8 Efisiensi penyaluran di lapang adalah perbandingan jumlah air yang sampai di petakan dengan
jumlah air yang sampai di areal pertanaman, dinyatakan dengan rumus berikut : Eb =
f b
w w
5 dimana :
Eb = Efisiensi Penyaluran di lapang W
f
= Jumlah Air yang Sampai di Petakan literdetik Efisiensi pemberian air adalah perbandingan jumlah air yang tersedia dalam zona perakaran
dengan jumlah air yang sampai di petakan, dinyatakan dengan rumus berikut : Ea =
s f
w w
6 dimana :
Ea = Efisiensi Pemberian Air W
s
= Jumlah Air yang Tersedia di dalam Zona Perakaran literdetik Efisiensi proyek adalah efisiensi irigasi secara keseluruhan, dinyatakan dengan rumus berikut :
Ep = Ec x Eb x Ea 7
2.5 POLA TANAM
Pola tanam merupakan suatu urutan tanam pada sebidang lahan dalam satu tahun, termasuk didalamnya masa pengolahan tanah. Pelaksanaan pola tanam dari suatu daerah irigasi teknis dalam
satu tahun, biasanya dilaksanakan berdasarkan surat keputusan kepala daerah setempat. Disamping pertimbangan untuk mendukung kebijakan pangan nasional, penentuan pola tanam tersebut juga
dibuat berdasarkan faktor ketersediaan air dan aspirasi petani. Pola tanam yang baik tentu tidak terlepas dari penggunaan data hujan seberapun sederhananya.
Data yang baik memberikan kontribusi yang optimal pada perencanaan waktu tanam dan menentukan
prakiraan yang akurat dalam lingkup area tertentu.
2.6 PERKUMPULAN PETANI PEMAKAI AIR P3A
Perkumpulan petani pemakai air merupakan wadah perkumpulan para petani dalam mengurus atau mengelolah air irigasi secara bersama dan teratur sehingga dapat melayani kebutuhan air seluruh
anggota pada wilayah dan daerah kerja P3A secara adil dan merata. Selain itu P3A juga merupakan wadah untuk musyawarah para anggota untuk memecahkan segala permasalahan yang timbul dalam
pengelolaan air irigasi. P3A tidak saja memanfatkan air tetapi juga dapat melaksanakan perbaikan dan memelihara pompa dan saluran Dinas PU Sumatra Barat.
Maksud dan tujuan P3A adalah untuk dapat menggunakan air yang efektif sehingga dapat meningkatkan produksi yang optimal serta dapat meningkatkan taraf ekonomi para petani. P3A dapat
mengatur musim tanam atau pola tanam akibat dari adanya pengaturan air yang lebih baik.
9
2.7 ANALISIS POMPANISASI
Perencanaan yang matang diperlukan dalam pengelolaan irigasi yang berkelanjutan. Perencanaan ini mengkaji beberapa aspek yang akan dilibatkan untuk menentukan kelayakan dari pompanisasi. Hal
yang harus diperhatikan adalah biaya yang akan dikeluarkan, manfaat yang diperoleh serta umur ekonomis dari peralatan yang digunakan.
Menurut Pramudya dan Dewi 1992 diacu dalam Munir 2003, biaya yang digunakan dalam penggunaan pompa adalah biaya investasi, biaya tetap, dan biaya tidak tetap atau biaya operasional.
Biaya investasi meliputi biaya mesin penggerak, pompa, jaringan pipa, pipa, dan rumah pompa. Biaya tidak tetap meliputi biaya untuk kebutuhan bahan bakar, pelumas, gemuk, pemeliharaan dan
perbaikan.
2.7.1 Biaya Penyusutan
2.7.1.1 Tanpa memperhitungkan bunga modal
P S
D N
− =
8 Keterangan :
D = Biaya Penyusutan P = Harga Awal Rp
S = Harga Akhir Rp N = Umur Ekonomis tahun
2.7.1.2 Memperhitungkan bunga Modal
D P
S Crf =
−
1 1
1
n n
i i
D P
S i
+ =
− +
−
9 Keterangan :
Crf = Capital recovery factor faktor pengambilan modal i = persen bunga modal dan asuransi
2.7.2 Biaya Bunga Modal dan Asuransi
1 2
i x P N I
N +
=
10 Keterangan :
I = Total biaya bunga modal dan asuransi RPtahun
P = Harga awal Rp
N = Umur ekonomis tahun
10
2.7.3 Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan
1, 2 100
P S
t BPP
jam −
=
11
Keterangan : BPP
= Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan Rptahun t
= Lama Pemompaan
2.7.4 Nilai uang pada waktu akan datang
1
N
Fn P
i =
+
12 Keterangan :
Fn = Nilai uang pada waktu ke-n Rp
2.7.5 Besarnya Angsuran Seragam
1 1
N
i A
F i
= +
−
13 Keterangan :
A = Angsuran yang dibayarkan F = Nilai uang yang akan datang
2.7.6 Jika Bunga Modal Dipengaruhi Oleh Tingkat Inflasi
i i
f if
= + +
14 Keterangan :
i’ = Bungan modal karena pengaruh inflasi f = tingkat inflasi rata-rata per tahun
2.8 BIAYA PENGGANTIAN KOMPONEN IRIGASI
Menurut Bambang dan Nesia 2000 penggantian alat atau mesin replacement dapat diartikan sebagai berikut :
1. Keputusan untuk menentukan kapan suatu alat atau mesin yang sedang digunakan, secara
ekonomis sudah tidak layak lagi untuk digunakan, dan sebaiknya diganti dengan alat atau mesin yang sama pada waktu yang ditentukan.
2. Pemilihan alternatif antara mempertahankan penggunaan alat atau mesin yang sudah ada dan
sedang digunakan, dengan penggunaan alat atau mesin tipe yang sama tetapi dengan model yang lebih baru, atau dengan alat atau mesin lain tetapi mempunyai fungsi yang sama dengan alat atau
mesin sebelumnya, atau dengan sistem kepemilikan yang lain misalnya sistem sewa, bahkan
11 mungkin dapat juga mempertimbangkan dengan tenaga manusia. Dalam hal ini alat atau mesin
yang lama dan sedang digunakan masih layak untuk digunakan, dalam arti belum habis umur ekonomisnya.
Biaya penggantian adalah biaya yang timbul akibat pemilihan penggantian mesin lama dengan mesin baru. Biaya penggantian dapat diartikan juga sebagai
biaya yang berhubungan dengan biaya penggantian suatu aktiva atau jasa yang akan terjadi di waktu yang akan datang pada saat diadakan
penggantian. Tujuan dilakukannya perhitungan biaya pengggantian suatu alat atau mesin adalah agar mengetahui biaya yang harus dipersiapkan untuk mengganti alat atau mesin yang tidak dapat
digunakan lagi atau telah habis umur ekonomisnya dengan jangka waktu yang telah ditentukan. Biaya penggantian dikalangan petani dalam mengelolah sumur pompa sangat penting untuk
diketahui, agar petani dapat mengangsur biaya pembelian komponen irigasi pompa baru jika komponen yang sedang digunakan telah mencapai umur ekonomisnya.
12
III. METODE PENELITIAN
3.1 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Singasari, Kecamatan Jonggol. Waktu pengambilan data dimulai pada Bulan Maret sampai Mei 2010, sedangkan pengolahan data dilakukan pada Bulan Mei
sampai Oktober 2010. Responden dalam penelitian ini adalah petani yang menggunakan pompa untuk memenuhi kebutuhan air irigasi.
3.2 ALAT DAN BAHAN
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: a.
Seperangkat computer b.
Program CROPWAT 8.0 c.
Daftar pertanyaan untuk mencari data primer maupun sekunder d.
Emberwadah e.
Stopwatch f.
Meteran
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data yang dibutuhkan dari suatu sistem pengelolaan sistem irigasi menggunakan pompa di Desa Singasari baik data primer maupun data
sekunder.
3.3 METODE PENGAMBILAN DATA
Penelitian yang akan dilakukan merupakan studi kasus terhadap suatu sistem pemenuhan kebutuhan air tanaman dengan menggunakan pompa yang telah ada di kelompok Tani Mekartani II
Desa Singasari, Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor. Data yang diperoleh berasal dari data sekunder dan data primer. Data sekunder meliputi data yang diperoleh dari instansi yang terkait
seperti kantor Desa Singasari, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Bogor, Badan Pusat Statistik BPS serta Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika BMKG Kota Bogor. Sedangkan
data primer diperoleh dari pengukuran atau pengambilan data secara langsung di lapangan seperti pengukuran debit aktual pemompaan serta melakukan wawancara dengan kelompok tani yang
bersangkutan.
3.4 METODE ANALISIS DATA
3.4.1 Analisis Kebutuhan Air Irigasi
Perhitungan kebutuhan air irigasi dapat ditentukan dengan mengetahui curah hujan efektif di daerah sekitar penelitian dan kebutuhan air tanaman ETc yang ditanam di lokasi penelitian.
Kebutuhan air tanaman dapat ditentukan dengan mengetahui evapotranspirasi tanaman acuan ETo dan koefisien tanaman Kc. Nilai koefisien tanaman tergantung pada tanaman yang ditanamam di
daerah lokasi penelitian. Sedangkan nilai ETo diperoleh dari program CROPWAT 8.0 dengan metode