ANALISIS USAHA TANI DI LOKASI PENELITIAN

29 Adanya biaya penggantian komponen irigasi akan memperbesar biaya irigasi. Jika petani di lokasi penelitian menginginkan penggantian komponen irigasi ketika telah sampai umur ekonominya maka petani harus menambah iuran irigasi, dikarenakan iuran yang dibayarkan saat ini tidak mencukupi untuk membayar biaya penggantian. Iuran yang ditambahkan dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 10. Penambahan iuran dari berbagai kondisi harga air No Keterangan Penambahan Iuran Rpm 3 1 Adanya bantuan investasi 46.23 2 Tanpa bantuan investasi 69.75 3 Adanya bantuan dan ditambah biaya penggantian tanpa inflasi 71.00 4 Adanya bantuan dan ditambah biaya penggantian dengan inflasi 78.70 5 Tanpa bantuan investasi dan ditambah biaya penggantian tanpa inflasi 94.82 6 Tanpa bantuan investasi dan ditambah biaya penggantian dengan inflasi 102.22

5.5 ANALISIS USAHA TANI DI LOKASI PENELITIAN

Analisis usaha tani dilakukan untuk mengetahui besarnya pendapatan petani dengan adanya penambahan biaya untuk kebutuhan air irigasi. Pendapatan yang dihasilkan petani berasal dari penjualan hasil pertanian, sedangkan pengeluaran berasal dari pembelian pupuk, benih, obat-obatan, upah tenaga kerja pengolahan tanah, penanaman, penyiangan gulma, pemupukan, dan pemanenan, serta biaya air irigasi. Tabel 11. Biaya usaha tani pada berbagai kondisi biaya irigasi pada MT 1 No Keterangan Harga Air Rpm 3 Biaya Irigasi Rpha Total Biaya Usaha Tani Rpha Biaya Irigasi Terhadap Biaya Total 1 Adanya bantuan investasi 156.30 307,900 8,312,900 3.70 2 Tanpa bantuan investasi 179.82 354,200 8,359,200 4.24 3 Adanya bantuan dan ditambah biaya penggantian tanpa inflasi 181.07 356,700 8,361,700 4.27 4 Adanya bantuan dan ditambah biaya penggantian dengan inflasi 188.77 371,900 8,376,900 4.44 5 Tanpa bantuan investasi dan ditambah biaya penggantian tanpa inflasi 204.89 403,600 8,408,600 4.80 6 Tanpa bantuan investasi dan ditambah biaya penggantian dengan inflasi 212.29 418,200 8,423,200 4.96 30 Tabel 12. Biaya usaha tani pada berbagai kondisi biaya irigasi pada MT 2 No Keterangan Harga Air Rpm 3 Biaya Irigasi Rpha Total Biaya Usaha Tani Rpha Biaya Irigasi Terhadap Biaya Total 1 Adanya bantuan investasi 156.30 959,800 8,964,800 10.71 2 Tanpa bantuan investasi 179.82 1,104,300 9,109,300 12.12 3 Adanya bantuan dan ditambah biaya penggantian tanpa inflasi 181.07 1,111,900 9,116,900 12.20 4 Adanya bantuan dan ditambah biaya penggantian dengan inflasi 188.77 1,159,200 9,164,200 12.65 5 Tanpa bantuan investasi dan ditambah biaya penggantian tanpa inflasi 204.89 1,258,200 9,263,200 13.58 6 Tanpa bantuan investasi dan ditambah biaya penggantian dengan inflasi 212.29 1,303,700 9,308,700 14.00 Biaya tambahan yang dikeluarkan oleh petani akibat adanya irigasi pompa berdasarkan iuran sebesar Rp216,800 atau 2.63 dari total biaya usaha tani pada MT 1 dan Rp676,000 atau 7.78 pada MT 2. Sedangkan berdasarkan hasil perhitungan Tabel 10 biaya irigasi pada MT 1 yang dikeluarkan berkisar Rp307,900-Rp418,200 atau 3.70-4.96 dan Rp959,800-Rp1,303,700 atau 10.71-14.00 dari total biaya usaha tani pada MT 2. Biaya terkecil jika petani mendapatkan bantuan investasi dan tidak mengeluarkan biaya penggantian, sebaliknya biaya terbesar pada saat petani tidak mendapatkan bantuan investasi dan mengeluarkan biaya penggantian. Total biaya usaha tani di lokasi penelitian tanpa adanya biaya air irigasi sebesar Rp8,005,000ha. Jika ditambah biaya air irigasi berdasarkan iuran petani maka biaya usaha tani menjadi Rp8,221,800ha pada MT 1 dan Rp8,680,900ha pada MT 2. Sedangkan berdasarkan hasil perhitungan sebesar Rp8,312,900ha-Rp8,423,200ha pada MT 1 dan 8,964,800ha-Rp9,308,700ha pada MT 2. Selain biaya irigasi, biaya tersebut digunakan untuk pembelian benih, pupuk, obat-obatan, dan tenaga kerja. Tabel 13. Pendapatan yang diterima petani pada MT 1 No Keterangan Pendapatan Kotor Total Biaya Usaha Tani Pendapatan Bersih RC 1 Adanya bantuan investasi 17,500,000 8,312,900 9,187,100 2.11 2 Tanpa bantuan investasi 17,500,000 8,359,200 9,140,800 2.09 3 Adanya bantuan dan ditambah biaya penggantian tanpa inflasi 17,500,000 8,361,700 9,138,300 2.09 4 Adanya bantuan dan ditambah biaya penggantian dengan inflasi 17,500,000 8,376,900 9,123,100 2.09 5 Tanpa bantuan investasi dan ditambah biaya penggantian tanpa inflasi 17,500,000 8,408,600 9,091,400 2.08 6 Tanpa bantuan investasi dan ditambah biaya penggantian dengan inflasi 17,500,000 8,423,200 9,076,800 2.08 31 Tabel 14. Pendapatan yang diterima petani pada MT 2 No Keterangan Pendapatan Kotor Total Biaya Usaha Tani Pendapatan Bersih RC 1 Adanya bantuan investasi 17,500,000 8,964,800 8,535,200 1.95 2 Tanpa bantuan investasi 17,500,000 9,109,300 8,390,700 1.92 3 Adanya bantuan dan ditambah biaya penggantian tanpa inflasi 17,500,000 9,116,900 8,383,100 1.92 4 Adanya bantuan dan ditambah biaya penggantian dengan inflasi 17,500,000 9,164,300 8,335,700 1.91 5 Tanpa bantuan investasi dan ditambah biaya penggantian tanpa inflasi 17,500,000 9,263,200 8,236,800 1.89 6 Tanpa bantuan investasi dan ditambah biaya penggantian dengan inflasi 17,500,000 9,308,700 8,191,300 1.88 Jumlah rata-rata produksi yang dihasilkan kelompok Tani Mekartani II adalah 7 ton GKP Gabah Kering Panen per hektar. Kelompok tani Mekartani II menjual hasil panennya dalam bentuk GKP dengan harga jual Rp2,500Kg GKP. Sehingga total pendapatan kotor yang dihasilkan dari hasil penjualan produksi sebesar Rp17,500,000ha. Adanya harga air yang dikeluarkan petani karena penggunaan pompa, tetap memberikan keuntungan bagi petani. Pendapatan bersih yang diperoleh petani dapat dilihat pada Tabel 12 dan 13, serta perhitungan secara rinci dipaparkan pada Lampiran 10a sampai 10f untuk MT 1 dan 11a sampai 11f untuk MT 2. Berdasarkan iuran air irigasi oleh petani, keuntungan yang diperoleh sebesar Rp9,278,200ha pada MT 1 dan Rp8,819,100ha pada MT 2. Sedangkan dari hasil perhitungan berbagai kondisi harga air keuntungan yang diperoleh mencapai Rp9,076,800ha-Rp9,187,100ha pada MT 1 dan Rp8,191,300-Rp8,535,200 pada MT 2. Keuntungan terbesar diperoleh petani jika petani mendapat bantuan investasi tanpa mengeluarkan biaya penggantian dan keuntungan terkecil diperoleh jika petani tidak mendapat bantuan investasi dan mengeluarkan biaya penggantian dengan pengaruh inflasi. Luasan yang dimiliki petani di lokasi penelitian rata-rata berjumlah 0.37 ha, sehingga pendapatan yang diterima oleh petani di lokasi penelitian dari berbagai kondisi harga air tanpa bantuan investasi sampai mengeluarkan biaya penggantian berjumlah Rp3,358,400 – Rp3,399,200 pada MT 1 dan Rp3,030,800-Rp3,158,000 pada MT 2 per orang per musim tanam. Jika dalam setahun petani hanya mampu menanam tanaman padi sebanyak dua kali MT 1 dan MT 2, maka keuntungan yang diperoleh petani per bulannya sebesar Rp532,400-Rp546,400. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistika BPS, garis kemiskinan Jawa Barat berada pada tingkat penghasilan sebesar Rp203,751 per kapita per bulan atau Rp1,018,755 per keluarga per bulan, dimana satu keluarga terdiri dari tiga orang anak. Oleh karena itu, petani yang berpenghasilan layak adalah petani yang mempunyai penghasilan di atas garis kemiskinan. Hal ini berarti, jika petani di lokasi penelitian hanya berpenghasilan dari pertanian padi sawah dengan luasan yang dimiliki, maka petani di lokasi penelitian masih termasuk katagori berpenghasilan tidak layak dikarenakan penghasilan yang diperoleh berada di bawah garis kemiskinan. Jika dianalisis lebih lanjut, faktor terbesar yang menyebabkan tidak layaknya penghasilan petani padi sawah adalah luas lahan yang dimiliki petani terlalu kecil. Berikut pada Tabel 14 dan 15 dapat dilihat luas lahan yang seharusnya dimiliki petani untuk mendapatkan penghasilan yang layak dengan asumsi besarnya penghasilan yang layak sebesar Rp1.050.000keluarga dengan tiga orang anak. 32 Tabel 15. Luas lahan yang seharusnya dimiliki oleh petani untuk mendapatkan penghasilan yang layak per kepala keluarga per bulan pada kondisi pola tanam padi-padi Tabel 16. Luas lahan yang seharusnya dimiliki oleh petani untuk mendapatkan penghasilan yang layak per kepala keluarga per bulan pada kondisi pola tanam padi-padi-palawija Berdasarkan hasil perhitungan, luas lahan minimal yang seharusnya dimiliki petani untuk mendapatkan penghasilan yang layak pada kondisi petani hanya mampu menanam tanaman padi sebanyak dua kali MT 1 dan MT 2 dalam setahun adalah 0.73 ha. Jika luas lahan yang dimiliki petani 0.73 ha, maka petani akan mendapatkan keuntungan minimal Rp1,050,000 per bulan dari berbagai kondisi harga air. Ini berarti, meskipun adanya biaya penggantian komponen irigasi, petani akan mendapatkan penghasilan yang layak yaitu di atas penghasilan garis kemiskinan per keluarga yang terdiri dari tiga orang anak. Sedangkan petani yang mampu menanam padi-padi-palawija dalam setahun akan mendapatkan penghasilan yang layak jika menanam pada lahan seluas 0.6 ha. Ini diperoleh pada kondisi tanaman palawija pada MT 3 membutuhkan air irigasi sebanyak 136.98 m 3 dan biaya usaha tani tanpa adanya biaya irigasi sebesar Rp574,000ha berdasarkan hasil penilitian Lutvianita 2010 di Desa Babakan raden, Kecamatan cariu, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. No Keterangan Tidak Layak Layak Keuntungan Rpbulan Luas lahan per kepala keluarga ha Keuntungan Rpbulan Luas lahan per kepala keluarga ha 1 Adanya bantuan investasi 546,400 0.37 1,050,000 0.71 2 Tanpa bantuan investasi 540,600 0.37 1,050,000 0.72 3 Adanya bantuan dan ditambah biaya penggantian tanpa inflasi 540,200 0.37 1,050,000 0.72 4 Adanya bantuan dan ditambah biaya penggantian dengan inflasi 538,300 0.37 1,050,000 0.72 5 Tanpa bantuan investasi dan ditambah biaya penggantian tanpa inflasi 534,300 0.37 1,050,000 0.73 6 Tanpa bantuan investasi dan ditambah biaya penggantian dengan inflasi 532,400 0.37 1,050,000 0.73 No Keterangan Tidak Layak Layak Keuntungan Rpbulan Luas lahan per kepala keluarga ha Keuntungan Rpbulan Luas lahan per kepala keluarga ha 1 Adanya bantuan investasi 716,200 0.37 1,050,000 0,54 2 Tanpa bantuan investasi 710,200 0.37 1,050,000 0,55 3 Adanya bantuan dan ditambah biaya penggantian tanpa inflasi 709,900 0.37 1,050,000 0,55 4 Adanya bantuan dan ditambah biaya penggantian dengan inflasi 707,900 0.37 1,050,000 0,55 5 Tanpa bantuan investasi dan ditambah biaya penggantian tanpa inflasi 703,800 0.37 1,050,000 0,55 6 Tanpa bantuan investasi dan ditambah biaya penggantian dengan inflasi 701,900 0.37 1,050,000 0,55 33 Hubungan antara pendapatan yang diperoleh petani dengan luas lahan yang dimiliki petani berbanding lurus, dimana semakin besar luas lahan yang dimiliki maka pendapatan yang dihasilkan akan semakin besar seperti yang terlihat pada Gambar 15. Gambar 15. Grafik hubungan antara pendapat bersih per rumah tangga petani dengan luas lahan pertanian Grafik pada Gambar 15, diperoleh dari berbagai kondisi pengeluaran dalam suatu rumah tangga, dengan asumsi besarnya pengeluaran sama dengan pendapatan yang harus dihasilkan oleh petani. Pengeluaran tersebut terdiri dari pengeluaran dalam bentuk pemenuhan kebutuhan makanan dan bukan makanan. Kriteria dari masing-masing pengeluaran dapat dilihat secara rinci pada Lampiran 12. Petani yang hanya mampu menanam dua kali tanam dalam setahun padi-padi akan membutuhkan luas lahan yang lebih besar untuk mendapatkan penghasilan yang layak dibandingkan petani yang mampu mengoptimalkan penanaman sebanyak tiga kali dalam setahun padi-padi- palawija. Seperti yang terlihat pada Gambar 15, grafik pada kondisi petani dengan dua kali musim tanam dalam setahun berada lebih di atas dibandingkan grafik pada kondisi petani dengan tiga kali musim tanam. Selain memperluas lahan yang dimiliki petani, faktor lain yang dapat menaikkan keuntungan usaha tani adalah dengan mengurangi biaya operasional. Namun, berdasarkan hasil perhitungan pengurangan biaya operasional penggunaan pompa tidak terlalu menaikkan keuntungan petani yang signifikan. Ini dibuktikan dengan pendapatan petani masih di bawah garis kelayakan. Bahkan hasil perhitungan menunjukkan, tanpa biaya air irigasi keuntungan yang diperoleh petani tetap berada di bawah garis kelayakan. 34

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

1. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan adanya irigasi pompa para petani dapat mengoptimalkan penanaman selama setahun dengan tidak tergantung pada curah hujan. 2. Dengan adanya irigasi pompa, petani di lokasi penelitian dapat menanam padi selama lima kali dalam dua tahun, sedangkan jika tidak menggunakan irigasi pompa petani hanya bisa menanam padi dua bahkan hanya satu kali musim tanam dalam setahun dikarenakan curah hujan yang terbatas. 3. Kelompok Tani Mekartani II memiliki lahan pertanian seluas 25 ha. Pompa digunakan untuk mencukupi kebutuhan air tanaman pada lahan seluas 12 ha yang lokasinya jauh dari sumber air. Sedangkan sisanya kebutuhan air irigasi masih bisa dijangkau oleh air sungai sebagai sumber air. 4. Irigasi pompa hanya digunakan di lokasi penelitian pada saat petani menanam padi, yaitu pada Musim Tanam MT 1 dan 2. 5. Jam kerja pompa berbeda pada setiap musim tanam. Pada MT 1 pompa beroperasi selama 60 jam dan MT 2 selama 50 jam, ini berdasarkan data teknis penggunaan pompa tahun 2010. Jam kerja pompa MT 1 lebih besar dibandingkan MT 2 juga ditunjukkan dari curah hujan tahun 2010. Sedangkan berdasarkan data curah hujan 2000-2009 jam kerja pompa pada MT 1 lebih kecil yaitu selama 547.18 jam dibandingkan MT 2 selama 1,705.86 jam. Perbedaan kondisi tersebut disebabkan oleh curah hujan tahun 2010 yang mengalami gangguan tidak normal yaitu teridentifikasi terjadi la Nina. 6. Debit pompa yang dihasilkan sebesar 12 liter per detik dengan beda tinggi head 123 cm, sehingga jumlah air yang di pompakan selama MT 1 dan MT 2 berdasarkan penggunaan pompa tahun 2010 adalah 4,752 m 3 dan 97,329.6 m 3 berdasarkan program CROPWAT 8.0 dari data curah hujan 2000-2009. 7. Total biaya investasi yang dikeluarkan dalam irigasi pompa sebesar Rp15,324,000, biaya tetap yang dikeluarkan sebesar Rp2,288,800 per tahun dan biaya tidak tetap yang dikeluarkan sebesar Rp15,213,000 per tahun. 8. Harga air yang dikeluarkan oleh petani swadaya sebesar Rp179.82m 3 . Sedangkan petani yang diberi bantuan, harga air menjadi Rp156.30m 3 . 9. Untuk memenuhi biaya operasional, petani dibebankan untuk membayar iuran. Iuran ada yang dibayarkan dalam bentuk uang dan produk. Iuran uang berjumlah rata-rata Rp20,000 per orang per operasi pompa, yang digunakan untuk pembayaran upah operator dan perbaikan. Sedangkan iuran produk untuk pemenuhan kebutuhan bahan bakar dan pelumas. 10. Total iuran yang terkumpul sebesar Rp1,800,000 per tahun atau Rp18.49m 3 . Jika iuran tersebut ditambah biaya pembelian bahan bakar, oli dan gemuk, maka total iuran yang terkumpul sebesar Rp10,713,600tahun atau Rp110.08m 3 . Ini berarti, biaya iuran lebih kecil dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan oleh petani berdasarkan perhitungan, sehingga petani harus menambah iuran sebesar Rp46.23m 3 untuk biaya operasional yang dikeluarkan. 11. Total biaya penggantian seluruh komponen irigasi pompa pada tingkat inflasi 5.7 sebesar Rp127,652,700. Apabila petani membayar biaya penggantian tersebut dengan angsuran seragam, maka besarnya angsuran yang dibayarkan per tahunnya sebesar Rp3,160,600 atau Rp32.47m 3 . Sedangkan jika tidak dipengaruhi oleh inflasi, jumlah biaya penggantian yang dikeluarkan sebesar Rp57,052,100 dengan angsuran Rp2,410,800 per tahun atau Rp24.77m 3 .