KELUHAN WANITA MENOPAUSE MENOPAUSE .1 Definisi Menopause

kekurangan estrogen. Pada usia pra dan perimenopause, hormon yang diperiksa adalah FSH, LH dan estradiol. Tidak jarang pada keadaan seperti ini ditemukan FSH, LH dan estradiol tinggi, namun pasien telah ada keluhan. Keluhan vasomotorik sering ditemukan pada keadaan estrogen tinggi. Meskipun kadar estrogen tinggi, pengobatan tetap diberikan karena pasien telah memiliki keluhan. Pada keadaan seperti ini dianjurkan pemeriksaan T3,T4 dan TSH karena baik hipertiroid maupun hipotiroid dapat menimbulkan keluhan yang menyrupai kelhan klimakterik. Bila ternyata kadar T3,T4 dan TSH normal, maka kemungkinan besar terjadi fluktuasi estradiol dalam darah. Pada wanita seperti itu dapat dicoba pemberian terapi sulih hormon untuk satu bulan dulu dan kemudian dihentikan. Kemudian tanyakan kepada pasien, apakah keluhan sudah hilang atau belum. Pada wanita pascamenopause atau menopause prekoks cukup diperiksa kadar FSH dan Estradiol E2 darah dan FSH biasanya 35 mIUml dan kadar estradiol sudah berada 30 pgml.

2.1.6 KELUHAN WANITA MENOPAUSE

23 Menopause, terhentinya menstruasi secara permanen terjadi pada usia rata-rata 51 tahun. Meskipun terjadi peningkatan besar dalam harapan hidup perempuan, usia saat menopause tetap sangat konstan. Seorang wanita di Amerika Serikat saat ini akan hidup sekitar 30 tahun, atau lebih dari sepertiga hidupnya, di luar keadaan menopause. Setelah menopause, ovarium berhenti untuk memproduksi sejumlah besar estrogen, sehingga gejala dan penyakit yang berhubungan dengan Universitas Sumatera Utara defisiensi estrogen adalah hal yang penting untuk kesehatan perempuan. 26 Usia saat menopause tampaknya ditentukan secara genetik dan tidak dipengaruhi oleh ras, status sosial ekonomi, usia saat menarche, atau jumlah ovulasi sebelumnya. Faktor-faktor yang berbahaya bagi ovarium sering mengakibatkan usia dini dari menopause, perempuan yang merokok mengalami menopause lebih awal, seperti halnya juga pada perempuan yang terpapar kemoterapi atau radiasi panggul. Wanita yang telah menjalani operasi pada indung telur mereka, atau pernah menjalani histerektomi, walaupun tanpa pengangkatan indung telur mereka, mungkin juga mengalami menopause dini. Kegagalan ovarium prematur, yang didefinisikan sebagai menopause sebelum usia 40 tahun, terjadi pada sekitar 1 dari wanita. Ini mungkin terjadi secara idiopatik atau berhubungan dengan paparan racun, kelainan kromosom, atau gangguan autoimun .26 Meskipun menopause dikaitkan dengan perubahan hormon pada hipotalamus dan hipofisis yang mengatur siklus menstruasi, menopause bukanlah peristiwa sentral, tetapi kegagalan ovarium lebih utama. Pada tingkat ovarium, ada deplesi folikel ovarium, kemungkinan besar sekunder untuk apoptosis atau kematian sel terprogram. Ovarium tidak lagi mampu merespon hormon hipofisis, follicle-stimulating hormone FSH, dan luteinizing hormone LH, dan produksi dari estrogen dan progesteron terhenti .26 Universitas Sumatera Utara Beberapa sistem penilaian telah dikembangkan untuk menggambarkan banyak perubahan yang mencakup transisi dari kehidupan reproduksi postmenopause. Tahun-tahun reproduksi akhir ditandai dengan siklus menstruasi biasa yang terkait dengan peningkatan FSH. Masa transisi menopause ditandai dengan peningkatan kadar FSH yang terkait dengan siklus menstruasi yang memanjang, sedangkan periode pascamenopause ditandai dengan amenore. Masa transisi menopause dimulai dengan siklus menstruasi yang memanjang diikuti oleh meningkatnya kadar FSH dan berakhir dengan periode menstruasi terakhir. Menopause didefinisikan sebagai waktu periode menstruasi terakhir diikuti dengan 12 bulan amenore. Postmenopause menggambarkan periode setelah menstruasi terakhir. 26 Patofisiologi menopause mungkin paling dipahami dengan mempertimbangkan bahwa ovarium merupakan satu-satunya sumber oosit, sumber utama dari estrogen dan progesteron, dan sumber utama dari androgen. Infertilitas disebabkan oleh terjadinya deplesi dari oosit. Penghentian produksi progesteron oleh ovarium tampaknya tidak memiliki dampak klinis kecuali untuk peningkatan resiko terjdinya proliferasi endometrium, hiperplasia, dan kanker yang terkait dengan produksi. 26 Keluhan utama pada wanita menopause terutama terkait dengan terjadinya defisiensi estrogen. Mempelajari efek defisiensi estrogen dan penggantian pada wanita muda dengan kegagalan ovarium atau obat yang menekan sintesis estrogen seperti gonadotropin-releasing hormone Universitas Sumatera Utara antagonis membantu untuk membedakan antara efek penuaan dan defisiensi estrogen. 26 Masalah kesehatan utama wanita menopause termasuk gejala vasomotor, atrofi urogenital, osteoporosis, penyakit jantung, kanker, penurunan kognitif, dan masalah seksual. Pilihan untuk penaalaksanaan wanita menopause telah meningkat pesat sejak terapi hormon HT pertama kali diperkenalkan pada tahun 1960. Sehubungan dengan penggunaan hormon, ada banyak pilihan jenis hormon, dosis, dan metode administrasi. Tidak hanya bentuk-bentuk baru estrogen dan progestin telah diperkenalkan, tapi cara baru menggabungkan dua hormon yang tersedia. Selain hormon, selektif modulator reseptor estrogen SERM dan bifosfonat yang tersedia untuk penatalaksanaan.

2.1.6.1 Perubahan Pola Haid

26 Gejala yang paling umum pada wanita perimenopause adalah perubahan dari pola haid. Lebih dari 90 wanita perimenopause akan mengalami perubahan dalam siklus haid. Siklus yang memendek antara 2-7 hari sangatlah khas. Sebagai contoh, wanita dengan siklus haid yang teratur antara 25-35 hari selama usia 20-30 tahun akan mengalami siklus haid lebih sering terutama disebabkan oleh memendeknya fase folikel. Siklus haid yang sebelumnya menetap tiap 28 hari akan menjadi siklus 25 atau 26 hari dan pada waktu terjadi perimenopause kejadian oligomenore meningkat. 24,26 Universitas Sumatera Utara Perdarahan yang tidak teratur dapat terjadi karena tidak adekuatnya fase luteal atau sesudah puncak estradiol yang tidak diikuti ovulasi dan pembentukan korpus luteum. Pemanjangan siklus mungkin juga terjadi seperti halnya haid yang tidak teratur. 26 Banyak juga wanita yang mengalami perubahan dalam banyaknya perdarahan. Perdarahan biasanya lebih banyak pada awal perimenopause yang disebabkan oleh siklus anovulasi. Kemudian menjadi lebih sedikit. Beberapa wanita dilaporkan mengalami spotting 1 atau 2 hari segera sebelum haid. Kombinasi dari spotting, siklus haid yang pendek dan perdarahan yang banyak memberikan kesan secara subjektif wanita tersebut “selalu berdarah”. 26 Meskipun perdarahan tidak teratur sangat umum dan dianggap normal selama perimenopause, berat dan lamanya perdarahan atau perdarahan diantara siklus haid bukanlah hal yang normal. Adanya perdarahan mengharuskan klinikus untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut, sepeti biopsi endometrium untuk menegakkan diagnosis, terutama untuk penderita dengan faktor risiko yang lain untuk terjadinya karsinoma endometrium seperti oligoovulatoar, obesitas atau riwayat infertilitas. Untuk kasus-kasus yang dicurigai, sebelum melakukan biopsi, mungkin berharga bila ditanyakan pada penderita riwayat perdarahan secara lengkap untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat mengenai pola perdarahan .26 Universitas Sumatera Utara Tanda awal dari perimenopause adalah perubahan pada pola perdarahan haid. Keadaan ini diakibatkan defisiensi atau berfluktuasinya estrogen dan progesteron. Didapatkan sekitar 33 dari seluruh konsultasi ginekologi berhubungan dengan perdarahan abnormal, dan meningkat menjadi 69 pada wanita perimenopause dan postmenopause. Penelitian klinik pada wanita perimenopause menunjukkan bahwa lebih kurang 90 wanita selama perimenopause mengalami ketidakteraturan haid; hanya 10-12 dari wanita premenopause yang mengalami amenore mandadak. Insiden kelainan organik pada uterus mencapai puncaknya pada saat perimenopause. Oleh karena siklus haid pada periode ini kemungkinan anovulatoar, risiko untuk terjadinya hiperplasi endometrium akibat unopposed estrogen menjadi lebih tinggi. 26

2.1.6.2. Keluhan Vasomotor

26 Gejala vasomotor mempengaruhi sampai 75 wanita perimenopause. Gejala dapat terjadi untuk 1 sampai 2 tahun setelah menopause pada sebagian besar wanita, namun dapat terus sampai 10 tahun atau lebih wanita lainnya. Hot flashes adalah alasan utama mengapa perempuan mencari perawatan saat menopause dan permintaan akan pengobatan terapi hormonal. Hot flashes tidak hanya mengganggu perempuan di tempat kerja dan mengganggu kegiatan sehari-hari tetapi juga mengganggu tidur. Banyak wanita yang melaporkan kesulitan berkonsentrasi dan terjadinya ketidakstabilan emosional selama Universitas Sumatera Utara masa transisi menopause. Insiden penyakit tiroid meningkat seiring dengan pertmbahan usia wanita, sehingga pemeriksaan fungsi tiroid harus dilakukan jika dijumpai gejala vasomotor yang khas atau resisten terhadap terapi yang diberikan. 26 Mekanisme fisiologis yang mendasari terjadinya hot flashes masih belum sepenuhnya dipahami. Sebuah peristiwa sentral, mungkin dimulai di hipotalamus, mendorong peningkatan suhu inti tubuh, tingkat metabolisme, dan suhu kulit. Hal ini mengakibatkan reaksi ini dalam terjadinya vasodilatasi perifer dan berkeringat pada beberapa wanita. Peristiwa sentral mungkin dipicu oleh noradrenergik, serotoninergic, atau aktivasi dopaminergik. Meskipun lonjakan LH sering terjadi pada saat hot flashes, itu bukan penyebab, karena gejala vasomotor juga terjadi pada wanita dengan kelenjar hipofisis yang telah diangkat. Seperti apa peran dari estrogen dalam terjadinya hal ini masih belum diketahui secara pasti. Gejala vasomotor adalah konsekuensi dari penurunan kadar hormon estrogen .26 Hot flashes merupakan sensasi mendadak terhadap rasa panas, berkeringat dan kemerahan yang lebih sering terjadi pada muka, leher dan dada. ansietas juga sering menyertai hot flashes. Tanda-tanda obyektif dari vasodilatasi cutaneous seperti flusing dan berkeringat diamati, yang diikuti oleh penurunan suhu inti tubuh, yang menyebabkan beberapa wanita akan merasa dingin setelah setelah terjadinya semburan panas. 26 Universitas Sumatera Utara Hot flushes terkait dengan vasodilatasi dan peningkatan suhu kulit yang menghasilkan keringat, penurunan resistensi kulit, dan peningkatan konduktansi kulit. Data dari studi oleh Mashchak dkk menunjukkan bahwa hot flushes disebabkan oleh perubahan mendadak dalam regulasi kontrol suhu di hipotalamus regulasi. Investigasi kemudian menunjukkan bahwa penarikan estrogen adalah faktor pencetus untuk terjadinya hot flushes pada wanita menopause. Gejala secara lainnya meliputi palpitasi, gelisah, mudah marah, dan keringat malam. Hot flashes dapat terjadi selama beberapa detik, dan dapat juga terjadi sampai beberapa jam. 27 26 Hot flashes dapat muncul sebelum periode menstruasi terakhir, dengan hampir 60 wanita melaporkan keadian hot flashes sebelum terjadinya perubahan siklus menstruasi. Pola dapat berubah dari waktu ke waktu, dengan beberapa wanita mengalami pengurangan keluhan hot flashes seiring dengan waktu, sementara yang lain terus mengalami ketidaknyamanan sampai bertahun-tahun. Hot flashes juga mungkin dapat dipicu oleh menopause yang terjadi akibat prosedur pembedahan dimana terjadi satu minggu pasca-operasi, dan biasanya lebih sering dan parah di malam hari sering membangkitkan seorang wanita dari tidur atau selama masa stres. Salah satu keluhan utama yang terkait dengan hot flashes adalah insomnia, yang dapat mempengaruhi kualitas hidup wanita. 27 Keluhan Vasomotor pada masa Menopause telah dilaporkan terjadi sekitar 18 dari pekerja pabrik Cina di Hong Kong, 70 wanita Amerika Universitas Sumatera Utara Utara, dan 80 wanita Belanda women. Langenberg dkk menemukan variasi etnis yang signifikan dalam insiden gejala vasomotor setelah histerektomi. Perempuan kulit hitam secara signifikan lebih cenderung memiliki gejolak panas dibandingkan perempuan kulit putih

2.1.6.3 Atrofi Urogenital

.28 Produksi estrogen yang sangat rendah pada usia menopause akhir, atau bertahun-tahun setelah kastrasi, atrofi permukaan mukosa vagina akan terjadi, yang disertai dengan vaginitis, pruritus, dispareunia, dan stenosis. Atrofi genitourinari menyebabkan berbagai gejala yang mempengaruhi kualitas hidup. Uretritis dengan disuria, inkontinensia urgensi, dan frekuensi urinarius adalah hasil lebih lanjut dari penipisan mukosa, dalam hal ini, dari uretra dan kandung kemih. Infeksi saluran kemih berulang secara efektif dapat dicegah dengan terapi estrogen intravaginal pascamenopause. Relaksasi vagina dengan sistokel, rektokel, dan prolaps uterus, dan distrofi vulva bukan akibat dari kekurangan estrogen. 23,26 Kehilangan estrogen menyebabkan vagina kehilangan kolagen, jaringan adiposa, dan kemampuan untuk menahan air. Sebagaimana dinding vagina menyusut, rugae akan merata dan menghilang. Epitel permukaan akan kehilangan lapisan luar yang berserat dan kemudian menipis ke beberapa lapisan sel, dan berkurangnya rasio antara sel superfisial dan sel basal. Akibatnya, permukaan vagina rentan terhadap perdarahan dengan trauma minimal. Sementara perubahan ini terjadi, Universitas Sumatera Utara pembuluh darah di dinding vagina sempit dan sekresi dari kelenjar sebaceous berkurang. Seiring waktu vagina itu sendiri berkontraksi dan kehilangan fleksibilitasnya, sementara labia minora menjadi lebih pucat dan lebih kecil. Selain itu, pH menjadi lebih alkali, yang membuat lingkungan vagina yang kurang ramah terhadap lactobacilli dan lebih rentan terhadap infeksi oleh patogen urogenital dan fekal. Organisme penyebab infeksi dapat naik ke sistem saluran kemih yang menyebabkan uretritis, infeksi saluran kemih, dan sistitis. Dispareunia yang kadang-kadang disertai dengan perdarahan pascakoitus, adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindari dari atrofi berat vagina dengan sedikitnya lubrikasi. Bahkan untuk wanita yang tidak aktif secara seksual, vaginitis atrofi dapat menyebabkan gatal-gatal, iritasi, dan rasa terbakar. Gejala ini sering tidak disebutkan, dan penting untuk memeriksa tanda-tanda atrofi vagina bahkan tanpa adanya keluhan. Mengukur pH adalah cara sederhana untuk menentukan pengaruh estrogen atau tidak. PH yang lebih besar dari 4,5 hampir selalu diamati dengan defisiensi estrogen. 24 Meskipun dikatakan bahwa inkontinensia tipe stres tidak terpengaruh oleh pengobatan dengan estrogen, yang lain berpendapat bahwa pengobatan estrogen memperbaiki atau mengobati inkontinensia stres pada lebih dari 50 pasien karena efek langsung pada mukosa uretra. Sebuah meta - analisis menyimpulkan bahwa perbaikan dilaporkan hanya dalam penelitian non-acak. Dua percobaan acak yang didedikasikan untuk 24 Universitas Sumatera Utara masalah ini secara klinis gagal menunjukkan efek yang menguntungkan dari terapi estrogen. Sebagian besar kasus inkontinensia urin pada wanita lansia merupakan masalah campuran dengan komponen penting inkontinensia urgensi yang diyakini membaik dengan terapi estrogen. Namun, uji coba Heart and Estrogenprogestin Replacement Study HERS secara acak menunjukkan memburuknya inkontinensia dengan terapi hormon untuk inkontinensia tipe urgensi dan stres, dan Nurses Health Study melaporkan peningkatan kecil dalam inkontinensia pada pengguna hormon. Dampak pengobatan estrogen pada inkontinensia tetap membingungkan. 24 Dispareunia jarang membawa wanita untuk datang ke rumah sakit. Suatu keengganan dasar untuk membahas perilaku seksual masih terdapat di masyarakat terutama di kalangan pasien yang lebih tua dari pada dokter. Pertanyaan lembut dapat mengarah kepada pengobatan estrogen untuk atrofi dan peningkatan kenikmatan dalam seksual. Pengukuran objektif telah menunjukkan bahwa faktor-faktor vagina yang mempengaruhi kenikmatan hubungan seksual dapat dipertahankan dengan dosis estrogen yang tepat. Pasien dan dokter harus menyadari bahwa respon yang signifikan dapat diharapkan dalam 1 bulan, namun butuh waktu yang lama untuk sepenuhnya mengembalikan saluran genitourinari 6-12 bulan , dan dokter serta pasien tidak boleh berkecil hati dengan efek pengobatan yang kurang dan respon yang lambat. Aktivitas seksual dengan sendirinya mendukung respon sirkulasi jaringan Universitas Sumatera Utara vagina dan meningkatkan efek terapeutik estrogen. Oleh karena itu, wanita tua yang aktif secara seksual memiliki atrofi vagina yang kurang bahkan tanpa estrogen. Penurunan dalam kandungan kolagen kulit, elastisitas, dan ketebalan kulit yang terjadi dengan penuaan dapat dihindari dengan terapi estrogen menopause. Pengaruh estrogen pada kolagen jelas terlihat pada tulang dan kulit; massa tulang dan kolagen menurun secara paralel setelah menopause dan pengobatan estrogen mengurangi turnover kolagen dan meningkatkan kualitas kolagen. Meskipun tidak pasti apakah pengobatan estrogen dapat mempengaruhi penampilan fisik, setidaknya satu penelitian menunjukkan tidak hanya peningkatan ketebalan kulit wajah, tetapi perbaikan keriput dengan estrogen topikal. Yang lebih mengesankan, data dari U.S. First National Health and Nutrition Examination Survey menunjukkan bahwa penggunaan estrogen dikaitkan dengan prevalensi yang lebih rendah dari kerutan kulit dan kulit yang kering. Namun, merokok merupakan faktor risiko utama untuk kerutan kulit wajah, dan terapi hormon tidak dapat mengurangi dampak merokok tersebut. 24 Salah satu gambaran dari penuaan pada pria dan wanita adalah pengurangan yang stabil dalam kekuatan otot. Banyak faktor yang mempengaruhi penurunan ini, termasuk tinggi badan, berat badan, dan tingkat aktivitas fisik. Wanita yang saat ini menggunakan estrogen telah dilaporkan menunjukkan penurunan yang lebih rendah dalam kekuatan 24 Universitas Sumatera Utara otot. Ini merupakan isu penting karena konsekuensi potensi proteksi terhadap fraktur, serta manfaat karena kemampuan untuk mempertahankan latihan fisik yang kuat.

2.1.6.4 Efek Psikologi

24 Pandangan bahwa menopause memiliki efek yang merusak pada kesehatan mental tidak didukung dalam literatur psikiatri, atau dalam survei populasi umum. Konsep gangguan psikiatrik tertentu melankolis involusional telah ditinggalkan. Memang, depresi kurang umum, dan tidak lebih umum, di kalangan wanita paruh baya, dan menopause tidak dapat dihubungkan dengan distress psikologis. Penelitian longitudinal pada wanita premenopause menunjukkan bahwa histerektomi dengan atau tanpa ooforektomi tidak terkait dengan dampak psikologis yang negatif diantara wanita paruh baya. Dan data longitudinal dari dokumen Massachusetts Womens Health Study bahwa wanita menopause tidak berhubungan dengan peningkatan risiko depresi. Meskipun wanita lebih mungkin untuk mengalami depresi dibanding pria, perbedaan jenis kelamin ini dimulai pada awal masa remaja, tidak pada masa menopause. U.S. National Health Examination Follow-up Study mencakup penilaian longitudinal dan cross-sectional dari sampel perwakilan wanita secara nasional. Penelitian ini tidak menemukan bukti yang mengaitkan baik menopause alami maupun bedah dengan distress psikologis. Memang, satu-satunya perubahan longitudinal yaitu sedikit penurunan dalam prevalensi depresi dengan penuaan wanita melalui transisi menopause. Universitas Sumatera Utara Hasil dalam penelitian ini adalah sama pada pengguna dan non pengguna estrogen. Sebuah pandangan negatif dari kesehatan mental pada saat menopause tidak dibenarkan, banyak masalah yang dilaporkan pada menopause adalah karena kejadian dalam kehidupan. Jadi, ada masalah yang dihadapi dalam pascamenopause awal yang sering terlihat, tetapi hubungan kausal mereka dengan estrogen tidak memungkinkan. Masalah-masalah ini termasuk kelelahan, gugup, sakit kepala, insomnia, depresi, iritabilitas, nyeri sendi dan otot, pusing, dan jantung berdebar. Memang, pada tahap ini kehidupan laki-laki dan wanita mengungkapkan banyak keluhan yang tidak menunjukkan perbedaan gender yang dapat dijelaskan oleh penyebab hormonal. Namun demikian, wanita setengah baya melaporkan keluhan yang lebih sering daripada laki-laki, yang mungkin mencerminkan persepsi negatif umumnya dan konotasi budaya dan masyarakat telah dikaitkan dengan menopause. 24 Kestabilan emosi selama masa perimenopause dapat terganggu oleh pola tidur yang buruk. Hot flushes tidak memiliki dampak yang merugikan pada kualitas tidur. Terapi estrogen meningkatkan kualitas tidur, mengurangi waktu onset tidur dan meningkatkan waktu tidur rapid eye movement REM . Mungkin flushing cukup untuk membangunkan wanita, tetapi tidak cukup untuk mempengaruhi kualitas tidur, sehingga mengurangi kemampuan untuk menangani masalah dan tekanan hari berikutnya. Peningkatan tidur dengan pengobatan estrogen bahkan dapat 24 Universitas Sumatera Utara didokumentasikan pada wanita menopause yang dilaporkan asimptomatik. Dengan demikian, secara keseluruhan kualitas hidup yang dilaporkan oleh wanita dapat meningkatkan tidur yang lebih baik dan pengentasan hot flushing. Namun, masih belum pasti apakah pengobatan estrogen memiliki efek tambahan antidepresan farmakologis langsung atau apakah respon mood benar-benar merupakan manfaat tidak langsung dari redanya gejala fisik dan, akibatnya, peningkatan kualitas tidur. Dengan memanfaatkan berbagai alat penilaian untuk mengukur depresi, perbaikan dengan pengobatan estrogen telah dicatat pada wanita dengan ooforektomi. Dalam penelitian kohort prospektif besar dari komunitas pensiun Rancho Bernardo, tidak ada manfaat yang dapat dideteksi dalam ukuran depresi pada pengguna estrogen pascamenopause saat ini dibandingkan dengan wanita yang tidak diobati. Memang, wanita yang diterapi memiliki skor gejala depresi yang lebih tinggi, yang mungkin mencerminkan bias seleksi pengobatan; wanita simptomatik dan depresi mencari terapi hormon. Namun demikian, terapi estrogen dilaporkan memiliki dampak yang lebih kuat pada kesejahteraan wanita yang melampaui hilangnya gejala seperti hot flushes. 24 24,29 Transisi perimenopause, oleh karena itu, bukanlah penyebab depresi klinis, namun, emosi yang labil tampaknya membaik pada banyak wanita yang diberikan terapi hormon. Penyebab paling umum dari masalah mood perimenopause adalah depresi yang telah ada tetapi terdapat populasi Universitas Sumatera Utara kecil wanita dimana mood-nya sensitif terhadap perubahan hormon. Dalam penelitian SWAN Amerika, prevalensi perubahan mood meningkat dari premenopause ke perimenopause awal, dari sekitar 10 menjadi sekitar 16,5 , Ada tiga kemungkinan: 1 penurunan estrogen saat menopause mempengaruhi neurotransmitter yang mengatur mood, 2 mood dipengaruhi oleh gejala vasomotor 3 mood dipengaruhi oleh perubahan hidup yang umumnya lazim disekitar masa menopause. Beberapa dapat berpendapat bahwa perubahan mood ini dalam menanggapi fluktuasi hormonal terjadi selama tahun-tahun perimenopause. 24

2.1.6.5 Gangguan Fungsi Seksual

Banyak wanita mengalami disfungsi seksual , meskipun insidensi dan etiologi yang tepat masih belum diketahui. Disfungsi seksual mungkin melibatkan penurunan minat atau keinginan untuk memulai aktivitas seksual, serta penurunan gairah atau kemampuan untuk mencapai orgasme selama hubungan seksual . Etiologi disfungsi seksual disebabkan oleh banyak faktor, termasuk masalah psikologis seperti depresi atau gangguan kecemasan , konflik dalam hubungan , masalah yang berkaitan dengan penyimpangan seksual, penggunaan obat, atau masalah fisik yang membuat aktivitas seksual menjadi tidak nyaman , seperti endometriosis atau atrofi vaginitis . Menganalisis data dari Bada Kesehatan Nasional dan Survei Kehidupan Sosial , sampel probabilitas perilaku seksual yang dilakukan pada tahun 1992 dengan kelompok orang Universitas Sumatera Utara dewasa , prevalensi disfungsi seksual di Amerika Serikat diperkirakan setinggi 43 pada wanita dan 31 di laki-laki . Meskipun beberapa studi menggambarkan penurunan tingkat keinginan dan aktivitas pada wanita yang lebih tua, masalah seksual yang umum dan tidak secara khusus merupakan masalah pada masa menopause. Disfungsi seksual wanita setelah menopause adalah masalah yang kompleks dengan berbagai etiologi. Evaluasi seksama dari segi fisiologis, psikologis, gaya hidup, dan hubungan variabel diperlukan untuk mengoptimalkan terapi. Pengobatan kecemasan dan depresi, penyesuaian obat antidepresan, dan konseling hubungan dapat meningkatkan fungsi seksual. Latihan khusus sering dilakukan di bawah bimbingan seorang terapi seks, membantu banyak perempuan dan pasangan dengan disfungsi seksual. Pengobatan khusus atrofi genitourinari dengan terapi estrogen vagina sistemik atau lokal atau pelumas vagina efektif mengurangi dispareunia dan dapat meningkatkan gairah seksual. Sildenafil sitrat Viagra tidak efektif dalam double blind randomized studi besar, dengan kontrol plasebo pada wanita dengan disfungsi seksual. Sebuah alat terapi klitoris EROS-CTDTM disetujui oleh US Food and Drug Administration dapat meningkatkan aliran darah dan meningkatkan gairah pada beberapa wanita. 24 26 Terapi androgen mungkin memiliki peran dalam pengobatan disfungsi seksual pada wanita menopause yang memiliki tingkat androgen Universitas Sumatera Utara rendah dan tidak ada penyebab lain yang dapat diidentifikasi terhadap masalah seksual. 26

2.1.6.6. Gejala Somatik

Beberapa gejala somatik yang sering terjadi selama perimenopause antara lain; sakit kepala, pusing, palpitasi serta payudara yang membesar dan nyeri. Dari semua keluhan-keluhan di atas, harus diyakinkan bahwa gejala-gejala tersebut umum terjadi dan bersifat fisiologis. Pengobatan yang dilakukan bersamaan dengan pendidikan dan suportif harus dilakukan pada awal timbulnya gejala. Sekarang ini terapi farmakologi dan nonfarmakologi sudah tersedia. Tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa tidak ada pengobatan bagi wanita pada masa perimenopause, sebab mereka masih menghasilkan estrogen. Dalam banyak kasus, meyakinkan bahwa gejala-gejala tersebut adalah hal yang nyata dan tidak mengancam kehidupan mungkin sudah cukup. Tetapi, jika dianggap penting, pengobatan tidak harus ditunda. 24,26

2.1.6.7 Osteoporosis

26 Osteoporosis, atau massa tulang yang berkurang, mempengaruhi sekitar 30 juta wanita di Amerika Serikat, atau sekitar 55 dari wanita diatas usia 50 tahun. Faktor risiko terhadap terjadinya osteoporosis antara lain termasuk usia, ras Asia atau Kaukasia, riwayat keluarga, kerangka tubuh kecil, riwayat fraktur sebelumnya, menopause dini, dan ooforektomi Universitas Sumatera Utara sebelumnya. Faktor risiko yang lain termasuk penurunan asupan kalsium dan vitamin D, merokok, dan gaya hidup. Kondisi medis yang terkait dengan peningkatan risiko osteoporosis meliputi anovulasi selama masa reproduksi misalnya, sekunder untuk latihan berlebih atau gangguan makan, hipertiroidisme, hiperparatiroidisme, penyakit ginjal kronis, dan penyakit yang memerlukan penggunaan kortikosteroid sistemik .26 Osteoporosis ditandai dengan massa tulang yang rendah dan kerusakan microarchitectural jaringan tulang, yang menyebabkan peningkatan kerapuhan tulang dan peningkatan resiko terjadinya patah tulang bahkan dengan sedikit atau tanpa trauma. Terjadinya kehilangan tulang belakang dimulai pada usia 20-an, tetapi perubahan keseluruhan terjadi sampai usia menopause. Kepadatan tulang femur berada pada puncak pada pertengahan hingga akhir usia 20-an dan mulai menurun sekitar usia 30 tahun. Ketika kadar estrogen menurun, remodeling tulang meningkat. Setiap unit perbaikan dimulai oleh pelepasan osteoklas diikuti oleh pengisian osteoblast. Estrogen memberikan sebuah penekanan tonik terhadap perbaikan dan memelihara keseimbangan antara aktivitas osteoklastik dan osteoblastik, dengan tidak adanya estrogen, aktivitas osteoklastik mendominasi, yang berakibat pada resorbsi tulang. 24 24 Pengukuran dari Bone Mineral density BMD dapat digunakan untuk mendiagnosa osteoporosis, menentukan risiko patah tulang, dan mengidentifikasi wanita yang akan mendapat manfaat dari intervensi Universitas Sumatera Utara terapeutik. Sinar-x ganda absorptiometry DXA dari pinggul dan tulang belakang adalah teknik utama untuk penilaian BMD. BMD dinyatakan sebagai T-score, yang merupakan jumlah standar deviasi dari rata-rata untuk seorang wanita muda yang sehat. Sebuah T-skor di atas -1 dianggap normal, nilai antara -1 dan -2,5 menandakan osteopenia, dan skor di bawah -2,5 menunjukkan osteoporosis. Meskipun ada hubungan yang kuat antara BMD dan risiko patah tulang, usia wanita, status kesehatan secara keseluruhan, dan risiko untuk jatuh juga mempengaruhi risiko patah tulang nya. E 26 valuasi BMD dengan DXA direkomendasikan untuk semua wanita berusia 65 tahun atau lebih, terlepas dari faktor risiko, dan untuk wanita menopause yang lebih muda dengan 1 atau lebih faktor risiko. Terapi hormon efektif dalam mencegah dan mengobati osteoporosis. Dalam studi observasional, terapi estrogen telah terbukti mengurangi patah tulang terkait osteoporosis oleh sekitar 50 bila dimulai segera setelah menopause dan terus diberikan jangka panjang.

2.1.6.8 Kelainan Kardiovaskular

26 Penyakit kardiovaskular merupakan salah satu penyebab kematian pada wanita, terhitung sekitar 45 dari angka mortalitas . Faktor risiko Nonmodifiable termasuk usia dan riwayat keluarga. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi termasuk merokok, obesitas, dan gaya hidup. Kondisi medis yang terkait dengan peningkatan risiko penyakit jantung termasuk diabetes, hipertensi, dan hiperkolesterolemia. 26 Universitas Sumatera Utara Di masa lalu, pencegahan penyakit jantung dianggap merupakan manfaat dari terapi hormon. Studi epidemiologi melaporkan penurunan sekitar 50 pada penyakit jantung pada wanita yang menggunakan terapi hormon. Kelainan kardiovaskular menjadi penyebab utama kematian dan kesakitan pada wanita menopause. Penyebab lain berturut-turut adalah patah tulang, kanker payudara dan kanker endometrium. 26 Pada tahun 2000, 38 wanita di Amerika Serikat berumur 45 tahun atau lebih, pada tahun 2015 proporsi ini akan meningkat menjadi 45. Satu dari sembilan wanita berumur 45-64 tahun menderita berbagai macam penyakit kardiovaskular dan setelah 65 tahun rasionya meningkat menjadi 1 banding 3. Kira-kira 40 penyakit koroner pada wanita berakibat fatal dan 67 dari semua kematian mendadak yang terjadi pada wanita tersebut tanpa riwayat penyakit jantung koroner. Mereka kehilangan daya tahan terhadap penyakit jantung koroner akibat berkembangnya menopause, dan meningkatnya insiden penyakit ini bukan karena perubahan gaya hidup atau faktor risiko tetapi karena perubahan lipoprotein yang terjadi pada menopause. 26 Pada wanita menopause HDL kolesterol adalah satu indikator untuk terjadinya penyakit jantung koroner, dimana untuk setiap peningkatan 10 mgdL risiko akan menurun sampai 50. Trigeliserida juga merupakan faktor risiko penting untuk penyakit jantung koroner, dimana terjadi peningkatan penyakit jantung jika kadar trigeliserida meningkat dan kadar HDL yang rendah. Banyak bukti yang mengatakan bahwa pengaruh Universitas Sumatera Utara kardioprotektif dari terapi pengganti estrogen adalah pada kadar lipid serum.

2.2 MENOPAUSE RATING SCALE MRS

26 Skala Penilaian Menopause MRS merupakan skala kualitas hidup yang dikembangkan pada awal tahun 90an untuk menilai tingkat keparahan keluhan menopause sebagai respon terhadap kurangnya skala yang terstandarisasi untuk mengukur keparahan gejala penuaan serta efeknya terhadap kalitas hidup. 3,18,30,31 Sebenarnya, versi MRS yang pertama seharusnya diisi oleh dokter yang menangani kasus yang bersangkutan, namun beberapan kritik dari ahli metodologi akhirnya memunculkan skala baru yang dapat dengan mudah diisi sendiri oleh wanita yang bersangkutan, bukan oleh dokternya. Pembenaran penggunaan MRS dimulai beberapa tahun yang lalu dengan tujuan untuk membentuk suatu alat untuk mengukur gambaran kualitas hidup, yang secara mudah dapat diisi. Tujuan pembuatan MRS adalah 1 untuk memungkinkan perbandingan gejala penuaan antara diantara kelompok wanita dengan kondisi yang berbeda, 2 untuk membandingkan keparahan penyakit yang dialami dalam selang waktu tertentu, dan 3 untuk mengukur perubahan yang terjadi sebelum dan sesudah diberikan pengobatan. Skala MRS telah dibakukan secara resmi berdasarkan peraturan psikometrik dan diterbitkan pertama kali di Jerman. Sewaktu alat ini sedang dibakukan, tiga dimensi yang terpisah ternyata teridentifikasi, yang menjelaskan 59 variansi total yang dijumpai analisis Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Perbandingan Kadar Saliva 17 Beta Estradiol Pada Wanita Menopause Dengan Keluhan Dan Tanpa Keluhan Di RSUP H. Adam Malik Dan RS. Jejaring FK USU Medan

10 97 115

Kadar Homosistein Dengan Keparahan Preeklampsia Di RSUP.H.Adam Malik Dan RS Jejaring FK USU Medan

2 75 89

Depresi dan Cemas Masa Perimenopause dan Pascamenopause pada Paramedis RSUP. H. Adam malik dan RS Jejaring medan

1 60 10

Kadar Glutathion Peroksidase (GPx) Sebagai Penanda Derajat Keparahan Keluhan Menopause Pada Paramedis Wanita Menopause DI RSUP. H. Adam Malik Dan RS. Jejaring Medan

9 98 92

Profil Lipid Serum Pada Penderita Batu Kandung Empedu Di RSUP Haji Adam Malik Medan Dan RS Jejaring FK-USU

2 72 52

Kadar Estradiol Serum Pada Wanita Menopause Dengan Dan Tanpa Sindroma Vasomotor Di RSUP H Adam Malik Dan Rs Jejaring Fk Usu Medan

0 1 15

Perbandingan Kadar Saliva 17 Beta Estradiol Pada Wanita Menopause Dengan Keluhan Dan Tanpa Keluhan Di RSUP H. Adam Malik Dan RS. Jejaring FK USU Medan

0 0 22

Perbandingan Kadar Saliva 17 Beta Estradiol Pada Wanita Menopause Dengan Keluhan Dan Tanpa Keluhan Di RSUP H. Adam Malik Dan RS. Jejaring FK USU Medan

0 0 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 MENOPAUSE 2.1.1 Definisi Menopause - Perbandingan Keluhan Pada Paramedis Masa Perimenopause Dan Pascamenopause Dengan Menggunakan Menopause Rating Scale Di RSUP Haji Adam Malik Medan Dan RS Jejaring FK USU

0 0 40

PERBANDINGAN KELUHAN PADA PARAMEDIS MASA PERIMENOPAUSE DAN PASCAMENOPAUSE DENGAN MENGGUNAKAN MENOPAUSE RATING SCALE DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN DAN RS JEJARING FK USU

0 0 19