Pengelolaan pompa air untuk irigasi pertanian dalam mengembangkan usaha tani di Desa Singasari, Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

(1)

PENGELOLAAN POMPA AIR UNTUK IRIGASI PERTANIAN

DALAM MENGEMBANGKAN USAHA TANI DI DESA

SINGASARI, KECAMATAN JONGGOL, KABUPATEN BOGOR,

JAWA BARAT

SKRIPSI

YENI RAHMA WARDANI

F14060937

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(2)

YENI RAHMA WARDANI. F14060937. Pengelolaan Pompa Air untuk Irigasi Pertanian dalam Mengembangkan Usaha Tani di Desa Singasari, Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor, Jawa

Barat. Dibawah bimbingan Dedi Kusnadi Kalsim. 2010

RINGKASAN

Masalah air masih merupakan masalah utama bagi sebagian besar petani di beberapa daerah tertentu. Pemenuhan kebutuhan air bagi tanaman mutlak dilakukan, sehingga sistem usaha tani berkelanjutan dapat dipertahankan. Para petani tidak bisa mengandalkan air hujan untuk pemenuhan kebutuhan air tanaman dikarenakan kondisi hujan yang tidak bisa diprediksi turunnya. Sebagai pengganti air hujan, dibutuhkan sumber air untuk pemenuhan kebutuhan air tanaman, antara lain dari sungai atau airtanah. Irigasi yang bisa digunakan untuk memanfaatkan sumber air tersebut adalah irigasi pompa. Namun saat ini, para petani masih beranggapan mahalnya biaya yang dikeluarkan dalam pemanfaatan irigas pompa. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu penelitian khusus mengenai analisis ekonomi penggunaan pompa untuk irigasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui harga air dan menganalisis kondisi usaha tani di lokasi penelitian dengan adanya irigasi pompa.

Penelitiaan ini dilakukan pada kelompok tani Desa Singasari, Kecamatan Jonggol. Waktu pengambilan data dimulai pada bulan Maret sampai Mei 2010. Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain seperangkat komputer, program CROPWAT 8.0, ember atau wadah, stopwatch, dan meteran. Sedangkan data yang dibutuhkan berasal dari pengelolaan sistem irigasi pompa baik data primer maupun data sekunder. Data sekunder meliputi data yang diperoleh dari instansi yang terkait seperti Kantor Desa Singasari, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Bogor, serta Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kota Bogor. Sedangkan data primer diperoleh dari pengukuran atau pengambilan data secara langsung di lapangan serta melakukan wawancara. Analisis data yang dilakukan adalah analisis kebutuhan air irigasi, efisiensi pemakaian air, kinerja teknis jaringan irigasi, serta analisis kelayakan penggunaan pompa sebagai sistem irigasi.

Kelompok Tani Mekartani II memiliki lahan pertanian seluas 25 ha. Pompa digunakan untuk mencukupi kebutuhan air tanaman pada lahan seluas 12 ha yang lokasinya jauh dari sumber air. Sedangkan sisanya, kebutuhan air irigasi masih bisa dijangkau oleh air sungai sebagai sumber air. Debit pompa yang dihasilkan sebesar 12 liter per detik dengan beda tinggi (head) 123 cm, sehingga jumlah air yang di pompakan selama MT 1 dan MT 2 berdasarkan penggunaan pompa tahun 2010 adalah 4,752 m3 dan 97,329.6 m3 berdasarkan program CROPWAT 8.0 dari data curah hujan 2000-2009.

Berdasarkan hasil perhitungan, harga air yang dikeluarkan oleh petani swadaya sebesar Rp179.82/m3. Sedangkan petani yang diberi bantuan, harga air menjadi Rp156.30/m3. Untuk memenuhi biaya air tersebut, petani dibebankan untuk membayar iuran. Total iuran yang terkumpul sebesar Rp10,713,600/tahun atau Rp110.08/m3. Ini berarti, biaya iuran lebih kecil dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan oleh petani berdasarkan perhitungan, sehingga petani harus menambah iuran sebesar Rp46.23/m3 untuk biaya operasional yang dikeluarkan.

Selain biaya operasional, perlu diperhatikan pula biaya penggantian komponen irigasi pompa. Pada pengelolaan sumur pompa dikalangan petani, biaya penggantian sangat penting untuk diketahui agar petani dapat mengangsur biaya pembelian komponen irigasi pompa jika komponen yang sedang digunakan telah mencapai umur ekonomisnya. Total biaya penggantian seluruh komponen irigasi pompa pada tingkat inflasi 5.7% sebesar Rp127,652,700. Apabila petani membayar biaya penggantian


(3)

tersebut dengan angsuran seragam, maka besarnya angsuran yang dibayarkan per tahunnya sebesar Rp3,160,600 atau Rp32.47/m3. Sedangkan tanpa pengaruh inflasi total biaya penggantian menjadi Rp57,052,100 dengan angsuran Rp2,410,800 per tahun atau Rp24.77/m3. Petani di lokasi penelitian belum mengeluarkan biaya untuk penggantian komponen irigasi. Iuran yang dikeluarkan juga tidak mencukupi untuk biaya penggantian. Oleh karena itu, petani harus menambah iuran jika ingin mengganti komponen irigasi ketika telah sampai umur ekonomisnya.

Total biaya usaha tani di lokasi penelitian tanpa adanya biaya air irigasi sebesar Rp8,005,000/ha. Jika ditambah biaya air irigasi berdasarkan iuran petani maka biaya usaha tani menjadi Rp8,221,800/ha pada MT 1 dan Rp8,680,900/ha pada MT 2. Sedangkan berdasarkan hasil perhitungan biaya usaha tani yang dikeluarkan sebesar Rp8,312,900/ha-Rp8,423,200/ha pada MT 1 dan 8,964,800/ha-Rp9,308,700/ha.

Total pendapatan dari penjualan hasil pertanian sebesar Rp17,500,000 sehingga berdasarkan iuran air irigasi oleh petani, keuntungan yang diperoleh sebesar Rp9,278,200/ha pada MT 1 dan Rp8,819,100/ha pada MT 2. Sedangkan dari hasil perhitungan berbagai kondisi harga air (tanpa adanya bantuan investasi sampai dikenakan biaya penggantian), keuntungan yang diperoleh mencapai Rp9,076,800/ha-Rp9,187,100/ha pada MT 1 dan Rp8,191,300-Rp8,535,200 pada MT 2. Luasan yang dimiliki petani di lokasi penelitian rata-rata berjumlah 0.37 ha, sehingga pendapatan yang diterima oleh petani rata-rata berjumlah Rp3,358,400 –Rp3,399,200 pada MT 1 dan Rp3,030,800-Rp3,158,000 pada MT 2 per orang per musim tanam. Penghasilan yang diperoleh petani yang memiliki luas lahan rata-rata 0.37 ha, termasuk dalam katagori penghasilan dibawah garis kemiskinan atau belum layak untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga petani yang memiliki tiga orang anak. Luas lahan minimal yang seharusnya dimiliki petani untuk mendapatkan penghasilan yang layak pada kondisi petani hanya mampu menanam tanaman padi sebanyak dua kali (MT 1 dan MT 2) dalam setahun adalah 0.73 ha. Sedangkan petani yang mampu menanam padi-padi-palawija dalam setahun akan mendapatkan penghasilan yang layak jika menanam pada lahan seluas 0.6 ha.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan adanya irigasi pompa para petani dapat mengoptimalkan penanaman selama setahun dengan tidak tergantung pada curah hujan. Adanya biaya tambahan yang dikeluarkan dari irigasi pompa tetap memberikan keuntungan bagi usaha tani. Peran pemerintah sangat dibutuhkan dalam mewujudkan pertanian berkelanjutan, dengan memberikan bantuan kepada para petani berupa pembangunan jaringan irigasi khususnya irigasi pompa untuk memenuhi kebutuhan air tanaman. Selain itu, petani hendaknya mempertimbangkan biaya penggantian komponen irigasi pompa, sehingga jika komponen irigasi pompa telah sampai pada umur ekonominya maka kelompok tani dapat dengan mudah menggantinya, serta akan terbentuk pertanian yang mandiri dan berkelanjutan.


(4)

WATER PUMP MANAGEMENT FOR AGRICULTURE

IRRIGATION IN DEVELOPING FARMING AT SINGASARI

VILLAGE, JONGGOL SUB-DISTRICT, BOGOR DISTRICT, WEST

JAVA

Yeni Rahma Wardani and Dedi Kusnadi Kalsim

Department of Machine and Biosystem Engineering, Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University, IPB Darmaga Campus, PO Box 220, Bogor, West Java, Indonesia

Phone 0852 86557388, e-mail: yeni_tep43ipb@yahoo.co.id

ABSTRACT

Water requirements for crops are great concern to fullfilled in order to maintenance the sustaibility of farming. Farmers can not depend on rainfall to fulfill their water requirements because the weather conditions can not be predicted exactly. This condition needs another water sources to substitute for crops water requirements. Another water sources could be from rivers or groundwater. Irrigation pump can be used to utilize water source from rivers and groundwater. Data analysis focus on water requirements, water efficiency, technical performance of irrigation and feasibility. Program used in this study was CROPWAT 8.0 to measure the water requirement in crops. Based on CROPWAT 8.0, the water requirement of irrigation for paddy at planting time 1 and 2 is 97,329.6 m3 from rainfall 2000-2009. Price of water released by the farmers self-help is Rp179.82/m3. After receives donations, price of water become Rp156.30/m3.To fullfill water cost, farmers needs to pay a fee. The total of contributions collected is Rp110.08/m3. This means a smaller fee than the cost incurred by farmers from the calculation and farmers have to pay addition fee Rp46.23/m3 for operational costs incurred.Based the total operational costs, it is need to the component replacement cost of irrigation pump.Total cost of component replacement irrigation pump at 5.7% inflation rate amounted to Rp3,160,600/year or Rp32.47/m3 and Rp2,410,800/year or Rp24.77/m3 without inflation. The existence of water released by farmers still providing benefits for Rp9,076,800/ha -Rp9,187,100/ha on planting time 1 and Rp8,191,300/ha - Rp8,535,200/ha in planting time 2 from various conditions of water price (without help of an investment to pay the replacement cost). But, the advantage is not feasible for households that have three children. Farmers in the study must have minimum land area of 0.73 ha with a cropping pattern of paddy-paddy and 0.6 ha with a cropping pattern of paddy-paddy-vegetables to earn a decent income.


(5)

PENGELOLAAN POMPA AIR UNTUK IRIGASI PERTANIAN

DALAM MENGEMBANGKAN USAHA TANI DI DESA

SINGASARI, KECAMATAN JONGGOL, KABUPATEN BOGOR,

JAWA BARAT

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

pada Departemen Teknik Mesin dan Biosistem Pertanian,

Fakultas Teknologi Pertanian,

Institut Pertanian Bogor

Oleh

YENI RAHMA WARDANI

F14060937

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(6)

Judul Skripsi : Pengelolaan Pompa Air untuk Irigasi Pertanian dalam

Mengembangkan Usaha Tani di Desa Singasari, Kecamatan

Jonggol, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

Nama

: Yeni Rahma Wardani

NIM

: F14060937

 

Menyetujui,

Pembimbing,

(Ir. Dedi Kusnadi Kalsim,M.Eng Dip.HE)

NIP 19490416 197603 1 002

Mengetahui :

Ketua Departemen,

(Dr.Ir. Desrial, M.Eng)

NIP 19661201 199103 1 004


(7)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Pengelolaan Pompa Air untuk Irigasi Pertanian dalam Mengembangkan Usaha Tani di Desa Singasari,

Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor, Jawa Barat adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan

Dosen Pembimbing Akademik, dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Januari 2011 Yang membuat pernyataan

Yeni Rahma Wardani F14060937


(8)

© Hak cipta milik Yeni Rahma Wardani, tahun 2011

Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya


(9)

BIODATA PENULIS

Penulis bernama lengkap YENI RAHMA WARDANI dilahirkan di Nipah Panjang pada tanggal 2 Mei 1989. Penulis merupakan anak kesepuluh dari sepuluh bersaudara dan dilahirkan dari kedua orang tua bernama H. Basri (Almarhum) dan Hj. Husna.

Pendidikan yang dijalani penulis dimulai dari TK Dharma Wanita Nipah Panjang pada tahun 1993-1994, kemudian dilanjutkan ke SD 317/V Nipah Panjang pada tahun 1994-2000, Madrasah Tsanawiyah Negri (MTsN) Kuala Tungkai 1 Nipah Panjang pada tahun 2000-2003, SMAN 5 Kota Jambi pada tahun 2003-2006, dan pendidikan terakhir yang dijalani penulis adalah Institut Pertanian Bogor, Fakultas Teknologi Pertanian, Jurusan Teknik Pertanin. Penulis diterima di IPB pada tahun 2006 melalui jalur USMI (Utusan Sekolah Mahasiswa IPB).

Selama menjadi mahasiswa di Institut Pertanian Bogor, penulis pernah menjadi asisten dosen pada Mata Kuliah Hidroteknik pada tahun 2007-2008, mendapat hibah dari Lembaga Pengabdian dan Pengembangan Masyarakat (LPPM) IPB tahun 2009 atas proposal berjudul “Pelatihan Pemanfaatan Sampah Plastik Menjadi Berbagai Macam Produk Kerajinan Tangan Di Desa Galuga, Kecamatan Cibungbulang Bogor”. Penulis melaksanakan praktik lapangan pada tahun 2009 di Perusahaan Kelapa Sawit PT Muara Kahuripan Indonesia (MKI), PT Produk Sawitindo Jambi (PSJ), dan PT Sumbertama Nusa Pertiwi (SNP), Jambi. Selain itu, penulis juga aktif diberbagai organisasi atau kegiatan yang ada di IPB, antara lain Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FATETA IPB pada tahun 2007-2008, Badan Pengawas (BP) HIMATETA IPB tahun 2007-2009, dan Senior Resident (SR) asrama putri Tingkat Persiapan Bersama (TPB) IPB pada tahun 2010.

Selama kuliah, penulis pernah mendapatkan beasiswa baik dari IPB maupun di luar IPB, yaitu beasiswa Pemerintah Daerah (PEMDA) Kota Jambi tahun 2007-2009, Beasiswa Bantuan Belajar (BBM) IPB tahun 2007-2009, dan Beasiswa Program Prestasi Akademik (PPA) IPB tahun 2009-2010.


(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memeberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi dengan judul

”Pengelolaan Pompa Air untuk Irigasi Pertanian dalam Mengembangkan Usaha Tani di Desa

Singasari, Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor, Jawa Barat” dilaksanakan di Desa Singasari,

Kecamatan Jonggol sejak Bulan Maret sampai Oktober 2010.

Selama penelitian dan penulisan skripsi, penulis dibantu oleh berbagai pihak. Penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ir. Dedi Kusnadi Kalsim, M.Eng Dip.HE sebagai dosen pembimbing. 2. Dr. Ir. Sam Herodian, MS dan Sutoyo STP, MSi sebagai dosen penguji.

3. Ayah dan Ibu serta sembilan orang kakakku tercinta atas doa dan dukungan baik moril maupun materil.

4. Bapak Jajang, SP beserta Ibu atas bantuannya selama penelitian.

5. Ketua kelompok tani Mekar Tani II beserta pengurus yang telah membantu kelancaran wawancara.

6. Kepala Dinas Tanaman Pangan Kabupaten Bogor beserta jajarannya. 7. Kepala Desa Singasari, Kecamatan Jonggol, Jawa Barat.

8. Guru ngajiku mbak Intan, mbak Nurban, mbak Dini, dan mbak Eka atas ilmu spiritual yang telah diberikan serta saudari-saudariku Ichal, Ana, Henry, Sitkom, Siti, Risti, Mey, Rani, dan Mita atas ukhuwah yang telah terjalin.

9. Rekan – rekan seperjuangan dan seprofesi di Teknik Pertanian angkatan 43, khususnya teman satu bimbingan skripsi yaitu Abdul Wahid M dan Yuyun L yang slalu mendesak untuk sukses serta Azzah K, Rizkiyah A, Henry O atas ukhuwah yang terjalin.

10. Rekan – rekan yang penuh inspirasi dan smangat, Senior Resident (SR) Tingkat Persiapan Bersama (TPB) IPB.

11. Semua pihak yang membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam tulisan ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun demi perbaikan tulisan selanjutnya. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Bogor, Desember 2010 Yeni Rahma Wardani


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

2.1. LATAR BELAKANG ... 1

2.2. TUJUAN PENELITIAN ... 1

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 2

2.1. PENGERTIAN DAN TUJUAN PEMBERIAN AIR IRIGASI ... 2

2.2. DISTRIBUSI AIR DAN CARA PEMBERIAN AIR IRIGASI ... 2

2.3. KEBUTUHAN AIR IRIGASI... 4

2.4. EFISIENSI IRIGASI ... 7

2.5. POLA TANAM ... 8

2.6. PERKUMPULAN PETANI PEMAKAI AIR (P3A) ... 8

2.7. ANALISIS POMPANISASI ... 9

2.8. BIAYA PENGGANTIAN KOMPONEN IRIGASI ... 10

III. METODE PENELITIAN ... 12

3.1. WAKTU DAN TEMPAT ... 12

3.2. ALAT DAN BAHAN ... 12

3.3. METODE PENGAMBILAN DATA ... 12

3.4. METODE ANALISIS DATA ... 12

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 14

4.1. KONDISI GEOGRAFIS ... 14

4.2. PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN LAHAN ... 15

4.3. POLA TANAM DI LOKASI PENELITIAN ... 15

4.4. SISTEM IRIGASI POMPA DI LOKASI PENELITIAN ... 15

4.5 PERKUMPULAN PETANI PEMAKAI AIR (P3A) DI LOKASI PENELITIAN ... 16

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 17

5.1. ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI ... 17

5.2. EFISIENSI IRIGASI ... 22

5.3. KINERJA TEKNIS JARINGAN IRIGASI ... 23

5.4. ANALISIS KELAYAKAN PENGGUNAAN POMPA SEBAGAI SISTEM IRIGASI ... 24

5.5. ANALISIS USAHA TANI DI LOKASI PENILITIAN ... 29

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 34

4.1. KESIMPULAN ... 34

4.2. SARAN ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 35


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Hubungan tekstur tanah dengan kebutuhan air ... 7

Tabel 2. Perbandingan kebutuhan air irigasi aktual dengan CROPWAT 8.0 pada Data curah hujan 2000-2009 ... 19

Tabel 3. Perbandingan kebutuhan air irigasi MT 1 dan MT 2 berdasarkan CROPWAT 8.0 antara data curah hujan tahun 2010 denan rata-rata tahun 2000-2009 ... 20

Tabel 4. Curah hujan pada tahun normal, kering dan basah ... 21

Tabel 5. Jam kerja pompa berdasarkan data penggunaan pompa tahun 2010 ... 22

Tabel 6. Jam kerja pompa berdasarkan data penggunaan pompa tahun 2010 ... 26

Tabel 7. Hubungan antara kebutuhan air irigasi berdasarkan CROPWAT 8.0 dengan data curah hujan rata-rata tahun 2000-2009 terhadap jam kerja pompa ... 26

Tabel 8. Perbandingan biaya operasional yang harus dibayarkan dengan jumlah iuran ... 28

Tabel 9. Perbandingan biaya irigasi tanpa biaya penggantian dengan adanya biaya penggantian ... 28

Tabel 10. Penambahan iuran dari berbagai kondisi harga air ... 29

Tabel 11. Biaya usaha tani pada berbagai kondisi biaya irigasi pada MT 1 ... 29

Tabel 12. Biaya usaha tani pada berbagai kondisi biaya irigasi pada MT 2 ... 30

Tabel 13. Pendapatan yang diterima petani pada MT 1 ... ... 30

Tabel 14. Pendapatan yang diterima petani pada MT 2 ... 31

Tabel 15. Luas lahan yang seharusnya dimiliki oleh petani untuk mendapatkan penghasilan yang layak per kepala keluarga per bulan pada kondisi pola tanam padi-padi ... 32

Tabel 16. Luas lahan yang seharusnya dimiliki oleh petani untuk mendapatkan penghasilan yang layak per kepala keluarga per bulan pada kondisi pola tanam padi-padi-palawija ... 32


(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Sistem pemanfaatan irigasi airtanah ... 3

Gambar 2. Grafik curah hujan rata-rata tahun 2000-2009 ... 14

Gambar 3. Grafik pemberian air irigasi pada MT1 ... 18

Gambar 4. Grafik pemberian air irigasi pada MT 2 ... 18

Gambar 5. Grafik pemberian air irigasi pada MT 3 ... 19

Gambar 6. Grafik pemberian air irigasi pada MT 1 tahun 2010 ... 20

Gambar 7. Grafik pemberian air irigasi pada MT 2 tahun 2010 ... 20

Gambar 8. Curah hujan bulanan tahun 2010 dan rata-rata tahun 2000-2009 ... 21

Gambar 9. Diagram pendistribusian air irigasi di lokasi penelitian ... 23

Gambar 10. Sungai Cikarawang ... 23

Gambar 11. Mesin penggerak 8 pk ... 24

Gambar 12. Pompa 4 inchi ` ... 24

Gambar 13. Pipa dorong ... 24

Gambar 14. Saluran ... 24

Gambar 14. Lahan pertanian ... 24

Gambar 15. Grafik hubungan antara pendapat bersih per rumah tangga petani dengan luas lahan pertanian ... 33


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Peta Kecamatan Jonggol ... 37

Lampiran 2. Peta Desa Singa Sari ... 38

Lampiran 3. Curah hujan (mm) tahun 2000 – 2009 di Kecamatan Jonggol ... 39

Lampiran 4. Hasil perhitungan Evapotranspirasi Potensial (ETo) ... 40

Lampiran 5. Hasil perhitungan curah hujan efektif ... 41

Lampiran 6a. Kebutuhan air irigasi tanaman padi pada Musim Tanam (MT) 1 berdasarkan curah hujan tahun 2010 di Kecamatan Jonggol ... 42

Lampiran 6b. Kebutuhan air irigasi tanaman padi pada MT 2 berdasarkan curah hujan tahun 2010 di Kecamatan Jonggol ... 43

Lampiran 6c. Kebutuhan air irigasi tanaman padi pada Musim Tanam (MT) 1 berdasarkan curah hujan tahun 2000-2009 di Kecamatan Jonggol ... 44

Lampiran 6d. Kebutuhan air irigasi tanaman padi pada MT 2 berdasarkan curah hujan tahun 2000-2009 di Kecamatan Jonggol ... 45

Lampiran 6e. Kebutuhan air irigasi tanaman kacang hijau pada MT 3 berdasarkan curah hujan tahun 2000-2009 di lokasi penelitian ... 46

Lampiran 7. Perbandingan curah hujan tahun 2010 dengan curah hujan rata-rata tahun 2000-2009 ... 47

Lampiran 8. Perhitungan biaya pompanisasi di lokasi penelitian ... 48

Lampiran 9. Perhitungan biaya penggantian komponen irigasi pompa ... 50

Lampiran 10a. Analisis usaha tani tanaman padi pada MT 1 di lokasi penelitian dengan harga air berdasarkan iuran petani ... 51

Lampiran 10b. Analisis usaha tani tanaman padi pada MT 1 dengan harga air berdasarkan perhitungan pada kondisi adanya bantuan investasi ... 52

Lampiran 10c. Analisis usaha tani tanaman padi pada MT 1 dengan harga air berdasarkan perhitungan pada kondisi tanpa bantuan investasi ... 53

Lampiran 10d. Analisis usaha tani tanaman padi pada MT 1 dengan harga air berdasarkan perhitungan pada kondisi adanya bantuan dan ditambah biaya penggantian tanpa inflasi ... 54

Lampiran 10e. Analisis usaha tani tanaman padi pada MT 1 dengan harga air berdasarkan perhitungan pada kondisi adanya bantuan dan ditambah biaya penggantian dengan inflasi ... 55

Lampiran 10f. Analisis usaha tani tanaman padi pada MT 1 dengan harga air berdasarkan perhitungan pada kondisi tanpa bantuan investasi dan ditambah biaya penggantian tanpa inflasi ... 56

Lampiran 10g. Analisis usaha tani tanaman padi pada MT 1 dengan harga air berdasarkan perhitungan pada kondisi tanpa bantuan investasi dan ditambah biaya penggantian dengan inflasi ... 57

Lampiran 11a. Analisis usaha tani tanaman padi pada MT 2 di lokasi penelitian dengan harga air berdasarkan iuran petani ... 58

Lampiran 11b. Analisis usaha tani tanaman padi pada MT 2 dengan harga air berdasarkan perhitungan pada kondisi adanya bantuan investasi ... 59


(15)

Lampiran 11c. Analisis usaha tani tanaman padi pada MT 2 dengan harga air

berdasarkan perhitungan pada kondisi tanpa bantuan investasi ... 60 Lampiran 11d. Analisis usaha tani tanaman padi pada MT 2 dengan harga air

berdasarkan perhitungan pada kondisi adanya bantuan dan ditambah

biaya penggantian tanpa inflasi ... 61 Lampiran 11e. Analisis usaha tani tanaman padi pada MT 2 dengan harga air

berdasarkan perhitungan pada kondisi adanya bantuan dan ditambah

biaya penggantian dengan inflasi ... 62 Lampiran 11f. Analisis usaha tani tanaman padi pada MT 2 dengan harga air

berdasarkan perhitungan pada kondisi tanpa bantuan investasi dan

ditambah biaya penggantian tanpa inflasi ... 63 Lampiran 11g. Analisis usaha tani tanaman padi pada MT 2 dengan harga air

berdasarkan perhitungan pada kondisi tanpa bantuan investasi dan

ditambah biaya penggantian dengan inflasi ... 64 Lampiran 12. Pengeluaran rata-rata per kapita sebulan untuk sub bagian makanan dan

bukan makanan menurut golongan pengeluaran per kapita sebulan ... 65 Lampiran 13. Perhitungan efisiensi irigasi ... 66 Lampiran 14. Struktur organisasi kelompok Tani Mekartani II ... 67


(16)

I.

PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG

Pertanian merupakan sektor utama mata pencaharian penduduk Indonesia. Hal ini dibuktikan sebesar 65% penduduk Indonesia masih bergantung pada pertanian untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Andayani 1983). Sasaran pembangunan pertanian di Indonesia yang diarahkan pada peningkatan produksi pangan merupakan persoalan nasional yang harus diperhatikan, sehingga upaya-upaya untuk meningkatkan produksi pangan masih terus dilakukan. Paman (1995) diacu dalam Munir (2003) menyatakan bahwa sistem usaha tani yang berkelanjutan (sustainability) adalah suatu sistem usaha tani yang dapat berkembang ke arah terpenuhinya kebutuhan manusia yang semakin meningkat dan tepeliharanya kesinambungan lingkungan sehingga dapat menjamin kelangsungan hidup manusia dan spesies lainnya.

Salah satu cara untuk mencapai tujuan pembangunan pertanian yang berkelanjutan adalah pembuatan fasilitas penyediaan air untuk tanaman. Masalah air masih merupakan masalah utama bagi sebagian besar petani di beberapa daerah tertentu. Kebutuhan air tanaman mutlak dilakukan, agar sistem usaha tani berkelanjutan dapat dipertahankan. Petani tidak bisa mengandalkan air hujan untuk memenuhi kebutuhan air tanaman. Hal ini dikarenakan sangat sulit untuk memprediksi turunnya hujan. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu sistem irigasi dalam pemenuhan air tanaman.

Menurut Kalsim (2006), irigasi merupakan usaha manusia untuk menambah kekurangan air dari pasokan hujan untuk pertumbuhan tanaman yang optimum. Metode irigasi yang akan digunakan tergantung pada faktor ketersediaan air, tipe tanah, topografi lahan dan jenis tanaman. Apapun metode irigasi yang dipilih, yang terpenting adalah merancang sistem irigasi sehingga menghasilkan pemakaian air oleh tanaman yang paling efisien.

Para petani sebagian besar masih mengandalkan air permukaan untuk irigasi. Masalah yang terjadi adalah tidak semua lahan dari para petani dapat menggunakan irigasi permukaan yang dialirkan secara gravitasi, dikarenakan jarak antara lahan pertanian dan sumber air yang jauh menyebabkan pemberian air irigasi tidak optimal. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah penggunaan pompa untuk mengalirkan air dari sumber air ke lahan pertanian. Selain itu, para petani juga bisa memanfaatkan airtanah sebagai sumber air irigasi yang pemanfaatannya juga menggunakan pompa.

Pengelolaan irigasi dengan menggunakan pompa dapat mendukung usaha tani berkelanjutan apabila petani mampu mengelola pompa dengan baik. Hal ini dapat ditunjukkan dengan kemampuan petani untuk membayar biaya operasional serta mampu mengelolah usaha tani dengan baik. Namun, penggunaan pompa untuk memenuhi air irigasi dikalangan petani saat ini belum sepenuhnya dilakukan. Hal ini dikarenakan petani masih beranggapan bahwa besarnya biaya yang dikeluarkan jika menggunakan pompa untuk irigasi.

Oleh karena itu, dibutuhkan suatu penelitian khusus mengenai analisis ekonomi penggunaan pompa untuk irigasi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kelayakan penggunaan pompa dalam pemenuhan air bagi tanaman sehingga sistem usaha tani berkelanjutan dapat dipertahankan.

1.2

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis harga air untuk irigasi pertanian dengan menggunakan pompa air.

2. Menganalisis usaha tani meliputi pola tanam, produktifitas, pendapatan petani, kinerja teknis jaringan irigasi, serta efisiensi irigasi yang dilakukan oleh petani di daerah penelitian.


(17)

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

PENGERTIAN DAN TUJUAN PEMBERIAN IRIGASI

Menurut Hasan et al (1980) diacu dalam Wahyudi (1987), irigasi didefinisikan sebagai usaha memberikan air ke dalam tanah dengan maksud untuk mempertahankan kelembapan tanah guna pertumbuhan tanaman. Tujuan pemberian irigasi antara lain adalah :

1. Memenuhi kebutuhan air pada waktu dan jumlah yang tepat untuk pertumbuhan tanaman yang baik.

2. Untuk memberikan jaminan panen pada saat musim kemarau yang panjang.

3. Untuk mendinginkan tanah dan atmosfer, sehingga menimbulkan lingkungan yang baik untuk pertumbuhan tanaman.

4. Untuk mencuci atau mengurangi garam dalam tanah. 5. Untuk mengurangi erosi tanah.

6. Untuk melunakkan pembajakan dan gumpalan tanah.

Penambahan air ke lahan pertanian dimaksudkan agar kebutuhan air tanaman dapat terpenuhi secara seragam ke seluruh daerah perakaran tanaman.

2.2

DISTRIBUSI AIR DAN CARA PEMBERIAN AIR IRIGASI

2.2.1

Distribusi Air

Menurut Kalsim (2003), secara umum metode distribusi air dapat diklasifikasikan menjadi empat, yaitu :

a. Aliran kontinyu (continuous flow)

Disebut juga dengan “proportional flow”. Air mengalir kontinyu di seluruh sistem saluran dan terbagi secara proporsional untuk mengaliri seluruh areal usaha tani. Debit aliran disesuaikan dengan perubahan keperluan air tanaman selama periode irigasi. Cara ini terutama diterapkan untuk daerah-daerah dimana air irigasi berlimpah atau di daerah-daerah-daerah-daerah yang terjadi banyak perambesan.

b. Aliran tetap (fixed flow)

Metode ini sama dengan aliran kontinyu akan tetapi debit dibuat tetap konstan selama periode irigasi.

c. Rotasi atau sistem mati-hidup (on-off system)

Setiap petakan usaha tani menerima air secara giliran pada waktu dan debit yang telah ditentukan sebelumnya. Rotasi juga dipakai dalam sistem saluran. Dengan kata lain suatu saluran apakah mengalirkan air dengan kapasitas penuh atau tidak sama sekali. Cara ini diterapkan untuk daerah-daerah yang tidak mempunyai air irigasi yang berlimpah dimana air itu dapat ditahan dengan baik. Kebanyakan irigasi pompa dan waduk yang menerapkan dengan cara ini.

d. “On demand

Pada prinsipnya petani bebas memanfaatkan air sebagaimana ia lihat dan rasakan. Akibatnya, aliran akan kontinyu tetapi debit berfluktuasi di semua saluran. Untuk membatasi fluktuasi tersebut kebebasan petani seringkali dibatasi dengan suatu atau beberapa cara.


(18)

2.2.2

Macam Sistem Irigasi

Sistem irigasi dibedakan menjadi dua, yaitu sistem irigasi gravitasi dan sitem irigasi non gravitasi. Sistem gravitasi yaitu tergantung sepenuhnya terhadap gaya berat, sedangkan sistem non gravitasi tidak tergantung pada gaya berat sehingga dibutuhkan energi dari luar untuk mengalirkan air atau biasa disebut dengan irigasi pompa. Berdasarkan sistem irigasi gravitasi, lahan pertanian dibagi menjadi dua, yaitu lahan pertanian yang dapat diairi (irrigable land), dan lahan pertanian yang tidak dapat diairi (non irrigable land) (Jensen 1980 diacu dalam Wahyudi 1987).

Terdapat dua hal yang mengharuskan sistem irigasi menggunakan pompa, yaitu sumber air irigasi berasal dari airtanah atau sumber air irigasi berada lebih rendah dibandingkan dengan lahan pertanian dan sumber air irigasi yang lokasinya jauh dari lahan pertanian.

Sistem irigasi airtanah merupakan suatu sitem irigasi yang memanfaatkan airtanah dengan cara mengangkat air melalui pemompaan untuk digunakan sebagai input bagi produksi pertanian.

Gambar 1. Sistem pemanfaatan irigasi airtanah

Secara empiris pengelolaan usaha tani dan penggolongan irigasi airtanah baik yang berskala besar maupun kecil tidak berada dalam satu manajemen. Namun, penyediaan irigasi airtanah tidak akan bermakna tanpa adanya usaha tani yang memanfaatkannya. Sehingga eksistensi irigasi airtanah merupakan bagian integral dari sitem usaha tani (Sumaryanto dan Pakpahan 1999 diacu dalam Munir 2003). Dengan pengembangan irigasi airtanah sebagai sumber air irigasi pada daerah pertanian diharapkan dapat meningkatkan produksi pertanian, intensitas tanam dan pola tanam. Dengan demikian dapat meningkatkan pendapatan dalam rangka pengentasan kemiskinan, bahkan dalam kondisi tertentu dapat menyediakan air minum bagi masyarakat dan ternak di sekitarnya (Sumaryanto dan Pakpahan 1999 diacu dalam Munir 2003).

2.2.3

Cara Pemberian Air Irigasi

Menurut Sapei (2006), air irigasi dapat berasal dari mata air, sungai, aliran tidak sinambung (intermittent stream), airtanah, air rembesan, air beragam (saline water), air desalinasi dan hujan buatan. Sedangkan pemberian air kepada tanah dapat dilakukan dengan berbagai metode, yaitu pemberian air di permukaan tanah (surface irrigation), pemberian di bawah permukaan tanah (


(19)

sub-surface irrigation), pemberian air di atas tanaman secara curah (sprinkler irrigation), dan pemberian air secara tetes (drip/trickler irrigation).

Irigasi permukaan adalah air diberikan pada permukaan tanah dan air mengalir secara gravitasi. Irigasi permukaan dilaksanakan dengan cara mengurung atau mengalirkan air pada permukaan tanah. Air mengalir dari lahan yang lebih tinggi ke lahan yang lebih rendah dengan penurunan jumlah air sebagai air infiltrasi (Booher 1974 diacu dalam Wahyudi 1987).

Irigasi curah adalah sistem irigasi yang menyerupai hujan, dan biasanya disebut overhead irrigation. Tujuan dari metode irigasi ini adalah agar air dapat diberikan secara merata dan efisien pada areal pertanaman tertentu dengan jumlah dan kecepatan kurang atau sama dengan laju penyerapan air ke dalam tanah (laju infiltrasi).

Irigasi tetes adalah air diberikan kepada tanaman melalui pipa-pipa kecil secara menetes di dekat daerah perakaran dengan tekanan atau secara gravitasi.

Irigasi bawah permukaan adalah suatu cara pemberian air irigasi melalui bawah permukaan tanah. Cara irigasi ini merupakan usaha untuk mempertahankan kedalaman muka airtanah, sehingga kelangsungan kapilaritas pergerakan airtanah ke daerah perakaran tanaman dapat selalu dipertahankan dalam keadaan lembab (Phillsbury 1968 diacu dalam Wahyudi 1987).

2.3

KEBUTUHAN AIR IRIGASI

Kebutuhan air irigasi dapat dibedakan atas kebutuhan air untuk pertumbuhan tanaman (crop water requirement), kebutuhan air untuk petakan (field water requirement) dan kebutuhan air untuk irigasi (irrigation water requirement) (Partowijoto 1980 diacu dalam Wahyudi 1987).

2.3.1

Kebutuhan Air untuk Pertumbuhan Tanaman

Kebutuhan air tanaman adalah jumlah air yang digunakan tanaman untuk dapat tumbuh normal

(consumptive use) atau evapotranspirasi. Jumlah evapotranspirasi kumulatif selama pertumbuhan

tanaman yang harus dipenuhi oleh air irigasi dipengaruhi oleh jenis tanaman, radiasi surya, sistem irigasi, lama pertumbuhan, hujan dan faktor lainnya (Kalsim 2006).

Terdapat dua metoda untuk mengetahui kebutuhan air tanaman, yakni pengukuran langsung dengan lisimeter bertimbangan (weighing lysimeter) atau tidak bertimbangan dan secara tidak langsung dengan menggunakan rumus empirik berdasarkan data unsur cuaca.

Lisimeter untuk mengukur evapotraspirasi adalah berupa tangki yang alasnya tertutup dan ditanam dalam tanah dan di dalam tangki ditanami tanaman yang akan diukur laju evapotranspirasinya. Evapotraspirasi tanaman yang bersangkutan dihitung berdasarkan kehilangan air dalam tangki per satuan waktu (Sosrodarsono dan Takeda 1980 dicu dalam Wahyudi 1987).

Secara tidak langsung dengan menggunakan data unsur cuaca, yaitu pertama menduga nilai evapotranspirasi tanaman acuan (ETo). ETo adalah jumlah air yang dievapotranspirasikan oleh tanaman rumputan dengan tinggi 15-20 cm, tumbuh sehat, menutup tanah dengan sempurna, dan pada kondisi cukup air. Rumus empirik yang dapat digunakan antara lain dengan metode Blaney-Criddle, Penman, radiasi, panci evaporasi. Food and Agriculture Organization (FAO) (1999) merekomendasikan menggunakan metode Penman-Monteith jika tersedianya data iklim antara lain suhu rerata udara harian, jam penyinaran rerata harian, kelembaban relatif rerata harian, dan kecepatan angin rerata harian. Selain itu diperlukan juga data letak geografi dan elevasi lahan di atas permukaan laut.

Selanjutnya untuk mengetahui nilai ET tanaman tertentu maka ETo (mm/hari) dikalikan dengan koefisien tanaman (Kc). Koefisien tanaman tergantung pada jenis tanaman dan tahap pertumbuhan.


(20)

Nilai Kc tersedia untuk setiap jenis tanaman. Perhitungan ETo dan daftar nilai Kc ada dalam program CROPWAT.

ETo

Kc

ETc

=

×

(1)

Keperluan air untuk evapotranspirasi tanaman (ETc) dipenuhi oleh air hujan efektif dan jika tidak terpenuhi dilakukan penambahan air irigasi. Keperluan Air Irigasi (KAI) dinyatakan dengan persamaan:

He

ETc

KAI

=

(2) Hujan efektif (He) adalah bagian dari total hujan yang digunakan untuk keperluan tanaman (Kalsim 2006). Sedangkan menurut Dastane (1974) diacu dalam Wahyudi (1987), curah hujan efektif adalah bagian dari curah hujan yang diserap oleh daun atau tanaman kering, hilang melalui evaporasi dari permukaan tanah, perkolasi dan pencucian.

Jumlah curah hujan efektif untuk pertumbuhan tanaman tergantung pada curah hujan, topografi daerah, sistem penanaman dan tahap pertumbuhan tanaman (Oldeman dan Sjarifuddin 1977 diacu dalam Wahyudi 1987).

Anonymus (1973) diacu dalam Wahyudi (1987) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi curah hujan efektif untuk persawahan adalah intensitas dan distribusi curah hujan, kedalaman penggenangan air pada padi, metode irigasi dan interval pemberian air, topografi lahan, ukuran dan pemeliharaan tanggul sawah.

Curah hujan efektif untuk padi sawah berbeda dengan non padi sawah. Hal ini dikarenakan padi sawah memerlukan penggenangan untuk ketersediaan air bagi tanaman padi, sedangkan tanaman palawija (non padi sawah) tidak memerlukan penggenangan untuk pertumbuhan tanaman sehingga efektifitas penggunaan air juga berbeda.

a. Pemakaian air untuk tanaman padi

Jenis tanaman di Indonesia yang membutuhkan banyak air untuk kelangsungan hidupnya adalah padi. Pemakaian air untuk tanaman padi digunakan untuk pengolahan lahan, penggenangan sesudah tanam dan sesudah pengeringan (waktu pemupukan), evapotranpirasi, dan kehilangan air di sawah. Pengolahan lahan untuk padi mencangkup penjenuhan, pembalikan tanah, dan pelumpuran yang memerlukan total air sekitar 200-300 mm dan ini tergantung pada tingkat kadar airtanah pada awal pengolahan lahan. Jika air cukup tersedia petani biasanya memerlukan waktu antara 2-3 minggu dengan debit air sekitar 15–20 mm/hari (Kalsim 2003).

Selama periode pertumbuhan, tanaman padi memerlukan tinggi genangan tertentu yang harus dipertahankan di petakan sawah. Menurut Kalsim (2003), dengan irigasi berkala (intermittent) akan terjadi fluktuasi tinggi genangan di petakan sawah, sehingga diperlukan suatu kriteria tinggi genangan maksimum dan minimum yang masih diizinkan. Perbedaan tinggi genangan maksimum dan minimum merupakan besarnya simpanan (storage) yang tersedia yang harus diairi secara berselang. Batas atas dan batas bawah genangan tergantung pada periode pertumbuhan dan varietas padi yang ditanam. Untuk varietas padi unggul baru (HYV) besarnya perbedaan genangan maksimum dan minimum biasanya antara 50-125 mm sedangkan untuk varietas lokal biasanya lebih besar. Sesudah tanam (tandur) tinggi genangan di petakan sawah berangsur-angsur dinaikkan dari 0-10 menjadi 60-80 mm, hal ini juga dilakukan pada saat setelah pengeringan atau setelah pemupukan (Kalsim 2003).


(21)

Besarnya keperluan air di lapangan adalah penjumlahan dari keperluan air irigasi netto dengan kehilangan air di petakan. Kehilangan air di petakan umumnya disebabkan oleh perkolasi yang besarnya antara 1-4 mm/hari (rata-rata 2 mm/hari) dan kehilangan air lainnya disebabkan oleh pengoperasian farm turn-out yang tidak tepat, kebocoran pada galengan dan lain sebagainya (Kalsim 2006).

b. Pemakaian air untuk tanaman palawijaya

Tanaman palawija tidak membutuhkan penggenangan seperti padi. Lengas tanah yang cukup (kapasitas lapang) diperlukan sedalam daerah perakaran tanaman. Lengas tanah yang tersedia untuk pertumbuhan tanaman adalah lengas tanah antara kapasitas lapang dan titik layu. Secara volumetrik lengas tanah tersebut dapat dinyatakan dalam persen volume atau cm air per meter kedalaman tanah. Apabila lengas tanah mendekati titik layu maka umumnya evapotranspirasi aktual tanaman akan lebih kecil dari pada evapotranspirasi potensial yang akibatnya akan terjadi penurunan produksi. Untuk mencegah hal tersebut hanya sebagian dari total lengas tanah tersedia yang harus dipertahankan yang dikenal dengan total airtanah segera tersedia (Ready Available Moisture, RAM) (Kalsim 2006).

Kebutuhan air dari masing-masing jenis palawija berlainan, untuk itu palawija dibagi menjadi tiga golongan, yaitu:

1. Palawija yang membutuhkan banyak air. 2. Palawija yang membutuhkan sedikit air. 3. Palawija yang membutuhkan sedikit sekali air

Palawija yang membutuhkan banyak air misalnya beberapa jenis ketela, kacang tanah, bawang, dan sebagainya. Palawija yang membutuhkan sedikit air misalnya tembakau, lombok, kedelai, jagung, dan sebagainya. Sedangkan palawija yang membutuhkan sedikit sekali air seperti kacang panjang dan ketimun.

Perbandingan kebutuhan air antara palawija yang membutuhkan sedikit sekali air, sedikit air, banyak air adalah 1:2:3. Pemakaian air pada palawija yang membutuhkan banyak air adalah 0.2-0.25 l/det/ha yang diperkirakan bisa memperoleh hasil yang memuaskan (Gandakoesoemah 1975).

2.3.2

Kebutuhan Air di Petakan

Kebutuhan air di petakan adalah jumlah air yang dibutuhkan tanaman dan yang perlu ditambahkan sebagai akibat adanya perkolasi dan aliran permukaan (linsey dan franzini 1979 diacu dalam Wahyudi 1987). Perkolasi adalah pergerakan air bebas ke bawah yang membebaskan lapisan atas dan bagian atas dari lapisan bawah tanah ke tempat yang lebih dalam, dan merupakan air yang berlebihan (Soepardi 1979 diacu dalam Wahyudi 1987). Menurut Sosrodarsono dan Takeda (1980), laju perkolasi dipengaruhi oleh tekstur dan permeabilitas tanah, lapisan tanah atas, lapisan kedap air, dan topografi setempat.

2.3.3

Kebutuhan Air untuk Pengolahan Tanah

Kebutuhan air untuk pengolahan tanah digunakan untuk penjenuhan tanah, pelumpuran dan penggenangan. Air untuk penjenuhan tanah digunakan apabila tanah dalam keadaan tidak jenuh saat pertama pemberian air. Jumlah air yang diperlukan untuk penjenuhan tanah sama dengan selisih antara kadar airtanah sebelum diairi (Mabayard dan Obordo 1970 diacu dalam Wahyudi 1987).

Kebutuhan air untuk pengolahan tanah dipengaruhi oleh sifat fisik tanah. Tanah berat (banyak mengandung liat) banyak memerlukan air untuk pengolahannya karena proses penjenuhan yang lama.


(22)

Tabel 1. Hubungan tekstur tanah dengan kebutuhan air

Tekstur Tanah Kebutuhan Air (mm/hari)

Pasir (Sand) 27

Lempung Berpasir (Sandy Loam) 23

Lempung (Loam) 17

Lempung Liat (Clay Loam) 14

Liat (Clay) 10

Sumber : Rice Irrigation in Japan, OCTA (1973) diacu dalam Wahyudi (1987)

2.3.4

Kebutuhan Air Irigasi

Kebutuhan air irigasi adalah kebutuhan air secara keseluruhan untuk suatu areal irigasi. Kebutuhan ini diakibatkan oleh adanya evaporasi, perembesan, dan perkolasi di saluran (Linsley dan Franzini 1979 diacu dalam Wahyudi 1987).

Persamaan yang dapat digunakan untuk mengetahui jumlah air irigasi adalah (Linsley dan Franzini 1979 diacu dalam Wahyudi 1987):

1

t d

q

q

Lc

=

(3)

dimana :

qd = Jumlah air yang harus dialirkan (liter/detik) qt = Jumlah air yang dibutuhkan di petakan (liter/detik)

Lc = Perbandingan antara jumlah air yang hilang selama penyaluran terhadap qd (desimal).

2.4

EFISIENSI IRIGASI

Efisiensi irigasi adalah presentase air yang benar-benar bermanfaat untuk tanaman dari sejumlah air yang disediakan atau dialirkan. Konsep efisiensi irigasi digunakan untuk mengevaluasi pemanfaatan irigasi dari saat air meninggalkan sumber hingga diserap oleh tanaman (Hansen et al

1980 diacu dalam Arifianto 2009).

Terdapat beberapa konsep efisiensi irigasi, yaitu efisiensi penyaluran (water caveyance efficiency), efisiensi persediaan air (water storage efficiency), efisiensi penyebaran air (water distribution efficiency) dan efisiensi penggunaan konsumtif (consumptive use efficiency) (Hansen et al., 1980). Sedangkan Doorenbos dan Pruitt (1977) membagi efisiensi irigasi menjadi efisiensi penyaluran, efisiensi penyaluran di lapang, efisiensi pemberian air, dan efisiensi proyek.

Efisiensi penyaluran adalah perbandingan antara jumlah air yang sampai di areal pertanaman dengan jumlah air yang dialirkan dari sumber air.

Ec = b

r

w

w

(4)

dimana :

Ec = Efisiensi Penyaluran

wb = Jumlah Air yang Sampai di Areal Pertanaman (liter/detik) wr = Jumlah Air yang Dialirkan dari Sumber Air (liter/detik)


(23)

Efisiensi penyaluran di lapang adalah perbandingan jumlah air yang sampai di petakan dengan jumlah air yang sampai di areal pertanaman, dinyatakan dengan rumus berikut :

Eb = f

b

w

w

(5)

dimana :

Eb = Efisiensi Penyaluran di lapang

Wf = Jumlah Air yang Sampai di Petakan (liter/detik)

Efisiensi pemberian air adalah perbandingan jumlah air yang tersedia dalam zona perakaran dengan jumlah air yang sampai di petakan, dinyatakan dengan rumus berikut :

Ea = s

f

w

w

(6)

dimana :

Ea = Efisiensi Pemberian Air

Ws = Jumlah Air yang Tersedia di dalam Zona Perakaran (liter/detik)

Efisiensi proyek adalah efisiensi irigasi secara keseluruhan, dinyatakan dengan rumus berikut : Ep = Ec x Eb x Ea (7)

2.5

POLA TANAM

Pola tanam merupakan suatu urutan tanam pada sebidang lahan dalam satu tahun, termasuk didalamnya masa pengolahan tanah. Pelaksanaan pola tanam dari suatu daerah irigasi teknis dalam satu tahun, biasanya dilaksanakan berdasarkan surat keputusan kepala daerah setempat. Disamping pertimbangan untuk mendukung kebijakan pangan nasional, penentuan pola tanam tersebut juga dibuat berdasarkan faktor ketersediaan air dan aspirasi petani.

Pola tanam yang baik tentu tidak terlepas dari penggunaan data hujan seberapun sederhananya. Data yang baik memberikan kontribusi yang optimal pada perencanaan waktu tanam danmenentukan prakiraan yang akurat dalam lingkup area tertentu.

2.6

PERKUMPULAN PETANI PEMAKAI AIR (P3A)

Perkumpulan petani pemakai air merupakan wadah perkumpulan para petani dalam mengurus atau mengelolah air irigasi secara bersama dan teratur sehingga dapat melayani kebutuhan air seluruh anggota pada wilayah dan daerah kerja P3A secara adil dan merata. Selain itu P3A juga merupakan wadah untuk musyawarah para anggota untuk memecahkan segala permasalahan yang timbul dalam pengelolaan air irigasi. P3A tidak saja memanfatkan air tetapi juga dapat melaksanakan perbaikan dan memelihara pompa dan saluran (Dinas PU Sumatra Barat).

Maksud dan tujuan P3A adalah untuk dapat menggunakan air yang efektif sehingga dapat meningkatkan produksi yang optimal serta dapat meningkatkan taraf ekonomi para petani. P3A dapat mengatur musim tanam atau pola tanam akibat dari adanya pengaturan air yang lebih baik.


(24)

2.7

ANALISIS POMPANISASI

Perencanaan yang matang diperlukan dalam pengelolaan irigasi yang berkelanjutan. Perencanaan ini mengkaji beberapa aspek yang akan dilibatkan untuk menentukan kelayakan dari pompanisasi. Hal yang harus diperhatikan adalah biaya yang akan dikeluarkan, manfaat yang diperoleh serta umur ekonomis dari peralatan yang digunakan.

Menurut Pramudya dan Dewi (1992) diacu dalam Munir (2003), biaya yang digunakan dalam penggunaan pompa adalah biaya investasi, biaya tetap, dan biaya tidak tetap atau biaya operasional. Biaya investasi meliputi biaya mesin penggerak, pompa, jaringan pipa, pipa, dan rumah pompa. Biaya tidak tetap meliputi biaya untuk kebutuhan bahan bakar, pelumas, gemuk, pemeliharaan dan perbaikan.

2.7.1

Biaya Penyusutan

2.7.1.1 Tanpa memperhitungkan bunga modal

P

S

D

N

=

(8)

Keterangan :

D = Biaya Penyusutan P = Harga Awal (Rp) S = Harga Akhir (Rp) N = Umur Ekonomis (tahun)

2.7.1.2 Memperhitungkan bunga Modal

(

)

D

=

P

S Crf

* (1

)

(

)

(1

)

1

n n

i

i

D

P

S

i

+

=

+

(9)

Keterangan :

Crf = Capital recovery factor (faktor pengambilan modal) i = persen bunga modal dan asuransi (%)

2.7.2

Biaya Bunga Modal dan Asuransi

(

1)

2

i x P N

I

N

+

=

(10)

Keterangan :

I = Total biaya bunga modal dan asuransi (RP/tahun) P = Harga awal (Rp)


(25)

2.7.3

Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan

1, 2%(

) *

100

P

S

t

BPP

jam

=

(11)

Keterangan :

BPP = Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan (Rp/tahun) t = Lama Pemompaan

2.7.4

Nilai uang pada waktu akan datang

(1

)

N

Fn

=

P

+

i

(12)

Keterangan :

Fn = Nilai uang pada waktu ke-n (Rp)

2.7.5

Besarnya Angsuran Seragam

(1

)

N

1

i

A

F

i

=

+

(13)

Keterangan :

A = Angsuran yang dibayarkan F = Nilai uang yang akan datang

2.7.6

Jika Bunga Modal Dipengaruhi Oleh Tingkat Inflasi

'

i

= + +

i

f

if

(14)

Keterangan :

i’ = Bungan modal karena pengaruh inflasi (%) f = tingkat inflasi rata-rata per tahun (%)

2.8

BIAYA PENGGANTIAN KOMPONEN IRIGASI

Menurut Bambang dan Nesia (2000) penggantian alat atau mesin (replacement) dapat diartikan sebagai berikut :

1. Keputusan untuk menentukan kapan suatu alat atau mesin yang sedang digunakan, secara ekonomis sudah tidak layak lagi untuk digunakan, dan sebaiknya diganti dengan alat atau mesin yang sama pada waktu yang ditentukan.

2. Pemilihan alternatif antara mempertahankan penggunaan alat atau mesin yang sudah ada dan sedang digunakan, dengan penggunaan alat atau mesin tipe yang sama tetapi dengan model yang lebih baru, atau dengan alat atau mesin lain tetapi mempunyai fungsi yang sama dengan alat atau mesin sebelumnya, atau dengan sistem kepemilikan yang lain (misalnya sistem sewa), bahkan


(26)

mungkin dapat juga mempertimbangkan dengan tenaga manusia. Dalam hal ini alat atau mesin yang lama dan sedang digunakan masih layak untuk digunakan, dalam arti belum habis umur ekonomisnya.

Biaya penggantian adalah biaya yang timbul akibat pemilihan penggantian mesin lama dengan mesin baru. Biaya penggantian dapat diartikan juga sebagai biaya yang berhubungan dengan biaya penggantian suatu aktiva atau jasa yang akan terjadi di waktu yang akan datang pada saat diadakan penggantian. Tujuan dilakukannya perhitungan biaya pengggantian suatu alat atau mesin adalah agar mengetahui biaya yang harus dipersiapkan untuk mengganti alat atau mesin yang tidak dapat digunakan lagi atau telah habis umur ekonomisnya dengan jangka waktu yang telah ditentukan.

Biaya penggantian dikalangan petani dalam mengelolah sumur pompa sangat penting untuk diketahui, agar petani dapat mengangsur biaya pembelian komponen irigasi pompa baru jika komponen yang sedang digunakan telah mencapai umur ekonomisnya.


(27)

III.

METODE PENELITIAN

3.1

WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Singasari, Kecamatan Jonggol. Waktu pengambilan data dimulai pada Bulan Maret sampai Mei 2010, sedangkan pengolahan data dilakukan pada Bulan Mei sampai Oktober 2010. Responden dalam penelitian ini adalah petani yang menggunakan pompa untuk memenuhi kebutuhan air irigasi.

3.2

ALAT DAN BAHAN

3.2.1

Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: a. Seperangkat computer

b. Program CROPWAT 8.0

c. Daftar pertanyaan untuk mencari data primer maupun sekunder d. Ember/wadah

e. Stopwatch

f. Meteran

3.2.2

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data yang dibutuhkan dari suatu sistem pengelolaan sistem irigasi menggunakan pompa di Desa Singasari baik data primer maupun data sekunder.

3.3

METODE PENGAMBILAN DATA

Penelitian yang akan dilakukan merupakan studi kasus terhadap suatu sistem pemenuhan kebutuhan air tanaman dengan menggunakan pompa yang telah ada di kelompok Tani Mekartani II Desa Singasari, Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor. Data yang diperoleh berasal dari data sekunder dan data primer. Data sekunder meliputi data yang diperoleh dari instansi yang terkait seperti kantor Desa Singasari, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Bogor, Badan Pusat Statistik (BPS) serta Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kota Bogor. Sedangkan data primer diperoleh dari pengukuran atau pengambilan data secara langsung di lapangan seperti pengukuran debit aktual pemompaan serta melakukan wawancara dengan kelompok tani yang bersangkutan.

3.4

METODE ANALISIS DATA

3.4.1

Analisis Kebutuhan Air Irigasi

Perhitungan kebutuhan air irigasi dapat ditentukan dengan mengetahui curah hujan efektif di daerah sekitar penelitian dan kebutuhan air tanaman (ETc) yang ditanam di lokasi penelitian. Kebutuhan air tanaman dapat ditentukan dengan mengetahui evapotranspirasi tanaman acuan (ETo) dan koefisien tanaman (Kc). Nilai koefisien tanaman tergantung pada tanaman yang ditanamam di daerah lokasi penelitian. Sedangkan nilai ETo diperoleh dari program CROPWAT 8.0 dengan metode


(28)

Penman-Monteith. Analisis dengan program CROPWAT 8.0 membutuhkan data curah hujan sepuluh tahun terakhir, penyinaran matahari (jam penyinaran), kelembapan (%), temperatur maksimum dan minimum (oC), dan kecepatan angin (km/hari).

3.4.2

Efisiensi Pemakaian Irigasi

Mengetahui efisiensi irigasi meliputi efisiensi penyaluran, efisiensi penyaluran di lapang, efisiensi pemberian air, dan efisiensi proyek. Efisiensi irigasi dapat diketahui juga pada program CROPWAT 8.0.

3.4.3

Kinerja Teknis Jaringan Irigasi Pompa

Mengevaluasi penggunaan jaringan irigasi dalam pemenuhan air pada tanaman. Kriteria evaluasi yang diperlukan untuk mengetahui kinerja teknis sistem irigasi yaitu besarnya nilai kebutuhan air tanaman yang dibutuhkan.

3.4.4

Analisis Kelayakan Penggunaan Pompa sebagai Sistem Irigasi

Analisis kelayakan penggunaan pompa dapat diketahui dengan menentukan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam penggunaan pompa sebagai irigasi. Biaya-biaya pompanisasi meliputi biaya tetap maupun biaya tidak tetap yang dihitung untuk mengetahui nilai ekonomi air. Biaya penyusutan dapat dihitung dengan persamaan 8 atau 9. Bunga modal dihitung dengan persamaan 10. Jika biaya penyusutan dihitung dengan persamaan 9, maka tidak perlu menghitung bungan modal karena telah memasukkan unsur bunga modal. Biaya pemeliharaan dan dan perbaikan dapat dihitung dengan persamaan 11.

Untuk mendapatkan nilai sebenarnya, maka perlu dimasukkan unsur inflasi dan tingkat bunga bank yang sedang berlaku. Jika bunga modal dipengaruhi oleh tingkat inflasi, maka dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 14.


(29)

IV.

KEADAAN UMUM DAERAH PEELITIAN

4.1

KONDISI GEOGRAFIS

4.1.1

Lokasi

Desa Singasari merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang memiliki luas wilayah 1,625,313 ha. Berdasarkan kondisi geografisnya, Desa Singasari terletak dalam 106o56’-107o LS dan 6o23’-6o33’ BT. Sedangkan berdasarkan topografinya, Desa Singasari termasuk pada daerah dataran rendah dan perbukitan dengan ketinggian tempat 115-170 meter di atas permukaan laut. Peta wilayah Jonggol dan Desa Singasari dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.

Desa Singasari terbagi dalam lima Dusun, 13 Rukun Warga, dan 41 Rukun Tetangga yang dibatasi oleh Desa Sukamaju di sebelah Utara, Desa singajaya di sebelah Timur, Desa Cibodas di sebelah Selatan, serta di sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bojong atau Ligar Mukti Kecamatan Nunggal.

Jarak antara kantor desa dengan ibu kota kecamatan berjarak 7 km, dengan ibu kota Kabupaten Bogor berjarak 53 km, dengan ibu kota Provinsi Jawa Barat berjarak 127 km, dan dengan ibu kota Negara berjarak 47 km. Jarak yang cukup dekat dengan ibu kota Negara, menyebabkan kondisi pedesaan sedikit terpengaruh dengan kondisi perkotaan. Hal ini dikarenakan banyaknya perumahan-perumahan yang penduduknya berasal dari Jakarta. Disatu sisi, akan memberikan dampak positif tersendiri bagi Desa Singasari. Akses informasi tidak menjadi kendala bagi desa tersebut ditambah akses jalan menuju desa lainnya sangat mudah dijangkau termasuk akses jalan ke ibu kota Negara. Hal ini sangat baik untuk kemajuan Desa Singasari, terutama kemajuan dibidang ekonomi.

4.1.2

Curah Hujan

Berdasarkan data curah hujan dari Stasiun Dayeuh Kecamatan Jonggol tahun 2000-2009 (Lampiran 3), hujan maksimum terjadi pada Bulan November 2004 dengan curah hujan 1,212 mm dan hujan minimum terjadi pada Bulan Mei 2008 dengan curah hujan 5 mm. Kecamatan Jonggol memiliki curah hujan rata-rata bulanan sebesar 263 mm. Kondisi ini cukup mendukung bagi kegiatan usaha tani baik sub sektor tanaman pangan dan perkebunan atau kehutanan dengan menitik beratkan pada intensifikasi pertanian tanaman pangan.


(30)

Berdasarkan klasifikasi iklim menurut Oldemen, wilayah Jonggol memiliki dua bulan kering, dua bulan lembab, dan delapan bulan basah. Kategori bulan kering adalah curah hujan kurang dari 100 mm, bulan lembab antara 100-200 mm, dan bulan basah lebih besar dari 200 mm. Berdasarkan kriteria tersebut, kriteri iklim yang dimiliki wilayah Jonggol termasuk dalam tipe B2. Huruf B menunjukkan memiliki bulan basah berturut-turut 7-9, sedangkan angka 2 menunjukkan memiliki bulan kering berturut-turut 2-3. Tipe iklim B2 adalah dapat tanam padi dua kali dalam setahun dengan varietas umur pendek dan musim kering yang pendek cukup untuk tanam palawija.

4.2

PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN LAHAN

Jenis tanah yang terdapat di Desa Singasari sebagian besar tanah endapan (Entisol) dengan pH 5.1 dimana tingkat kesuburannya sedang. Sebahagian besar tanah di Desa Singasari dimanfaatkan sebagai persawahan yaitu sebesar 720,017 ha (44.30%), dan perumahan atau pemukiman dan pekarangan 480,143 ha (29.5%), sisanya digunakan untuk jalan 9,007 ha (0.55%), pemakaman 11,280 ha (0.7%), lapangan olah raga 3,005 ha (0.18%), bangunan pendidikan 7,400 ha (0.45%), bangunan peribadatan 4,244 ha (0.26%), serta ladang atau hama 157 ha (0.01%).

Tata guna lahan basah yaitu persawahan di Desa Singasari belum menggunakan sistem irigasi secara teknis. Sistem irigasi yang digunakan adalah semi teknis sebesar 344.100 ha dan sawah tadah hujan sebesar 131,150 ha. Sedangkan tata guna lahan kering sebagai ladang atau tegalan sebesar 157,200 ha, dan perkebunan sebesar 221,110 ha. Lahan kering berdasarkan kondisi fisiknya yang tidak dimanfaatkan dibedakan menjadi lahan kritis dan lahan tidur. Desa Singasari memiliki lahan kritis sebesar 35 ha dan lahan tidur sebesar 25 ha.

4.3

POLA TANAM DI LOKASI PENELITIAN

Pola tanam yang diterapkan di Desa Singasari adalah Padi-Padi-Palawija. Pola tanam ini didasarkan pada umur tanaman padi yang berkisar 115 hari atau 3 bulan 15 hari. Selain itu, jarak waktu penanaman antara musim tanam pertama dengan musim tanam berikutnya adalah satu bulan. Sehingga, jika dua kali dilakukan penanaman padi membutuhkan waktu selama sembilan bulan. Waktu yang tersisa tidak mencukupi untuk menanam padi sampai padi dapat dipanen. Setelah tanam padi pada MT 2, biasanya para petani di Desa Singasari menanam palawija yang memiliki umur tanaman yang lebih pendek dibandingkan padi. Palawija yang biasa ditanam oleh petani adalah kacang hijau.

Berdasarkan data curah hujan daerah Jonggol, pola tanam Padi-Padi-Palawijaya sangat cocok digunakan. Hal ini dikarenaan wilayah Jonggol memiliki dua bulan kering, dua bulan lembab, dan delapan bulan basah, dimana menurut Oldemen termasuk pada tipe iklim B2, yaitu dapat tanam padi dua kali dalam setahun dan musim kering yang pendek cukup untuk tanam palawija.

4.4

SISTEM IRIGASI POMPA DI LOKASI PENELITIAN

Irigasi pompa merupakan sistem irigasi yang menggunakan pompa untuk mengalirkan air dari sumber air ke lahan pertanian yang membutuhkan. Terdapat dua hal yang mengharuskan suatu sitem pertanian menggunakan pompa untuk memenuhi kebutuhan air tanaman. Pertama, sumber air irigasi menggunakan airtanah. Airtanah berada lebih rendah dibandingkan lahan pertanian sehingga pemanfaatannya harus diangkat melalui pompa ke lahan pertanian. Kedua, jarak antara sumber air dengan lahan pertanian cukup jauh. Jika hanya menggunakan gaya gravitasi untuk mengalirkan air irigasi maka banyak air yang hilang diperjalanan sehingga air yang sampai ke lahan pertanian kurang optimal.


(31)

Desa Singasari menggunakan pompa untuk mengatasi kekurangan air pada tanaman dengan alasan jarak sumber air dengan lahan pertanian yang cukup jauh. Tanpa pompa para petani di Desa Singasari tidak dapat bertani secara optimal dikarenakan curah hujan yang tidak bisa diprediksi untuk memenuhi kebutuhan air tanaman.

Pompa yang digunakan merupakan bantuan dari pemerintah Kota Bogor sebanyak satu unit pompa air. Pompa tersebut diberikan kepada kelompok Tani Mekartani II, sehingga pemeliharaan dan perawatan diserahkan pada kelompok Tani Mekartani II.

Kelompok Tani Mekartani II menggunakan pompa pada saat petani menanam padi, yaitu pada musim tanam 1 dan musim tanam 2. Sedangkan pada musim tanam 3 petani menanam palawija yang membutuhkan air lebih sedikit dibandingkan padi. Sehingga dengan pemanfaatan air hujan sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan air tanaman kacang hijau pada musim tanam 3.

4.5

PERKUMPULAN PETANI PEMAKAI AIR (P3A) DI DAERAH

PENELITIAN

P3A di Desa Singasari ada pada kelompok Tani Mekartani II. Hal ini dikarenakan kelompok Tani Mekartani II menggunakan pompa untuk memenuhi kebutuhan air irigasi khususnya pada bulan kering. Lahan pertanian yang jauh dari sumber air menyebabkan pompa sangat dibutuhkan petani Mekartani II sehinga kelompok Tani Mekartani II memiliki struktur tersendiri dalam hal pengaturan air irigasi.

Kelompok Tani Mekartani II terbentuk pada tahun 2006 dan merupakan pecahan dari kelompok Tani Mekartani yaitu dipecah menjadi kelompok Tani Mekartani I dan Mekartani II. Kelompok Tani Mekartani II terbentuk dalam suatu organisasi kumpulan petani, sehingga kegiatan yang dilakukan tidak sebatas pada pemenuhan air irigasi (P3A) saja, tetapi mekartani II telah ikut andil dalam mewujudkan pertanian berkelanjutan. Hal ini dibuktikan dengan adanya pengelolaan pupuk kompos serta penggunaan alat dan mesin pertanian.


(32)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1

ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI

Air irigasi dibutuhkan apabila curah hujan tidak tersedia bagi tanaman. Air irigasi yang diperlukan tanaman diketahui melalui program CROPWAT 8.0. Data yang dibutuhkan adalah data curah hujan dan iklim seperti, penyinaran matahari, kelembapan, temperatur maksimum dan minimum, serta kecepatan angin yang mewakili daerah penelitian. Data curah hujan berasal dari Stasiun Dayeuh Kecamatan Jonggol dari tahun 2000-2009. Data curah hujan yang digunakan dalam program CROPWAT 8.0 adalah rata-rata curah hujan bulanan selama sepuluh tahun. Sedangkan data iklim lainnya berasal dari Stasiun Darmaga Bogor pada tahun 2009.

Data iklim pada program CROPWAT 8.0 digunakan untuk mengetahui evapotranspirasi tanaman acuan (ETo) yang dihitung dengan menggunakan metode Penman-Monteith (Lampiran 4). Sedangkan data curah hujan digunakan untuk mengetahui curah hujan efektif. Pada program CROPWAT 8.0 curah hujan efektif dihitung dengan menggunakan metode Emperical Formula (Lampiran 5). Berdasarkan hasil perhitungan CROPWAT 8.0, wilayah Jonggol memiliki rata-rata ETo sebesar 3.55 mm/hari dan jumlah hujan per tahun sebesar 3,156 mm dengan hujan efektif per tahun sebesar 2,240.8 mm.

Kebutuhan air irigasi berbeda disetiap tanaman, tergantung pada nilai koefisien tanaman yang terlihat dalam program CROPWAT 8.0. Koefisien tanaman digunakan untuk menganalisis evapotranspirasi tanaman. Jika evapotranspirasi tanaman dan curah hujan efektif telah diketahui maka kebutuhan air irigasi pun dapat diketahui.

Penelitian ini menganalisis kebutuhan air pada tanaman padi dengan menggunakan program CROPWAT 8.0. Hasil dari program CROPWAT 8.0 dapat dilihat pada lampiran 6a sampai 6d untuk tanaman padi dan lampiran 6e untuk tanaman kacang hijau. Hasil program CROPWAT 8.0 menunjukkan bahwa pada MT 1 dimana penanaman dilakukan pada tanggal 01 Januari, tanaman padi membutuhkan air irigasi sebesar 143.8 mm. Air irigasi hanya diberikan pada awal persiapan tanam atau digunakan untuk pengolahan lahan (Gambar 3). Pemberian air irigasi hanya dilakukan pada Bulan Desember 2 sebanyak 49.5 mm/dekade atau 4.95 mm/hari dan Desember 3 sebanyak 94.3 mm/dekade. Pada Bulan tersebut dilakukan proses penyiapan lahan sebelum ditanami padi. Pengolahan lahan tanaman padi membutuhkan lebih banyak air dibandingkan perawatan. Kebutuhan air pada proses penyiapan lahan tanaman padi berkisar 200-300 mm. Jika Penanaman dilakukan pada tanggal 01 Januari, maka pemanenan dilakukan pada tanggal 30 April, sedangkan pengolahan lahan dilakukan pada tanggal 01 Desember.


(33)

Penanaman MT 2 dilakukan Bulan Mei. Kebutuhan air irigasi padi pada MT 2 lebih besar dibandingkan MT 1. Air irigasi yang dibutuhkan tanaman padi pada MT 2 berjumlah 448.3 mm dengan pemberian terbesar pada April 3 sebesar 48.9 mm/dekade dan Mei 1 sebesar 76 mm/dekade. Air irigasi diberikan dari pengolahan lahan sampai tanaman padi dapat dipanen (Gambar 4). Periode tersebut merupakan musim kering, dimana evapotraspirasi lebih besar dibandingkan curah hujan. Jika tanaman padi ditanam pada tanggal 16 Mei maka pemanenan dapat dilakukan pada tanggal 12 September, sedangkan pengolahan tanah dimulai pada tanggal 16 April.

Gambar 4. Grafik pemberian air irigasi pada MT 2

Musim tanam 3 kelompok Tani Mekartani II menanam kacang hijau. Palawija jenis ini termasuk pada palawija berumur pendek serta lebih tahan terhadap kekeringan. Kacang hijau tidak membutuhkan pengolahan lahan seperti tanaman padi. Petani dapat langsung menanam kacang hijau setelah proses panen padi selesai dilakukan. Berdasarkan program CROPWAT 8.0, kebutuhan air irigasi untuk tanaman palawija jenis kacang-kacangan adalah 10 mm (Gambar 5). Kebutuhan air irigasi tersebut diperoleh jika petani menanam pada tanggal 13 September dan panen pada tanggal 31 Desember. Hasil program CROPWAT 8.0 menunjukkan bahwa pemberian air irigasi dilakukan pada Bulan Oktober 2 sebanyak 7.3 mm/dekade atau 0.73 mm/hari dan Oktober 3 berjumlah 0.27 mm/hari.


(34)

Program CROPWAT 8.0 dapat menghitung efisiensi Pemanfaatan curah hujan oleh tanaman. Pemanfaatan curah hujan pada MT 1 berbeda dengan MT 2. Pada MT 1 efisiensi pemanfaatan curah hujan sebesar 49.8%, sedangkan pada MT 2 mencapai 100%. Pada MT 1 terjadi kelebihan air hujan sebesar 44% yang tidak digunakan oleh tanaman. Oleh karena itu, lahan para petani harus memiliki drainase yang baik untuk dapat membuang kelebihan air yang tidak dibutuhkan oleh tanaman. Sehingga pertumbuhan tanaman menjadi lebih optimal yang dapat meningkatkan produktifitas hasil pertanian. Sedangkan Pemanfaatan curah hujan pada MT 3 sangat kecil, yaitu sebesar 12.6%.

Kebutuhan air irigasi berdasarkan perhitungan CROPWAT 8.0 dengan aktual di lapangan terjadi perbedaan. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Perbandingan kebutuhan air irigasi aktual tahun 2010 dengan CROPWAT 8.0 pada data curah hujan 2000-2009

Musim

Tanam Tanaman

Air Irigasi Aktual

(m3)

Air Irigasi Berdasarkan CROPWAT 8.0 (m3/ha) (m

3 ) MT 1 Padi 2,592 1,438 17,256 MT 2 Padi 2,160 4,483 53,796 MT 3 Kacang Hijau 0 100 1,200

Jumlah 4,752 5,621 67,452

Sumber : data hasil wawancara dan program CROPWAT 8.0

Berdasarkan jam kerja pompa aktual menunjukkan hasil bahwa kebutuhan air irigasi pada MT 1 lebih besar dibandingkan MT 2. Sedangkan pada program CROPWAT 8.0 dengan data curah hujan tahun 2000-2009 terjadi sebaliknya, yaitu kebutuhan air pada MT 2 lebih besar daripada MT 1. Perbedaan tersebut dikarenakan data curah hujan yang digunakan pada program CROPWAT 8.0 adalah data rata-rata tahun 2000-2009. Berdasarkan data tersebut, MT 2 merupakan bulan kering sehingga kebutuhan air irigasi lebih besar. Sedangkan secara aktual menggunakan data jam kerja pompa tahun 2010 menunjukkan kebutuhan air irigasi pada MT 2 lebih kecil dibandingkan MT 1, dikarenakan curah hujan pada MT 2 yang tinggi (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Bogor, 2010). Perbedaan kondisi tersebut disebabkan oleh curah hujan tahun 2010 mengalami gangguan (tidak normal) sehingga Kecamatan Jonggol yang biasanya mengalami bulan kering pada MT 2 menjadi bulan basah . Hal ini berdasarkan pemantauan suhu air laut dimana kondisiiklim tahun 2010 teridentifikasi mengalami la Nina1.

Data curah hujan tahun 2010 jika dimasukkan ke dalam program CROPWAT 8.0, maka akan diperoleh kebutuhan air irigasi tanaman padi pada MT 1 sebesar 252.5 mm. Air irigasi paling besar digunakan pada awal persiapan tanam atau digunakan untuk pengolahan lahan yaitu pada Bulan Desember (Gambar 6). Pada Desember 2 air irigasi diberikan sebanyak 49.5 mm/dekade atau 4.95 mm/hari dan Desember 3 sebanyak 103 mm/dekade atau 10.3 mm/hari.


(35)

Gambar 6. Grafik pemberian air irigasi pada MT 1 tahun 2010

Jumlah kebutuhan air irigasi pada MT 2 sebesar 210.9 mm dan air irigasi tebesar diberikan pada proses pengolahan lahan yaitu 147.9 mm/dekade atau 14.79 mm/hari pada Bulan April 3 dan Mei 1 seperti yang terlihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Grafik pemberian air irigasi pada MT 2 tahun 2010

Tabel 3. Perbandingan kebutuhan air irigasi MT 1 dan MT 2 berdasarkan CROPWAT 8.0 antara data curah hujan tahun 2010 dengan rata-rata tahun 2000-2009

Musim

Tanam Tanaman

Tahun 2010 (m3)

Rata-rata Tahun 2000-2009 (m3)

MT 1 Padi 30,312 17,256 MT 2 Padi 25,308 53,796

Jumlah 55,620 71,052

Berdasarkan data curah hujan tahun 2010, perhitungan pada program CROPWAT 8.0 menunjukkan hasil bahwa kebutuhan air irigasi pada MT 2 lebih kecil dibandingkan MT 1. Hasil tersebut sama dengan kebutuhan air irigasi aktual.


(36)

Gambar 8. Curah hujan bulanan tahun 2010 dan rata-rata tahun 2000-2009

Berdasarkan Gambar 8 dapat dilihat bahwa curah hujan pada MT 2 tahun 2010 lebih besar dibandingkan curah hujan rata-rata tahun 2000-2009. Hal tersebut yang menyebabkan kebutuhan air irigasi MT 2 pada tahun 2010 lebih kecil dibandingkan rata-rata tahun 2000-2009. Tetapi kondisi berbeda terlihat pada MT 1, dimana curah hujan pada MT 1 tahun 2010 lebih kecil dibandingkan rata-rata tahun 2000-2009. Ini berarti terjadi pergeseran bulan basah dan bulan kering pada tahun 2010, yaitu pada MT 1 merupakan bulan kering sedangkan pada MT 2 merupakan bulan basah. Jika dibandingkan antara jumlah curah hujan tahun 2010 dengan jumlah curah hujan rata-rata tahun 2000-2009, tidak menunjukkan hasil yang jauh berbeda (Lampiran 7).

Peluang terjadinya tahun normal, kering dan basah dapat diketahui dengan menggunakan

software RAINBOW-window version 1.1. Software tersebut digunakan untuk menganalisis frekuensi

dan perencanaan kemungkinan untuk data hidrologi. Data yang digunakan untuk mengetahui peluang terjadinya tahun normal, kering, dan basah adalah curah hujan tahunan dari tahun 2000-2009. Hasil analisis software RAINBOW dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Curah hujan pada tahun normal, kering dan basah Bulan Curah Hujan (mm)

Tahun Normal Tahun Kering Tahun Basah

Januari 418.2 141.6 694.8

Februari 420.7 189.8 651.6

Maret 319.6 94.2 545.0

April 412.5 153.3 671.7

Mey 206.0 15.6 396.4

Juni 117.6 26.6 208.6

Juli 69.2 0.0 161.6

Agustus 55.3 11.1 99.5

September 135.2 38.8 231.6

Oktober 207.4 82.7 332.0

November 425.4 73.4 777.3 Desember 368.7 51.9 685.6


(37)

Tahun normal terjadi apabila peluang terlewati sebesar 50%, tahun kering apabila peluang terlewatinya 80% dan tahun basah apabila peluang terlewatinya 20% . Berdasarkan analisiss software RAINBOW dapat diketahui bahwa wilayah Jonggol akan mengalami tahun normal pada periode ulangan 2 tahun, tahun kering pada periode ulangan 1.25 tahun, dan tahun basah pada periode ulangan 5 tahun.

Kebutuhan air irigasi pada tahun normal, kering, dan basah dapat diketahui dengan memasukan data curah hujan dari software RAINBOW (Tabel 4) ke program CROPWAT 8.0. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Kebutuhan air irigasi pada tahun normal, kering, dan basah Musim Tanam

(MT) Tanaman

Kebutuhan Air Irigasi (mm) Tahun

Normal

Tahun Kering

Tahun Basah MT 1 Padi 143.8 442.8 86.7 MT 2 Padi 448.3 672.8 295.8 MT 3 Kacang Hijau 10.0 266.4 0.0 Sumber : Program CROPWAT 8.0

5.2

EFISIENSI IRIGASI

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pemanfaatan air irigasi pada tanaman sehingga dapat mengurangi efisiensi irigasi, antara lain perkolasi, rembesan, dan penguapan. Biasanya, ketiga faktor tersebut terjadi pada saat air irigasi didistribusikan. Perkolasi akan semakin tinggi jika jaringan irigasi hanya dilapisi oleh tanah, dibandingkan dilapisi oleh plastik. Penguapan akan semakin kecil jika air disalurkan melalui jaringan pipa dibandingkan saluran terbuka. Perkolasi, rembesan, dan penguapan yang semakin besar, efisiensi irigasi pun akan semakin kecil.

Pada program CROPWAT 8.0 dapat diketahui bahwa perkolasi pada MT 1 sebesar 841.8 mm, MT 2 sebesar 565.2 mm, sedangkan pada MT 3 tidak mengalami perkolasi. Adanya penggenangan pada tanaman padi, memungkinkan terjadinya perkolasi pada MT 1 dan MT 2. Hasil tersebut mempengaruhi efisiensi penggunaan air irigasi pada tanaman.

Air aktual (actual water) yang dimanfaatkan oleh tanaman pada MT 1 sebesar 452.5 mm, MT 2 sebesar 414.7 mm, dan MT 3 sebesar 302.5 mm. Tanaman tidak mengalami kekurangan hasil produksi yang disebabkan oleh defisiensi air, ini ditunjukkan dengan yield reduction 0.0%.

Menurut Etcheverry et al. dalam Munir (1993), tingkat efisiensi distribusi air irigasi pada irigasi pompa lebih tinggi daripada irigasi gravitasi, yaitu 95% untuk irigasi pompa dan 60-90% untuk irigasi gravitasi. Berdasarkan hasil pengukuran di lapangan, efisiensi penyaluran dari sumber air ke saluran sebesar 57%, sedangkan efisiensi penyaluran di lapang yakni dari saluran ke petakan sawah sebesar 73%. Efisiensi penyaluran ini sangat kecil untuk irigasi pompa yang menggunakan saluran tertutup. Hal ini dikarenakan banyak terjadi kebocoran pada pipa dorong (penyalur). Pipa dorong yang digunakan kebanyakan telah melewati umur ekonomisnya. Selain itu penyebab rendahnya efisisiensi penyalur adalah pemasangan sambungan yang kurang tepat sehingga air dapat keluar dari pipa.


(38)

5.3

KINERJA TEKNIS JARINGAN IRIGASI

Kinerja jaringan irigasi menentukan pemanfaatan air irigasi yang sampai ke lahan pertanian. Semakin baik jaringan irigasi yang digunakan, maka air irigasi yang diberikan semakin optimal dan kehilanagn air pun dapat diminimalkan.

Jaringan irigasi yang digunakan kelompok Tani Mekartani II dibagi menjadi dua, yaitu saluran tertutup (pipa) dan saluran terbuka (dari tanah). Saluran pipa memiliki kinerja yang baik dikarenakan hampir tidak terjadi kehilangan air irigasi. Sedangkan saluran terbuka dapat menyebabkan kehilangan air irigasi yang disebabkan oleh perkolasi, perembesan, maupun penguapan.

Sumber air irigasi berasal dari Sungai Cikarang dengan jarak dari sungai ke saluran sepanjang 250 m. Distribusi air dari sungai ke saluran melalui pipa dengan diameter 4 inchi, kemudian dari saluran air mengalir secara gravitasi ke lahan pertanian. Dinding dan dasar saluran terbuat dari tanah dan bagian atas saluran terbuka.

Saluran pipa pada kelompok Tani Mekartani II kurang dimanfaatkan dengan baik sehingga efisiensi irigasi yang dihasilkan kecil. Penyebabnya adalah banyak terjadi kebocoran pada pipa dan sambungan yang kurang tepat.

Gambar 9. Diagram pendistribusian air irigasi di lokasi penelitian

Gambar 10. Sungai Cikarawang


(39)

Gambar 11. Mesin penggerak 8 pk Gambar 12. Pompa 4 inchi

Gambar 13. Pipa dorong Gambar 14. Saluran

Gambar 14. Lahan pertanian

5.4

ANALISIS KELAYAKAN PENGGUNAAN POMPA SEBAGAI SISTEM

IRIGASI

5.4.1

Sistem Pengelolaan Irigasi Pompa di Desa Singasari

Irigasi pompa dikenalkan pada masyarakat Desa Singasari pada tahun 2006. Sistem irigasi pompa yang diterapkan berbeda dari kebanyakan Desa lainnya yang menerapkan sistem irigasi sumur pompa. Pompa di Desa Singasari digunakan untuk mengalirkan air sungai ke lahan pertanian. Sungai yang dijadikan sebagai sumber air irigasi adalah Sungai Cikarang yang berjarak 250 m ke lahan pertanian.


(40)

Penggunaan pompa sebagai alat bantu dalam penyediaan air bagi tanaman membutuhkan penanganan atau pengelolaan yang lebih kompleks dibandingkan menggunaan irigasi gravitasi, diantaranya adanya perawatan komponen, biaya operasional, pengaturan pembagian air, dll. Irigasi gravitasi perawatan hanya dilakukan pada jaringan irigasi sedangkan pada irigasi pompa dibutuhkan perawatan yang khusus pada komponen irigasi sehingga umur ekonominya dapat terjaga.

Pada irigasi pompa biaya yang dikeluarkan tidak hanya dari perawatan, tetapi mencangkup pembelian bahan bakar, pelumas dan biaya operasional lainnya. Hal ini juga berdampak pada pembagian air irigasi, yaitu diperlukan suatu mekanisme yang tepat agar lahan para petani yang mengelola irigasi pompa dapat terpenuhi kebutuhan air tanamannya. Selain itu, irigasi pompa juga membutuhkan investasi yang lebih besar dibandingkan irigasi gravitasi dikarenakan adanya pembelian pompa, mesin penggerak, pipa, serta pembuatan rumah pompa untuk menjaga keamanan dan keawetan mesin dan pompa. Rumah pompa merupakan bangunan permanen yang digunakan untuk gudang penyimpanan bahan bakar, pelumas, dan keperluan operasional perangkat pompa lainya. Rumah pompa tidak termasuk komponen yang harus ada dalam irigasi pompa, jika tidak terdapat rumah pompa berarti pompa bersifat tidak tetap sehingga dapat dipindah-pindahkan serta disimpan atau dibawa pulang kembali pada saat pompa dan mesin tidak dioperasikan.

Pengelolaan irigasi pompa di Desa Singasari dilakukan oleh petani yang lahannya jauh dari sumber air. Petani Desa Singasari tidak mengeluarkan biaya yang besar untuk investasi dikarenakan mendapatkan bantuan pompa dan mesin dari pemerintah Kabupaten Bogor. Pompa bersifat

nonpermanent sehingga tidak dibuatkan rumah pompa. Biaya yang dikeluarkan para petani lebih

kepada biaya operasional, seperti biaya bahan bakar, pelumas, dan upah operator. Pembangunan sistem irigasi pompa yang diterapkan di Desa Singasari khususnya oleh kelompok Tani Mekartani II sangat sederhana dan tidak membutuhkan waktu yang lama. Hal ini dikarenakan sistem irigasi pompa yang diterapkan tidak membutuhkan perhitungan dan komponen irigasi yang kompleks seperti halnya irigasi sumur pompa. Sehingga petani dapat langsung menggunakan pompa ketika bantuan pompa diberikan.

5.4.2

Cara pergiliran air

Pompa irigasi di Desa Singasari bekerja sesuai kebutuhan. Pengoperasian pada musim hujan dan musim kemarau akan berbeda. Pompa biasanya dioperasikan pada musim kemarau, tetapi tidak tertutup kemungkinan dioperasikan pada musim hujan jika air hujan tidak mencukupi, terutama pada saat pengolahan lahan.

Kelompok Tani Mekartani II memiliki lahan pertanian seluas 25 ha. Pompa yang ada digunakan untuk mencukupi kebutuhan irigasi pada lahan seluas 12 ha yang lokasinya jauh dari sumber air. Sedangkan sisanya masih bisa dijangkau oleh sungai sebagai sumber air. Pompa mempunyai debit sebesar 12 liter per detik dengan beda tinggi (head) 123 cm dan daya maksimum 8.5 pk atau 2,200 ppm. Kelompok Tani Mekartani II menerapkan bahwa air diberikan secara bebas dan tidak dilakukan pergiliran air irigasi.

5.4.3

Pengoperasian Pompa

Kelompok tani Mekartani II hanya menggunakan pompa pada saat menanam padi baik pada MT 1 maupun MT 2. Pompa dioperasikan selama 10-20 jam dalam sehari. Jam kerja pompa berdasarkan data penggunaan pompa tahun 2010 mencapai 110 jam (Tabel 5). Pompa bersifat nonpermanent, sehingga untuk alasan keamanan diperlukan penjagaan pompa terutama pada malam hari. Penjagaan pompa dilakukan oleh petani secara bergilir setiap dua jam sekali. Petani yang bertugas akan


(1)

Lampiran 11e. Analisis usaha tani tanaman padi pada MT 2 dengan harga air berdasarkan perhitungan pada kondisi adanya bantuan dan ditambah biaya penggantian dengan inflasi

No Keterangan Satuan Jumlah Harga

(Rp/satuan) Total (Rp)

1 Pupuk :

a. Urea kg/ha 100 1,200 120,000

b. Poeskha kg/ha 300 1,800 540,000

2 Benih kg/ha 25 6,000 150,000

3 Obat-obatan

a. Sipermentrin Kaleng 5 12,000 60,000

b. Dencis Kaleng 5 12,000 60,000

c. Pontan Kaleng 5 25,000 125,000

4 Tenaga Kerja

a. Pengolahan tanah HOK 1 1,000,000 1,000,000

b. Penanaman HOK 40 50,000 2,000,000

c. Penyiangan Gulma HOK 40 50,000 2,000,000

d. Pemupukan HOK 30 25,000 750,000

e. Panen HOK 40 30,000 1,200,000

5 Irigasi pompa m3/musim 6,141 188.77 1,159,200

6 Total biaya produksi Rp/ha 9,164,200

7 Total produksi kg/ha 7,000 2,500 17,500,000

8 Biaya pokok Rp/kg 1,309.18

9 Keuntungan Rp/ha 8,335,800


(2)

63 

 

Lampiran 11f. Analisis Usaha tani tanaman padi pada MT 2 dengan harga air berdasarkan perhitungan pada kondisi tanpa bantuan investasi dan ditambah biaya penggantian tanpa inflasi

No Keterangan Satuan Jumlah Harga

(Rp/satuan) Total (Rp)

1 Pupuk :

c. Urea kg/ha 100 1,200 120,000

d. Poeskha kg/ha 300 1,800 540,000

2 Benih kg/ha 25 6,000 150,000

3 Obat-obatan

d. Sipermentrin Kaleng 5 12,000 60,000

e. Dencis Kaleng 5 12,000 60,000

f. Pontan Kaleng 5 25,000 125,000

4 Tenaga Kerja

f. Pengolahan tanah HOK 1 1,000,000 1,000,000

g. Penanaman HOK 40 50,000 2,000,000

h. Penyiangan Gulma HOK 40 50,000 2,000,000

i. Pemupukan HOK 30 25,000 750,000

j. Panen HOK 40 30,000 1,200,000

5 Irigasi pompa m3/musim 6,141 204.89 1,258,200

6 Total biaya produksi Rp/ha 9,263,200

7 Total produksi kg/ha 7,000 2,500 17,500,000

8 Biaya pokok Rp/kg 1,323.32

9 Keuntungan Rp/ha 8,236,800


(3)

Lampiran 11g. Analisis usaha tani tanaman padi pada MT 2 dengan harga air berdasarkan perhitungan pada kondisi tanpa bantuan investasi dan ditambah biaya penggantian dengan inflasi

No Keterangan Satuan Jumlah Harga

(Rp/satuan) Total (Rp)

1 Pupuk :

e. Urea kg/ha 100 1,200 120,000

f. Poeskha kg/ha 300 1,800 540,000

2 Benih kg/ha 25 6,000 150,000

3 Obat-obatan

g. Sipermentrin Kaleng 5 12,000 60,000

h. Dencis Kaleng 5 12,000 60,000

i. Pontan Kaleng 5 25,000 125,000

4 Tenaga Kerja

k. Pengolahan tanah HOK 1 1,000,000 1,000,000

l. Penanaman HOK 40 50,000 2,000,000

m. Penyiangan Gulma HOK 40 50,000 2,000,000

n. Pemupukan HOK 30 25,000 750,000

o. Panen HOK 40 30,000 1,200,000

5 Irigasi pompa m3/musim 6,141 212.29 1,303,700

6 Total biaya produksi Rp/ha 9,308,700

7 Total produksi kg/ha 7,000 2,500 17,500,000

8 Biaya pokok Rp/kg 1,329.81

9 Keuntungan Rp/ha 8,191,300


(4)

65 

 

Lampiran 12. Pengeluaran rata-rata per kapita sebulan untuk sub bagian makanan dan bukan makanan menurut golongan pengeluaran per kapita sebulan

Jenis

Pengeluaran Jenis Barang Pengeluaran (Rp/kapita/bulan)

Pengeluaran Makanan

Padi-padian 28,888 38,402 42,530 45,153 45,890 44,577

Umbi-umbian 1,820 1,320 1,253 1,444 1,532 2,106

Ikan 2,679 6,266 8,318 10,853 14,580 21,686

Daging 0 969 1,990 4,068 8,528 21,586

Telur, susu 1,536 3,411 4,702 7,918 13,835 30,921

Sayur-sayuran 3,757 4,884 6,580 8,834 12,303 16,740

Kacang-kacangan 3,192 4,325 5,353 7,336 9,759 12,161

Buah-buahan 1,179 1,654 2,366 3,736 6,287 17,974

Minyak dan lemak 2,702 4,212 5,241 6,608 8,296 10,830

Bahan minuman 916 2,565 3,829 5,526 7,991 11,565

Bumbu-bumbuan 1,658 2,537 3,181 4,381 5,698 6,883

Konsumsi lainnya 1,571 3,253 4,380 6,177 8,517 12,942

Makanan dan minuman yang sudah jadi

2,727 8,827 14,821 28,435 51,873 133,306

Minuman beralkohol 0 0 25 41 82 252

Tembakau sirih 4,826 6,272 12,562 21,057 32,785 49,776

Pengeluaran Bukan Makanan

Perumahan dan fasilitas rumah

14,036 23,100 32,189 48,723 83,636 230,836

Aneka barang dan jasa

5,926 7,506 10,501 16,574 31,060 95,992

Biaya pendidikan 3,865 5,090 6,001 7,371 11,520 41,817

Biaya kesehatan 2,879 2,094 3,092 4,707 8,544 28,699

Pakaian alas kaki dan tutup kepala

3,767 5,606 7,402 9,758 13,252 25,341 Barang-barang tahan

lama

632 1,809 2,056 3,310 5,770 25,146

pajak pemakaian dan premi asuransi

317 367 622 1,133 2,795 15,946

Keperluas pesta dan upacara

0 217 343 689 1,773 8,396 Total Pengeluaran

(Rp/kapita/bulan)

88,873 134,686 179,337 253,821 386,308 483,802 Total Pengeluaran

(Rp/keluarga*)/bulan)

444,400 673,400 896,700 1,269,100 1,931,500 4,327,300 Sumber : Badan Pusat Statistik tahun 2010

*)

: 1 keluarga terdiri dari 5 orang

• Asumsi yang digunakan dalam perhitungan adalah jumlah pendapatan sama dengan total

pengeluaran.

• Pendapatan yang layak apabila pengeluaran yang dihasilkan lebih besar dari

Rp1,018,755/bulan (Rp1,269,100/bulan, Rp1,931,500/bulan, Rp4,327,300/bulan) dan penghasilan yang tidak layak jika pengeluaran lebih kecil dari Rp1,018,755/bulan (Rp444,400/bulan, Rp673,400/bulan, Rp896,700/bulan).


(5)

Lampiran 13. Perhitungan efisiensi irigasi 1. Efisiensi Penyaluran

Jumlah Air yang Sampai di Areal Pertanaman

Jumlah Air yang Dialirkan dari Sumber air

Ef

=

12

100 %

21

x

=

=

57 %

2. Efisiensi Penyaluran di Lapang

Jumlah Air yang Sampai di Petakan

Jumlah Air yang Sampai di Areal Pertanaman

Ef

=

8.4

11.5

=

=

73%


(6)

67