banyak asam dalam darah Minimnya glukosa di dalam sel akan mengakibatkan sel mencari alternatif untuk dapat memperoleh energi sel, jika tidak ada glukosa maka benda-benda keton akan dipakai sel yang mengakibatkan penumpukan residu pembongkaran benda-benda keton yang berlebihan yang dapat mengakibatkan asidosis Sukarmin Riyadi, 2008. Universitas Sumatera Utara

b. Komplikasi Kronik,

komplikasi ini terjadi karena glukosa darah berada di atas normal berlangsung secara selama bertahun-tahun. Komplikasi timbul secara perlahan, kadang tidak diketahui, tetapi berangsur semakin berat dan membahayakan. Komplikasi kronik dapat berupa komplikasi makrovaskular seperti penyakit jantung koroner, pembuluh darah otak, dan mikrovaskular adalah retinopati, nefropati, neuropati Sukarmin dan Riyadi, 2008. 1 Makroangiopati Komplikasi makroangiopati adalah penyakit vaskuler otak, penyakit arteri koronatia dan penyakit vaskuler perifer. Terjadi mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah tepi, pembuluh darah jantung, pembuluh darah otak. Perubahan pada pembuluh darah besar dapat mengalami atherosklerosis sering terjadi pada NIDDM Sukarmin dan Riyadi, 2008. 2 Mikroangiopati Komplikasi mikroangiopati merupakan perubahan-perubahan mikrovaskuler yang ditandai dengan penebalan dan kerusakan membran di antara jaringan dan pembuluh darah kecil, retinopayi diabetika, nefropati diabetic. Terjadi pada penderita IDDM. Nefropati terjadi karena perubahan mikrovaskuler pada struktur dan fungsi ginjal yang menyebabkan komplikasi pada pelvis ginjal. Retinopati terdapatnya Universitas Sumatera Utara perubahan dalam retina karena penurunan protein dalam retina yang berakibat gangguan dalam penglihatan Sukarmin dan Riyadi, 2008 3 Neuropati diabetika Perubahan metabolik mengakibatkan fungsi sensorik dan motorik saraf menurun kehilangan sensorik mengakibatkan penurunan persepsi nyeri Sukarmin dan Riyadi, 2008. 4 Rentan infeksi Rentan infeksi seperti tuberculosis paru, gingivitis, dan infeksi saluran kemih Sukarmin dan Riyadi, 2008 5 Kaki diabetik Terjadi akibat perubahan mikroangiopati, makroangiopati, dan neuropati yang menyebabkan perubahan ekstremitas bawah. Kompliksai nya dapat terjadi gangguan sirkulasi, infeksi, gangren, penurunan sensorik dapat menunjang terjadinya trauma atau tidak terkontrolnya infeksi yang mengakibatkan gangren Sukarmin dan Riyadi, 2008.

20. Penatalaksanaan