Asuhan Keperawatan pada An. R dengan Prioritas Masalah Gangguan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh di Perumahan Villa Asri Permai Pasar V Medan
Asuhan Keperawatan pada An. R dengan Prioritas Masalah Gangguan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Di Perumahan Villa Asri Permai Pasar V Marindal Medan
Disusun dalam Rangka Menyelesaikan Program Studi DIII Keperawatan
Oleh
SURYANI IRADORA. S 092500022
Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
(2)
(3)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada An. R dengan Prioritas Masalah Gangguan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh di Perumahan Villa Asri Permai Pasar V Medan”. Karya Tulis Ilmiah (KTI) merupakan salah satu syarat yang harus dibuat untuk dapat menyelesaikan pendidikan DIII Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini, sebagai berikut :
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
2. Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan
Universitas Surnatera Utara.
3. Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep selaku ketua prodi DIII Keperawatan dan
Penguji.
4. Lufthiani, S.Kep, Ns. M.Kes selaku Dosen Pembimbing KTI, yang senantiasa
memberikan waktu untuk membimbing dan memberikan masukan yang sangat berharga dalam penulisan Karya Tulis Ilrniah (KTI) sehingga dapat diselesaikan.
5. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.
(4)
6. Terima kasih yang sedalam dalamnya kepada Ibunda tercinta Risna Munthe, dan Ayahanda tercinta Drs. Manahara Silaban beserta Opung saya tercinta Naosap Mahulae, yang selalu mendoakan dan menyayangi, memberikan dukungan dan nasehat, serta senantiasa memberikan yang terbaik.
7. Teman-teman Fakultas Keperawatan stambuk 2009, dan buat seseorang yang
saya sayangi Rimson P.Sinaga Spd, serta seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu yang selalu membantu dan mendukung dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah dan perkuliahanku, terima kasih atas dukungan, kritik, dan saran kalian semua.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu mencurahkan karuniaNya kepada semua pihak yang telah membantu mendukung penulis. Harapan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan profesi keperawatan.
Medan, Februari 2014
(5)
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan ... 4
C. Manfaat ... 4
BAB II PENGELOLAAN KASUS ... 6
A. Konsep Dasar Keperawatan Dengan Masalah Kebutuhan Dasar Nutrisi ... 6
1. Kosep Dasar ... 6
1.1. Nutrisi ... 6
1.1.1. Definisi Nutrisi ... 6
1.1.2. Sistem Tubuh yang Berperan dalam Pemenuhan Nutrisi... 7
1.1.3. Proses Pencernaan Makanan ... 13
1.1.4. Fungsi Nutrisi ... 14
1.1.5. Status Nutrisi ... 15
1.1.6. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi ... 35
2. Pengkajian ... 36
3. Diagnosa dan Intervensi ... 39
4. Perencanaan ... 40
B. Asuhan Keperawatan Kasus ... 44
1. Pengkajian ... 44
2. Analisa Data ... 57
3. Rumusan Masalah ... 58
4. Perencanaan ... 58
5. Implementasi dan Evaluasi ... 60
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ... 62
A. KESIMPULAN ... 62
B. SARAN ... 62 Daftar Pustaka
(6)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat lain yang terkandung. Aksi, reaksi, dan keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit (Tarwoto Wartonah, 2006). Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh (Hidayat, 2006). Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, kondisi ini dialami oleh individu yang tidak mengalami puasa atau berisiko mengalami penurunan berat badan yang berhubungan dengan tidak cukupnya masukan atau metabolisme nutrisi untuk kebutuhan metabolisme (Carpenito, 2000).
Secara umum, gangguan kebutuhan nutrisi terdiri atas kekurangan dan kelebihan nutrisi, obesitas, malnutrisi, dan anoreksia nervosa. Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang dalam keadaan tidak berpuasa (normal) atau risiko penurunan berat badan akibat ketidakcukupan asupan nutrisi untuk kebutuhan metabolisme. Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami seseorang yang mempunyai risiko peningkatan berat badan akibat asupan kebutuhan metabolisme secara berlebihan. Obesitas
(7)
merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai lebih dari 20% berat badan normal.
Status nutrisinya adalah melebihi kebutuhan metabolisme karena kelebihan asupan kalori dan penurunan dalam penggunaan kalori. Malnutrisi merupakan masalah yang berhubungan dengan kekurangan zat gizi pada tingkat seluler atau dapat dikatakan sebagai masalah asupan zat gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh. Anoreksia nervosa merupakan penurunan berat badan secara mendadak dan berkepanjangan, ditandai dengan adanya konstipasi, pembengkakan badan, nyeri abdomen, kedinginan, letargi, dan kelebihan energi (Hidayat, 2006).
Menurut data United Nations Children’s Fund (UNICEF) dan World Health Organization (WHO) pada 2009, diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita di dunia, nomor 3 pada bayi, dan nomor 5 bagi segala umur. Data UNICEF memberitakan bahwa 1,5 juta anak meninggal dunia setiap tahunnya karena diare
Angka tersebut bahkan masih lebih besar dari korban AIDS, malaria, dan cacar jika digabung. Sayang, di beberapa negara berkembang, hanya 39 persen penderita mendapatkan penanganan serius.
Di Indonesia sendiri, sekira 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekira 460 balita setiap harinya akibat diare. Daerah Jawa Barat merupakan salah satu yang tertinggi, di mana kasus kematian akibat diare banyak menimpa anak berusia di bawah 5 tahun. Umumnya, kematian disebabkan dehidrasi karena keterlambatan orangtua memberikan perawatan pertama saat anak terkena diare.
(8)
Diare disebabkan faktor cuaca, lingkungan, dan makanan. Perubahan iklim, kondisi lingkungan kotor, dan kurang memerhatikan kebersihan makanan merupakan faktor utamanya. Penularan diare umumnya melalui 4F, yaitu Food, Fly , Feces, dan Finger.
Oleh karena itu, upaya pencegahan diare yang praktis adalah dengan memutus rantai penularan tersebut. Sesuai data UNICEF awal Juni 2010, ditemukan salah satu pemicu diare baru, yaitu bakteri Clostridium difficile yang dapat menyebabkan infeksi mematikan di saluran pencernaan. Bakteri ini hidup di udara dan dapat dibawa oleh lalat yang hinggap di makanan.
Angka kejadian diare di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih tinggi. Di Indonesia, sekitar 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekitar 460 balita setiap harinya. Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia, diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita dan nomor 3 bagi bayi serta nomor 5 bagi semua umur. Setiap anak di Indonesia mengalami episode diare sebanyak 1,6 – 2 kali per tahun
Kasubdit Diare dan Kecacingan Depkes, I Wayan Widaya mengatakan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, angka kematian akibat diare 23 per 100 ribu penduduk dan pada balita 75 per 100 ribu balita. Selama tahun 2006 sebanyak 41 kabupaten di 16 provinsi melaporkan KLB (kejadian luar biasa) diare di wilayahnya. Jumlah kasus diare yang dilaporkan sebanyak 10.980 dan 277 diantaranya menyebabkan kematian. Hal tersebut, terutama disebabkan rendahnya ketersediaan air bersih, sanitasi buruk dan perilaku hidup tidak sehat.
(9)
Sedangkan di Provinsi Riau Pada 27 maret 2008 tercatat Diare 182 kasus yang diakibatkan adanya banjir di Provinsi Riau. Adapun kecamatan yang terkena banjir sebanyak 36 kecamatan, 164 desa, 29.950 Kepala Keluarga atau 60.950 Jiwa
Sepintas diare terdengar sepele dan sangat umum terjadi. Namun, ini bukan alasan untuk mengabaikannya, dehidrasi pada penderita diare bisa membahayakan dan ternyata ada beberapa jenis yang menular.Diare kebanyakan disebabkan oleh Virus atau bakteri yang masuk ke makanan atau minuman, makanan berbumbu tajam, alergi makanan, reaksi obat, alkohol dan bahkan perubahan emosi juga dapat menyebabkan diare, begitu pula sejumlah penyakit tertentu.
Faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi, yaitu pengetahuan, prasangka, kebiasaan, kesukaan, dan ekonomi (Hidayat, 2006).
B. Tujuan
Adapun tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk mengetahui gambaran pemenuhan kebutuhan dasar nutrisi pada An. R.
C. Manfaat a. Pendidikan
Dapat memberikan masukan bagi tenaga pengajar dalam proses belajar mengajar mengenai Asuhan Keperawatan pemenuhan kebutuhan dasar nutrisi.
(10)
b. Praktik keperawatan
Dapat menambah wawasan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan atau praktik keperawatan tentang nutrisi pada keluarga.
c. Kebutuhan pasien
Dapat menambah pemahaman keluarga mengenai kebutuhan nutrisi dalam roses penyembuhan.
(11)
BAB II
PENGELOLAAN KASUS
A. Konsep Dasar Keperawatan Dengan Masalah Kebutuhan Nutrisi 1. Konsep Dasar
1.1.Nutrisi
1.1.1.Definisi nutrisi
Nutrisi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transfortasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-organ serta menghasilkan energi (Supariasa, 2002).
Kata “gizi” berasal dan bahasa Arab “ghidza”, yang berarti makanan. Zat gizi (nutritients) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan (Almatsier, 2001).
Nutrisi merupakan elemen penting untuk proses dan fungsi tubuh yang dikategorikan menjadi enam yakni air, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral (Potter and Perry, 2005).
(12)
1.1.2.Sistem Tubuh yang Berperan dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Sistem yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah sistem pencernaan yang terdiri atas saluran pencemaan dan organ asesoris. Saluran pencernaan dimulai dan mulut sampai usus halus bagian distal, sedangkan organ asesoris terdiri atas hati, kantong empedu, dan pankreas. Ketiga organ ini membantu terlaksananya sistem pencernaan makanan secara kimiawi (Hidayat, 2006).
1.1.2.1. Saluran Pencernaan 1.1.2.1.1. Mulut
Mulut merupakan bagian awal dari saluran pencernaan dan terdiri atas dua bagian luar yang sempit (vestibula), yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir, pipi, dan bagian dalam, yaitu rongga mulut. Di dalam mulut makanan mengalami proses mekanisme melalui pengunyahan yang akan membuat makanan dapat hancur secara merata, dibantu oleh enzim amilase yang akan memecah amilium yang terkandung di dalam makanan menjadi maltosa. Proses mengunyah ini merupakan kegiatan terkoordinasi antara lidah, gigi dan otot-otot mengunyah. Di dalam mulut juga terdapat kelenjar saliva yang menghasilkan saliva untuk proses pencernaan dengan cara mencerna hidrat arang, khususnya amilase, melicinkan bolus sehingga mudah ditelan, menetralkan serta mengencerkan bolus. Dalam proses sekresi, saliva
(13)
dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya faktor mekanisme (seperti adanya benda-bolus-dalam mulut), faktor psikis (seperti bila mencium atau mengingat makanan yang enak), dan faktor kimiawi (seperti bila makanan terasa asam atau asin) (Hidayat, 2006).
1.1.2.1.2. Faring dan Esofagus
Faring merupakan saluran pencemaan yang terletak di belakang hidung, mulut dan laring. Faring berbentuk kerucut dengan bagian terlebar di bagian atas hingga vertebra servikal keenam. Faring langsung berhubungan dengan esophagus, saluran tabung yang memiliki otot dengan panjang kurang lebih 20-25 cm dan terletak di belakang trakea, di depan tulang punggung, kemudian masuk melalui toraks menembus diafragma yang berhubungan langsung dengan abdomen serta menyambung dengan lambung. Esofagus merupakan bagian yang berfungsi dengan menghantarkan makanan dari faring menuju lambung. Esofagus berbentuk seperti silinder yang berongga dengan pajang kurang lebih 2 cm dengan kedua ujungnya dilindungi oleh sfingter. Dalam keadaan normal, sfingter bagian atas selalu tertutup, kecuali bila ada makanan masuk ke dalam lambung. Keadaan ini berfungsi untuk mencegah gerakan balik sisi organ bagian atas, yaitu esophagus. Proses penghantaran makanan dilakukan dengan cara peristaltik, yaitu lingkaran serabut otot di
(14)
depan makanan mengendor dan yang di belakang makanan berkontraksi (Hidayat, 2006).
1.1.2.1.3. Lambung
Lambung merupakan bagian saluran pencernaan yang terdiri atas bagian atas (disebut fundus), bagian utama, dan bagian bawah yang berbentuk horizontal (antrum pilorik). Lambung berhubungan langsung dengan esofagus melalui orifisium atau kardia dengan duodenum melalui orifisium pilorik. Lambung terletak di bawah diafragma dan di depan pancreas, sedangkan limpa menempel pada sebelah kiri fundus. Fundus memiliki fungsi, yaitu fiingsi motoris serta fungsi sekresi dan pencernaan. Fungsi motoris lambung adalah sebagai reservoir untuk menampung makanan sampai dicerna sedikit demi sedikit dan sebagai pencampur adalah memecah makanan menjadi partikel-partikel kecil yang dapat bercampur dengan asma lambung. Fungsi sekresi dan pencernaan adalah mensekresi pepsin dan HCI yang akan memecah protein menjadi pepton., amilase memecak amilium menjadi maltosa lipase memecah lemak menjadi asam lemak, dan gliserol membentuk sekresi gastrin, mensekresi faktor
instrinsik yang memungkinkan absorbsi vitamin B12 yaitu di
uleum, dan mensekresi mucus yang bersifat protektif. Makanan berada pada lambung selama 2-6 jam, kemudian bercampur dengan getah lambung (cairan asam bening tak berwarna) yang
(15)
mengandung 0,4 % HC1 untuk mengasamkan semua makanan serta bekerja sebagai antiseptik dan desinfektan (llidayat, 2006). 1.1.2.1.4. Usus Halus
Usus halus merupakan tabung berlipat-lipat dengan panjang kurang lebih 2,5 m diam keadaan hidup. Kemudian, akan bertambah panjang menjadi kurang lebih 6 m pada orang yang telah meninggal, akibat adanya relaksasi otot yang telah kehilangan tonusnya. Usus halus terletak diantara umbilicus dan dikelilingi oleh usus besar yang memanjang dari lambung hingga katup ileo kolika. Usus halus terdiri atas tiga bagian, yaitu duodenum dengan panjang kurang lebih 25 cm, jejunum dengan panjang kurang lebih 2 m, dan ileum dengan panjang kurang lebih 1 m atau 3/5 akhir dan usus. Fungsi usus halus pada umumnya adalah mencerna dan mengabsorbsi chime dari lambung. Zat-zat makana yang telah halus akan di absorbsi di dalam usus halus, yaitu pada duodenum, dan di sini terjadi absorbsi besi, kalsium dengan bantuan vitamin D, vitamin A, D, E, dan K dengan bantuan empedu dan asam folat (Hidayat, 2006).
1.1.2.1.5. Usus Besar
Usus besar atau juga disebut sebagai kolon merupakan sambungan dari usus halus yang dimulai dari katup ileokolik atau ileosaekal yang merupakan tempat lewatnya makanan. Usus besar memiliki panjang kurang lebih 1,5 meter. Kolon terbagi atas asenden, transversum, desenden, sigmoid dan berakhir di rectum
(16)
yang panjangnya kira-kira 10 cm dari usus besar, dimulai dari kolon sigmoideus dan berakhir pada saluran anak. Fungsi utama usus besar adalah megabsorbsi air (kurang lebih 90%), elektrolit, vitamin, dan sedikit glukosa. Kapasitas absorbsi air kurang lebih 5000 cc/hari. Flora yang terdapat di usus besar berfungsi untuk menyintesis vitamin K dan B serta memungkinkan pembusukan sisa-sisa makanan (Hidayat, 2006).
1.1.2.2. Organ Asesoris 1.1.2.2.1. Hati
Hati merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh yang terletak di bagian paling atas rongga abdomen, di sebelah kanan di bawah diafragma, dan memiliki berat kurang lebih 1500 gram (kira-kira 2,5% orang dewasa). Hati terdiri atas dua lobus, yaitu lobus kanan dan kiri yang dipisahkan oleh ligament falsiformis. Pada lobus kanan bagian belakang kantung empedu terdapat sel yang bersifat fagositosis terhadap bakteri dan benda asing lain dalam darah. Fungsi hati adalah menghasilkan cairan empedu, fagositosis bakteri, dan benda asing lainnya, memproduksi sel darah merah, dan menyimpan glikogen (Hidayat, 2006).
1.1.2.2.2. Kantung Empedu
Kantung empedu merupakan sebuah organ berbentuk seperti kantung yang terletak di bawah kanan hati atau lekukan permukaan bawah hati sampai pinggiran depan yang memiliki
(17)
panjang 8-12 cm dan berkapasitas 40-60 cm. kantung empedu memiliki bagian fundus, leher, dan tiga pembungkus, yaitu sebelah luar pembungkus peritoneal, sebelah tengah jaringan berotot tak bergaris, dan sebelah dalam membran mukosa. Fungsi kantung empedu adalah tempat menyimpan cairan yang lain, memekatkan cairan empedu yang berfungsi memberi pH sesuai dengan pH optimum enzim-enzim pada usus halus, mengemulsi garam-garam empedu, mengemulasi lemak, mengekskresi beberapa zat yang tak digunakan oleh tubuh, dan memberi warna pada feses, yaitu kuning kehijau-hijauan (dihasilkan oleh pigmen empedu). Cairan empedu mengandung air, garam empedu, lemak, koleterol, pigmen, fofolipid, dan sedikit protein (Hidayat, 2006). 1.1.2.2.3. Pankreas
Pankreas merupakan kelenjar yang stukturnya sama seperti kelenjar ludah dan memiliki panjang kurang lebih 5 cm. Pankreas terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian kepala pankreas yang paling lebar, badan pankreas yang letaknya dibelakang lambung dan di depan vertebra lumbalis pertama, serta bagian ekor pankreas yang merupakan bagian runcing disebelah kiri dan meyentuh limpah. Pankreas memiliki dua fungsi, yaitu fungsi eksokrin dilaksanakan oleh sel sekretori yang membentuk getah pankreas berisi enzim serta elektrolit dan fungsi endokrin yamg terbesar di antara alveoli pankreas (Hidayat, 2006).
(18)
1.1.3. Proses Pencernaan Makanan 1.1.3.1. Ingesti (Penelanan)
Yaitu tahap dimana makanan dimasukkan kedalam mulut lalu dikunyah oleh gigi, dibasahi oleh air ludah dan dibolak-balik oleh lidah, setelah makanan halus, maka akan ditelan dengan bantuan ludah ke dalam kerongkongan. Oleh kerongkongan, makanan didorong masuk ke lambung dengan suatu gerakan yang disebut peristaltik.
1.1.3.2. Digesti (Pencernaan)
Yaitu tahap pengolahan makanan yang teradi di dalam lambung, terjadi secara kimiawi atau enzimatik. Dalam lambung makanan di cerna dengan bantuan enzim-enzirn pencernaan seperti pepsin, dan lain-lain.
1.1.3.3. Absorbsi (Penyerapan)
Tahap penyerapan makanan terjadi di usus harus. Pada bagian atas usus halus, makanan melewati lubang saluran empedu dan pankreas. Makanan kemudian melalui tiga bagian dari usus halus, duodenum, jejunum, dan ileum.
1.1.3.4. Eliminasi (Pembuangan)
Tahap pembuangan terjadi pada anus, setelah melalui tahap penyerapan. Sisa-sisa makanan yang tidak dapat dicerna lagi, lalu dibuang ke dalam usus besar. Dalam usus besar terjadi penyerapan air dan garam-garam mineral. Dalam usus besar juga terjadi pembusukan sisa makanan sebelum kemudian dibuang
(19)
keluar tubuh melalui anus dalam bentuk padatan atau feses. gas, dan cairan.
1.1.4.Fungsi Nutrisi
Makanan sehari-hari yang dipilih dengan baik akan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Sebaliknya, bila makanan tidak dipilih dengan baik, tubuh akan mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu. Zat-zat gizi esensial adalah zat yang harus didatangkan dan makanan. Bila dikelompokkan ada tiga fungsi zat gizi dalam tubuh, berikut akan dijelaskan lebih lanjut (Almatsier, 2001).
Fungsi pertama adalah memberi energi. Zat-zat gizi yang dapat memberikan energi adalah karbohidrat, lemak, dan protein. Oksidasi zat-zat gizi ini menghasilkan energi yang diperlukan tubuh untuk melakukan kegiatan/aktivitas. Ketiga zat gizi terdapat dalam jumlah paling banyak dalam bahan pangan. Dalam fungsi sebagai zat pemberi energi, ketiga zat gizi tersebut dinamakan zat pembakar (Almatsier, 2001).
Fungsi kedua adalah pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh. Protein, mineral, dan air adalah bagian dan jaringan tubuh. Oleh karena itu diperlukan untuk membentuk sel-sel baru, memelihara, dan mengganti sel-sel yang rusak. Dalam fungsi ini ketiga zat gizi (nutrients) tersebut dinamakan zat pembangun (Almatsier, 2001)
(20)
Fungsi ketiga adalah mengatur proses tubuh. Protein, mineral, air, dan vitamin diperlukan untuk mengatur proses tubuh. Protein mengatur keseimbangan air didalam sel, bertindak sebagai buffer dalam upaya memelihara netralitas tubuh dan membentuk antibodi sebagai penangkal organisme yang bersifat infektif dan bahan-bahan asing yang dapat masuk kedalam tubuh. Mineral dan vitamin diperlukan sebagai pengatur dalam proses-proses oksidasi, fungsi normal saraf, dan otot serta banyak proses lain yang terjadi didalam tubuh termasuk proses menua. Air diperlukan untuk melarutkan bahan-bahan di dalam tubuh, seperti didalam darah, cairan pencernaan, jaringan, dan mengatur suhu tubuh, peredaran darah, pembuangan sisa-sisa / ekskresi dan lain-lain. Dalam fungsi mengatur proses tubuh ini, protein, mineral, air, dan vitamin dinamakan zat pengatur (Almatsier, 2001).
1.1.5. Status Nutrisi
Pemecahan makanan, pencernaan, absorpsi, dan asupan makanan merupakan faktor penting dalam menentukan status nutrisi sebagai berikut (Tarwoto dan Wartonah, 2006):
a. Keseimbangan energi
Energi merupakan kekuatan untuk bekerja. Manusia membutuhkan energi untuk terus menerus berhubungan dengan lingkungannya.
(21)
atau
Pemasukan energi = Total pengeluaran energi (panas + kerja+ energi yang disimpan)
b. Pernasukan energi
Pemasukan energi merupakan energi yang dihasilkan selama oksidasi makanan. Makanan merupakan sumber utama energi manusia. Dari makanan yang dimakan kemudian di pecah secara kimiawi menjadi protein, lemak, dan karbohidrat. Besarnya energi yang dihasilkan dengan satuan kalori. Satu kilokalori juga disebut satu kalori besar (K) atau kkal adalah jumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 kg air sebesar 1 derajat celcius. Satu kkal = 1 K atau sama dengan 1.000 kalori.
Ketika makanan tidak tersedia maka akan terjadi pemecahan glikogen yang merupakan cadangan karbohidrat yang disimpan dalam hati dan jaringan otot.
c. Pengeluaran energi
Pengeluaran energi adalah energi yang digunakan oleh tubuh untuk men-support jaringan dan fungsi-fungsi organ tubuh. Cadangan energi tubuh berbentuk senyawa fosfat seperti adenosine triphosfat (ATP).
Kebutuhan energi seseorang ditentukan oleh Basal Metabolisme Rate (BMR) dan aktivitas fisik.
Kebutuhan (0,1 x (Energi
(22)
hari ditentukan kkal setiap aktivitas)
dengan rumus hari)
Energi untuk aktivitas misalnya:
Istirahat = 30 kal/jam
Duduk = 40 kal/jam Berdiri = 60 kal/jam
Menjahit = 70 kal/jam
Mencuci piring = 130-176 kal/jam
Melukis = 400 kal/jam
Jika nilai pemasukan energi lebih kecil dari pengeluaran energi maka akan terjadi keseimbangan negatif sehingga cadangan makanan dikeluarkan, hal ini akan berakibat pada penurunan berat badan. Sebaliknya, jika pemasukan energi lebih banyak dari pengeluaran energi maka terjadi keseimbangan positif, kelebihan energi akan disimpan dalam tubuh sehingga terjadi peningkatan berat badan.
d. Basal Metabolisme Rate (BMR)
Basal Metabolisme Rate adalah energi yang digunakan pada saat istirahat yaitu untuk kegiatan fungsi tubuh seperti pergerakan jantung, pernafasan, peristaltik usus, kegiatan kelenjar-kelenjar tubuh.
Kebutuhan kalori basal dipengaruhi oleh (Tarwoto dan Wartonah, 2006):
(23)
1.Usia
Pada usia 0-10 tahun kebutuhan metabolisme basal bertambah dengan cepat, hal ini berhubungan dengan factor pertumbuha. Setelah usia 20 tahun konstan.
2.Jenis kelamin
Kebutuhan metabolisme basal laki-laki lebih besar dibanding wanita. Pada laki-laki kebutuhan BMR 1,0 kkal/Kg BB/jam sedangkan pada wanita 0,9 kkal/Kg BB/jam
3.Tinggi dan berat badan
Tinggi dan berat badan berpengaruh terhadap luas permukaan tubuh. Makin luas pengeluaran panas akan lebih banyak sehingga kebutuhan basal metabolisme lebih besar.
4.Kelainan endokrin
Hormon tiroksin berpengaruh terhadap metabolisme, peningkatan tiroksin misalnya pada hipertiroid akan meningkatkan basal metabolisme sedangkan penurunan kadar tiroksin akan menurunkan metabolisme.
5. Suhu lingkungan
Suhu lingkungan yang lebih dingin akan meningkatkan metabolisme untuk menyesuaikan diri tubuh harus lebih banyak memproduksi panas.
(24)
6. Keadaan sakit
Pada orang sakit suhu tubuh meningkat. Peningkatan suhu tersebut akan mempercepat reaksi kimia, dimana peningkatan 1 derajat celsius akan meningkatkan BMR sebanyak 14%.
7. Keadaan stres dan ketegangan
Keadaan stres dan ketegangan akan rnerangsang produksi katekolamin yang mempunyai efek peningkatan metabolisme. a. Karakteristik status nutrisi ditentukan dengan adanya Body
Massa Index (BMI) dan Ideal Body Weight (IBW).
1. Body Massa Index (BMI)
Merupakan ukuran dan gambaran berat badan seseorang dengan tinggi badan, BMI dihubungkan dengan total lemak dalam tubuh dan sebagai panduan untuk mengkaji kelebihan berat badan (over weight) dan obesitas.
Rumus BMI diperhitungkan: BB (Kg) atau BB (pon) x 704.5
TB (M) TB (inc)
2. Ideal Body Weight (IBW)
2
Merupakan perhitungan berat badan optimal dalam fungsi tubuh yang sehat. Berat badan ideal adalah jumlah tinggi dalam sentimeter dikurangi dengan 100 dan dikurangi 10% dari jumlah itu.
(25)
b. Kegiatan yang membutuhkan energi, antara lain:
1. Vital kehidupan, pernafasan, sirkulasi darah, suhu tubuh, dan lain-lain.
2. Kegiatan mekanik oleh otot.
3. Aktivitas otot dan saraf.
4. Energi kimia untuk membangun jaringan, enzim dan
hormon.
5. Sekresi cairan pencernaan.
6. Absorpsi zat-zat gizi di saluran pencernaan.
7. Pengeluaran hasil metabolisme.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan energi :
1. Peningkatan basal metabolisme rate. 2. Aktivitas tubuh.
3. Faktor usia.
4. Suhu lingkungan.
5. Penyakit atau status kesehatan.
d. Elemen nutrien/zat gizi terdiri atas:
1. Karbohidrat.
2. Protein.
3. Lemak.
4. Vitamin.
5. Mineral.
(26)
Karbohidrat, lemak, dan protein disebut energi nutrien karena merupakan sumber energi dari makanan, sedangkan vitamin, mineral, dan air merupakan substansi penting untuk membangun, mempertahankan, dan mengatur metabolism jaringan tubuh (Tarwoto dan Wartonah, 2006).
2.1 Tabel Kebutuhan Energi per Hari
Umur Berat Badan (Kg) Tinggi Badan (Cm) Energi (kkal) 0-6 bulan 7-12 bulan 1-3 tahun 4-6 tahun 7-9 tahun Pria 10-12 tahun 13-15 tahun 16-19 tahun 20-59 tahun 60 tahun Wanita 10-12 tahun 13-15 tahun 16-19 tahun 20-59 tahun 60 tahun 5,5 8,5 12 18 23,5 30 40 53 56 56 32 42 46 50 50 60 71 89 108 120 135 152 160 162 162 139 153 154 154 154 860 800 1220 1720 1860 1950 2200 2360 2400 1960 1750 1900 1850 1900 1700
Sumber: Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 1988, dikutip dari Solihin Pudjiadi, 2001.
(27)
Fungsi zat gizi adalah (Tarwoto dan Wartonah, 2006):
1. Sebagai penghasil energi bagi fungsi organ, gerakan, dan kerja
fisik.
2. Sebagai bahan dasar untuk pembentukan dan perbaikan jaringan. 3. Sebagai pelindung dan pengatur.
e. Macam-macam nutrisi (Tarwoto dan Wartonah, 2006):
1.Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama. Hampir 80% energi dihasilkan dari karbohidrat. Setiap 1 gram karbohidrat menghasilkan 4 kilokalori (kkal). Karbohidrat yang disimpan dalam hati dan otot berbentuk glikogen dengan jumlah yang sangat sedikit. Glikogen adalah sintesis dan glukosa, pemecahan energi selama masa istirahat/puasa. Kelebihan energi karbohidrat berbentuk asam lemak.
a) Jenis karbohidrat
Berdasarkan susunan kimianya karbohidrat digolongkan menjadi tiga jenis yaitu monosakarida, disakarida, dan polisakarida.
a. Monosakarida
Monosakarida merupakan jenis karbohidrat yang paling sederhana dan merupakan molekul yang paling kecil. Dalam bentuk ini molekul dapat langsung diserap oleh pembuluh darah. Jenis dari monosakarida adalah glukosal dektrosa yang banyak terdapat pada buah-buahan dan sayuran, fruktosa
(28)
banyak terdapat pada buah, sayur, madu, dan galaktosa yang berasal dari pecahan disakarida.
b.Disakarida
Jenis disakarida adalah sukrosa, maltosa, dan laktosa. Sukrosa dan maltosa banyak pada makanan nabati, sedangkan laktosa yaitu merupakan jenis gula dalam air susu baik susu ibu maupun susu hewan.
c. Polisakarida
Merupakan gabungan dari beberapa molekul monosakarida. Jenis polisakarida adalah zat pati, glikogen, dan selulosa. b) Fungsi karbohidrat
a. Sumber energi yang murah.
b.Sumber energi utama bagi otak dan saraf.
c. Membuat cadangan tenaga tubuh.
d.Pengaturan metabolisme lemak. e. Untuk efisiensi penggunaan protein. f. Memberikan rasa kenyang.
c) Sumber karbohidrat
Sumber karbohidrat umumnya adalah makanan pokok, umumnya berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti beras, jagung, kacang, sagu, singkong, dan lain-lain. Sedangkan pada karbohidrat hewani berbentuk glikogen.
(29)
d) Metabolisme karbohidrat
Proses dari makanan sampai dapat digunakan oleh tubuh melalui pencernaan, absorpsi, dan metabolisme.
Pencemaan adalah memecahkan makanan menjadi bagian yang lebih kecil dan dapat diabsorpsi melalui cairan tubuh. Mekanisme pencernaan bisa secara mekanik melibatkan fungsi saraf dan otot untuk memindahkan makanan dalam saluran pencernaan melalui kontraksi otot. Pencernaan secara kimia melalui tipe sekresi yang diproduksi pada saluran pencernaan. Ada 4 tipe produk sekresi yang dapat membantu pencernaan yaitu enzim yang spesifik, Hcl, mukus, air, dan elektrolit.
Zat gizi diabsorpsi oleh seluruh usus kecil dan bagian proksimal usus besar metabolisme karbohidrat mengandung tiga proses:
a. Perubahan dari katabolisme glikogen menjadi glukosa,
karbon dioksida, dan air disebut glikogenolisis.
b.Perubahan dari anabolisme glukosa menjadi glikogen
disebut glikogenesis.
c. Perubahan dari asam amino dan gliserol menjadi glukosa
disebut glukoneogenesis.
e) Masalah-masalah yang terkait dengan karbohidrat
Penyakit Kurang Kalori dan Protein (KKP) atau Protein Energi Malnutrisi (PEM) dan penyakit kegemukan karena ketidakseimbangan antara asupan dengan energi yang
(30)
dibutuhkan. Penyakit akibat gangguan metabolisme karbohidrat tampak pada Diabetes Mellitus.
2. Protein
Protein berfungsi sebagai pertumbuhan,
mempertahankan, dan mengganti jaringan tubuh. Setiap 1 gram protein menghasilkan 4 kkal. Bentuk sederhana dan protein adalah asam amino. Asam amino disimpan dalam jaringan dalam bentuk hormon dan enzim. Asam amino esensial tidak dapat disintesis dalam tubuh tetapi harus didapat dan makanan. Jenis asam amino esensial di antaranya lisin, triptofan, fenilalanin, leusin.
a) Jenis protein
Berdasarkan susunan kimianya, protein dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu (Tarwoto dan Wartonah, 2006):
1. Protein sederhana
Jenis protein ini tidak berikatan dengan zat lain, misalnya albumin dan globulin.
2. Protein bersenyawa
Protein ini dapat membentuk ikatan dengan zat lain seperti dengan glikogen membentuk glikoprotein, dengan hemoglobin membentuk kromoprotein.
(31)
3. Turunan atau devirat dan protein
Termasuk dalam turunan protein adalah albuminosa, pepton, dan gelatin.
b) Fungsi Protein
1. Untuk keseimbangan cairan yaitu dengan
meningkatkan tekanan osmotik koloid, keseimbangan asam.
2. Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan.
3. Pengaturan metabolisme dalam bentuk enzim dan
hormon.
4. Sumber energi di samping karbohidrat dan lemak.
5. Dalam bentuk kromosom, protein berperan sebagai
tempat menyimpan dan meneruskan sifat-sifat keturunan dalarn bentuk genes.
c) Sumber Protein
1. Protein hewani yaitu protein yang berasal dari
hewan seperti susu, daging, telur, hati, udang, ikan, kerang, ayam, dan sebagainya.
2. Protein nabati yaitu protein yang berasal dari
tumbuhan seperti jagung, kedelai, kacang hijau, terigu, dan sebagainya.
d) Metabolisme Protein
Jika makanan yang sudah berada dalam lambung, maka akan dikeluarkan enzim protease yaitu pepsin.
(32)
Pepsin mengubah protein menjadi albuminosa dan pepton, Albuminosa dan pepton di dalam usus halus diubah menjadi asam-asam amino dengan bantuan enzim tripsin dan pankreas dan selanjutnya diserap atau berdisfusi ke aliran darah yang menuju ke hati. Asam-asam amino disebar oleh hati ke jaringan tubuh untuk mengganti sel-sel yang rusak dan sebagian digunakan untuk membuat protein darah. Karena protein dapat larut dalam air sehingga umumnya dapat dicerna secara sempurn asehingga hampir tidak tersisa protein makanan dalam feses.
Asam amino yang tidak dapat digunakan ditransfer kembali ke hati kemudian dilepaskan ikatan nitrogennya sehingga terpecah menjadi dua macam zat organik dan
amoniak (NH3
e) Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan protein
diantaranya:
). Amoniak dibuang melalui ginjal, sedangkan asam organik dimanfaatkan sebagai sumber energi.
1. Berat badan individu. 2. Aktivitas.
3. Keadaan pertumbuhan, bayi : 3 gr/kg BB, anak-anak :
1,75-2,5 gr/kg BB, dan pada remaja sampai dengan lanjut usia: 1,25-1,75 gr/kg BB.
(33)
3. Pada wanita hamil ditambah 10 gr/hari. 4. Pada ibu rnenyusui ditambah 20 gr/hari. 5. Keadaan/kondisi kesehatan.
2.2 Tabel Kebutuhan Protein per Hari
Umur Berat Badan (Kg) Tinggi Badan (Cm) Energi (kkal) 0-6 bulan 7-12 bulan 1-3 tahun 4-6 tahun 7-9 tahun Pria 10-12 tahun 13-15 tahun 16-19 tahun 20-59 tahun 60 tahun Wanita 10-12 tahun 13-15 tahun 16-19 tahun 20-59 tahun 60 tahun 5,5 8,5 12 18 23,5 30 40 53 56 56 32 42 46 50 50 60 71 89 108 120 135 152 160 162 162 139 153 154 154 154 12 15 23 32 36 45 57 62 50 50 49 47 47 44 44
Sumber: Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 1988, dikutip dan Solihin Pudjiadi, 2001.
(34)
3.Lemak
Lemak atau lipid merupakan sumber energi paling besar.
a) Berdasarkan ikatan kimianya lemak dibedakan menjadi
(Tarwoto dan Wartonah, 2006):
1. Lemak murni yaitu lemak yang terdiri atas asam lemak dan
gliserol.
2. Zat-zat yang mengandung lemak misalnya fosfolipid yaitu
ikatan lemak dengan garam fosfor, glikolipid yaitu ikatan lemak dengan glikogen.
b) Fungsi Lemak yaitu (Tarwoto dan Wartonah, 2006):
1. Memberikan kalori, dimana setiap 1 gram lemak dalam
peristiwa oksidasi akan memberikan kalori sebanyak 9 kkal. 2. Melarutkan vitamin sehingga dapat diserap oleh dinding usus.
3. Memberikan asam-asam lemak esensial.
c) Sumber Lemak
Menurut sumbernya lemak berasal dari nabati dan hewani. Lemak nabati mengandung lebih banyak asam lemak tak jenuh seperti yang terdapat pada kacang-kacangan, kelapa, dan lain-lain. Sedangkan lemak hewani banyak mengandung asam lemak jenuh dengan rantai panjang seperti pada daging sapi, kambing, dan lain-lain (Tarwoto dan Wartonah, 2006).
d) Metabolisme Lemak
Pencernaan lemak dimulai dari lambung dengan bantuan enzim lipase yang berasal dari pankreas. Di dalam
(35)
duodenum trigliserida dipecah menjadi diglyserida, monoglysakarida, dan asam lemak bebas dengan bantuan lipase. Asam lemak bebas rantai panjang tidak larut (emulsi). Lemak kemudian diserap ke darah menuju ke hati. Di dalam hati sebagian digunakan untuk energi, sebagian diubah menjadi zat keton, dan sebagian lagi disimpan dalam bentuk lemak badan. Apabila tubuh kehabisan glikogen maka lemak badan diambil kembali. Mula-mula lemak badan menjadi fosfolipid, kemudian dalam hati dalam bentuk lemak bebas. Jika dalam makanan terdapat kelebihan karbohidrat atau lemak dan kebutuhan tubuh maka kelebihan tersebut disimpan sebagai cadangan tenaga. Lemak cadangan disimpan di sekitar jantung, paru-paru, ginjal, dan alat tubuh yang lain. Simpanan lemak dalam tubuh digunakan sebagai (Tarwoto dan Wartonah, 2006):
1. Cadangan tenaga/energi.
2. Bantalan bagi alat-alat tubuh seperti ginjal, biji mata.
3. Mempertahankan panas tubuh.
4. Perlindungan tubuh terhadap trauma, zat-zat kimia
berbahaya.
5. Membentuk postur tubuh.
4. Mineral
Mineral adalah elemen anorganik esensial untuk tubuh karena perannya sebagai katalis dalam reaksi biokimia. Mineral dapat diklasifikasi menjadi makromineral yaitu jika kebutuhan tubuh 100
(36)
mg atau lebih, dan mikromineral jika kebutuhan tubuh kurang dan 100 mg. Termasuk dalam makromineral adalah kalsium, magnesium fosfat sedangkan yang termasuk dalam mikromineral adalah klorida, yodium, iron, zinc (Tarwoto dan Wartonah, 2006).
Secara umum fungsi dan mineral adalah (Tarwoto dan Wartonah, 2006):
1. Mambangun jaringan tulang.
2. Mengatur tekanan osmotik dalam tubuh.
3. Membenikan elektrolit untuk keperluan otot-otot dan saraf.
(37)
2.3 Tabel Kebutuhan Mineral per Hari Umur Berat
Badan (kg) Tinggi Badan (cm) Kelsium (mg) Fosfor (mg) Besi (mg) Zinc (mg) Yodium (µg) 0-6 bulan 7-12 bulan 1-3 tahun 4-6 tahun 7-9 tahun Pria 10-12 tahun 13-15 tahun 16-19 tahun 20-59 tahun 60 tahun Wanita 10-12 tahun 13-15 tahun 16-19 tahun 20-59 tahun 5,5 8,5 12 18 23,5 30 40 53 56 56 32 42 46 50 60 71 89 108 120 135 152 160 162 162 139 153 154 154 600 400 500 500 500 700 700 600 500 500 700 700 600 500 200 250 250 350 400 500 500 500 500 500 450 450 450 450 3 5 8 9 10 14 17 23 13 13 14 19 25 26 3 5 10 10 10 15 15 15 15 15 15 15 15 15 50 70 70 100 120 150 150 150 150 150 150 150 150 150 Sumber : Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 1988, dikutip dan Solihin
(38)
5. Vitamin
Vitamin adalah substansi organik, keberadaannya sangat sedikit pada makanan dan tidak dapat dibuat dalam tubuh. Vitamin sangat berperan dalam proses metabolisme karena fungsinya sebagai katalisator (Tarwoto dan Wartonah, 2006).
a) Jenis Vitamin
Vitamin dapat diklasifikasikan menjadi (Tarwoto dan Wartonah, 2006):
1. Vitamin yang larut dalam air : vitamin B kompleks, B 1,
B2, B3, B12, folic acid, serta vitamin C.
2. Vitamin yang larut dalam temak vitamin A,D,E,K.
b) Fungsi Vitamin
Fungsi utama vitamin adalah untuk pertumbuhan, perkembangan, dan pemeliharaan kesehatan (Tarwoto dan Wartonah, 2006).
(39)
Umur Berat Badan (Kg) Tinggi Badan (cm) Vit. A (RE) Tiamin (mg) Ribofl avin (mg) Niasin (mg) B12 (mg) Vit. C (mg) 0-6 bulan 7-12 bulan 1-3 tahun 4-6 tahun 7-9 tahun Pria 10-12 tahun 13-15 tahun 16-19 tahun 20-59 tahun 60 tahun Wanita 10-12 tahun 13-15 tahun 16-19 tahun 20-59 tahun 60 tahun 5,5 8,5 12,0 18,0 23,5 30,0 40,0 53,0 56,0 56,0 32,0 42,0 46,0 50,0 50,0 60 71 89 108 120 135 152 160 162 162 139 153 154 154 154 350 350 350 360 407 450 600 600 600 600 500 500 500 500 500 0,3 0,4 0,5 0,7 0,7 0,8 0,9 1,0 1,0 0,8 0,7 0,8 0,8 0,9 0,7 0,3 0,4 0,6 0,9 0,9 1,0 1,1 1,2 1,2 1,0 0,9 1,0 0,9 1,0 0,9 2,5 3,8 5,4 7,6 8,1 8,6 9,7 10,0 10,6 8,6 7,7 8,4 8,1 8,4 7,5 0,1 0,1 0,5 0,7 0,9 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 25 25 25 25 25 30 40 40 40 40 30 30 30 30 30 Sumber : Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 1988, dikutip dari Solihin
(40)
1.1.6. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi
1. Pengetahuan
Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat mempengaruhi pola konsumsi makan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh kurangnya informasi sehingga dapat terjadi kesalahan dalam memahami kebutuhan gizi (Hidayat, 2006).
2. Prasangka
Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makan bergizi tinggi dapat mempengaruhi status gizi seseorang. Misalnya, di beberapa daerah, tempe yang merupakan sumber protein yang paling murah, tidak dijadikan bahan makanan yang layak untuk dimakan karena masyarakat menganggap bahwa mengonsumsi makanan tersebut dapat merendahkan derajat mereka (Hidayat, 2006).
3. Kebiasaan
Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap makanan tertentu juga dapat mempengaruhi status gizi. Misalnya, di beberapa daerah, terdapat larangan makan pisang dan pepaya bagi para gadis remaja. Padahal, makanan tersebut merupakan sumber vitamin yang sangat baik. Ada pula larangan makan ikan bagi anak-anak karena ikan dianggap dapat menyebabkan cacingan, padahal ikan merupakan sumber protein yang sangat baik bagi anak-anak (Hidayat, 2006).
(41)
4. Kesukaan
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat mengakibatkan kurangnya fariasi makanan, sehingga tubuh tidak memperoleh zat-zat yang dibutuhkan secara cukup. Kesukaan dapat mengakibatkan merosotnya gizi pada remaja bila nilai gizinya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Saat ini, para remaja di kota-kota besar di negara kita memiliki kecenderungan mengenai makanan tertentu secara berlebihan, seperti makanan cepat saji (junkfood), bakso, dan lain-lainnya. Makanan-makanan ini tentu saja dapat berdampak buruk bagi kesehatan mereka jika dikonsumsi terlatu sering dan berlebihan karena tidak memiliki asupan gizi yang baik (Hidayat, 2006).
5. Ekonomi
Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status gizi karena penyediaan makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit. Oleh karena itu, masyarakat dengan kondisi perekonomian yang tinggi biasanya mampu mencukupi kebutuhan gizi keluarganya dibandingkan masyarakat dengan kondisi perekonomian rendah (Hidayat, 2006).
2. Pengkajian
1. Riwayat keperawatan dan diet (Tarwoto dan Wartonah, 2006)
a. Anggaran makan, makan kesukaan, waktu makan.
(42)
c. Adakah penurunan dan peningkatan berat badan dan berapa lama periode waktunya?
d. Adakah status fisik pasien yang dapat meningkatkan diet seperti luka bakar dan demam?
e. Adakah toleransi makan/minum tertentu?
2. Faktor yang mempengaruhi diet (Tarwoto dan Wartonah, 2006)
- Status kesehatan.
- Kultur dan kepercayaan.
- Status sosial ekonomi.
- Faktor psikologis.
- Informasi yang salah tentang makanan dan cara berdiet. 3. Pemeriksaan fisik (Tarwoto dan Wartonah, 2006)
a. Keadaan fisik : apatis, lesu.
b. Berat badan : obesitas, kurus (underweight).
c. Otot : fiaksia/lemah, tonus kurang, tenderness, tidak mampu bekerja. d. Sistem saraf : bingung, rasa terbakar, paresthesia, reflek menurun.
e. Fungsi gastrointestinal : anoreksia, konstipasi, diare, flatulensi,
pembesaran liver.
f. Kardiovaskuler : denyut nadi lebih dan 100 kali/menit, mama
abnormal, tekanan darah rendah/tinggi.
g. Rambut : kusam, kering, pudar, kemerahan, tipis, pecah/patah-patah. h. Kulit : kering, pucat, iritasi, petekhie, lemak disubkutan tidak ada.
i. Bibir: kering, pecah-pecah, bengkak, lesi, stornatitis, membran
(43)
j. Gusi : pendarahan, peradangan. k. Lidah: edema, hiperemis. l. Gigi : karies, nyeri, kotor.
m. Mata : konjungtiva pucat, kering, exotalmus, tanda-tanda infeksi.
n. Kuku: mudah patah.
o. Pengukuran antropometri:
- Berat badan ideal: (TB — 100) ± 10%
- Lingkar pergelangan tangan
- Lingkar lengan atas (MAC):
Nilai normal Wanita : 28,5 cm Pria : 28,3 cm
- Lipatan kuilt pada otot trisep (TSF): Nilai normal Wanita : 16,5-18 cm
Pria : 12,5-16,5 cm
4. Laboratorium (Tarwoto dan Wartonah, 2006)
a. Albumin (N : 4-5,5 mg/100 ml)
b. Transferin (N: 170-25 mg/100 ml)
c. Hb (N:l2mg%)
d. BUN (N: 10-20 mg/100 ml)
e. Ekskresi kreatinin untuk 24 jam (N: laki-laki: 0,6-1,3 mg/100 ml,
(44)
3. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
1. Perubahan nutrisi kurang dan kebutuhan tubuh
Definisi : Keadaan dimana intake nutrisi kurang dan kebutuhan metabolisme tubuh (Tarwoto dan Wartonah, 2006).
Kemungkinan berhubungan dengan (Tarwoto dan Wartonah, 2006):
a. Efek dan pengobatan.
b. Mual/muntah.
c. Gangguan intake makanan.
d. Radiasi/kemoterapi.
e. Penyakit kronis.
Kemungkinan data yang ditemukan (Tarwoto dan Wartonah, 2006):
a. Berat badan menurun.
b. Kelernahan.
c. Kesulitan makan.
d. Nafsu makan berkurang.
e. Hipotensi.
f. Ketidakseimbangan elektrolit. g. Kulit kering.
Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada (Tarwoto dan Wartonah, 2006):
a. Anoreksia nervosa
b. AIDS
c. Pembedahan
(45)
e. Kanker f.Anemia
g. Marasmus
Tujuan yang diharapkan:
a. Terjadi peningkatan berat badan sesuai batasan waktu. b. Peningkatan status nutrisi.
4. Perencanaan
Intervensi Rasional
1. Tingkat intake makanan melalui:
- Mengurangi gangguan dan
Iingkungan seperti berisik dan lain-lain.
- Jaga privasi pasien.
- Jaga kebersihan ruangan
(barang-barang seperti sputum pot, urinal tidak berada dekat tempat tdur).
- Berikan obat sebelum makan
jika ada indikasi.
2. Jaga kebersihan mulut pasien.
3. Bantu pasien makan jika tidak
mampu.
1. Cara khusus untuk meningkatkan
nafsu makan
2. Mulut yang bersih meningkatkan
nafsu makan.
3. Membantu pasien makan dan
(46)
4. Sajikan makanan yang mudah dicerna, dalam keadaan hangat, tertutup, dan berikan sedikit sedikit tetapi sering.
5. Selingi makan dengan mmum.
6. Hindari makanan yang banyak
mengandung gas.
7. Ukur intake makanan dan timbang
berat badan.
8. Lakukan latihan pasif dan aktif.
9. Kaji tanda vital, sensori, bising
usus.
10. Monitor hasil lab, seperti glukosa, elektrolit, albumin, hemoglobin, kolaborasi dengan dokter.
11. Berikan umpan balik yang positif
tentang peningkatan intake, berat badan.
12. Berikan pendidikan kesehatan
tentang cara diet, kebutuhan kalori, dan tindakan keperawatan yang berhubungan dengan nutrisi jika pasien menggunakan NGT.
13. Cek kepatenan tube.
4. Meningkatkan selera makan dan
5. Memudahkan makanan masuk.
6. Mengurangi rasa nyaman.
7. Observasi kebutuhan nutrisi.
8. Menambah nafsu makan.
9. Membantu mengkaji keadaan
pasien.
10.Monitor status nutrisi.
11.Meningkatkan kepercayaan untuk
meningkatkan makan.
12.Meningkatkan pengetahuan agar
pasien lebih kooperatif.
(47)
14. Pemberi cairan/makanan tidak lebih 150 cc sekali pemberian.
15. Cek temperatur makanan agar tidak terlalu panas/dingin.
16. Atur posisi semifowler saat
memberikan makanan.
17. Jelaskan bagaimana tube bekerja
dan perawatannya.
tube.
14.Menghindari aspirasi.
15.Mengurangi kram dan terbakar
pada abdomen.
16.Mengurangi regurtasi.
17.Mencegah komplikasi.
2. Perubahan nutrisi lebih dan kebutuhan tubuh
Definisi : Pasien dengan risiko atau aktual mengonsumsi makanan melebihi dan kebutuhan metabolisme tubuh (Tarwoto dan Wartonah, 2006).
Kemungkinan berhubungan dengan (Tarwoto dart Wartonah,2006): 1. Kelebihan intake.
2. Gaya hidup.
3. Perubahan kultur.
4. Psikologi untuk konsumsi tinggi kalori.
Kemungkinan data yang ditemukan (Tarwoto dan Wartonah,2006): a. 20% lebih berat dan badan ideal.
(48)
Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada (Tarwoto dan Wartonah,2006):
a. Obesitas
b. Hipotiroidesme
c. Pasien dengan pemakaian kortikosteroid
d. Imobilisasi yang lama
e. Cushings syndrome
f. Bulimia
Tujuan yang diharapkan (Tarwoto dan Wartonah, 2006):
a. Teridentifikasinya kebutuhan nutrisi dan berat badan yang
terkontrol.
b. Perencanaan kontrol berat badan untuk yang akan datang. c. Tidak terjadinya penurunan berat badan yang berlebihan.
Intervensi rasional
1. Lakukan pengkajian kembali pola
makan pasien.
2. Diskusikan dengan pasien tentang
kelebihan makan.
3. Diskusikan motivasi untuk
menurunkan berat badan.
4. Kolaborasi dengan ahli diet yang
tepat.
5. Ukur intake makanan dalam 24 jam
1. Informasi dasar untuk perencanaan
awal dan validasi data.
2. Membantu mencapai tujuan.
3. Membantu rnernecahkan masalah.
4. Menentukan makanan yang sesuai
dengan pasien.
5. Mengetahui jumlah kalori yang
(49)
6. Baut program latihan untuk olahraga.
7. Hindari makanan yang banyak
mengandung lemak.
8. Berikan pengetahuan kesehatan
tentang:
12.Program diet yang benar.
13.Akibat yang mungkin timbul
pada kelebihan berat badan.
6. Meningkatkan kebutuhan energi
7. Makanan berlemak banyak
menghasilkan energi.
8. Memberikan informasi dan
mengurangi komplikasi..
B. Asuhan Keperawatan Kasus 1. Pengkajian
DATA UMUM
IDENTITAS PASIEN
1 Inisial Kepala Keluarga : Tn. B
2 Umur : 39 Tahun
3 Pendidikan Terakhir : SMA
4 Status Perkawinan : Menikah
5 Pekerjaan : Wiraswasta
6 Alamat : Jln. Perumahan Villa Asri Pasar V
(50)
7 Komposisi Keluarga :
No
Nama
Hubungan dengan KK
L/P
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Imunisasi BCG
DPT Polio HB
Campak 1 2 3 1 2 3 4 1 2 3
1 Ny.R Istri P 32Thn SMA IRT P P P P P P P P P P P P
2 An. I Anak L 8 Thn SD Pelajar P P P P P P P P P P P P
(51)
8 Genogram :
9 Tipe Keluarga
Tipe Keluarga An.R adalah tipe keluarga inti / Nuclear Family. 10 Suku Bangsa
Tn.R dan Klien Ny.R bersuku batak. Keluarga Ny.R suka makan – makanan yang pedas, berminyak dan bersantan. Keluarga mengonsumsi sayur setiap makan dan hanya sesekali mengonsumsi buah-buahan.
11 Agama
Keluarga Ny.R beragama Islam, biasanya keluarga melakukan sholat 5 waktu di rumah dan jarang sholat berjamaah dimesjid atau musholla. Ny.R mengatakan ia tidak aktif di dalam kegiatan pengajian di musholla, karena mengurus rumah dan kedua anaknya serta membantu suaminya berdagang. Menurut Ny.R semua penyakit adalah takdir yang digariskan oleh Allah tetapi sebagai manusia terus berusaha untuk mencapai kesembuhan. Tidak ada nilai- nilai keyakinan yang bertentangan dengan kesehatan.
(52)
12 Status Sosial Ekonomi
Menurut Ny.R pendapatan keluarganya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ny.R mengatakan juga memiliki tabungan wajib setiap harinya yaitu Rp50.000/hari. Pendapatan Tn.B ± Rp 1.500.000/bulan. Kebutuhan yang dikeluarkan meliputi pengeluaran untuk kebutuhan hidup sehari-hari, seperti membeli susu, listik dan air. Keluarga mempunyai TV, radio, kendaraan roda dua.
13 Aktivitas rekreasi keluarga
Biasanya keluarga menonton TV bersama pada saat malam hari, sambil menonton keluarga saling bercerita dan sharing jika sedang menghadapi suatu masalah. Jika Tn. B dan Ny. R tidak bekerja dan kedua ananknya libur sekolah mereka sekeluarga pergi berekreasi.
II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga 14 Tahap perkembangan keluarga saat ini
Saat ini keluarga masuk pada tahap keluarga childscod dengan tugas perkembangan sebagai berikut:
1. Membagi peran & tanggung jawab
2. Mempersiapkan dana Child School
3. Memfasilitasi role learning anggota keluarga
4. Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan anak sekolah
(53)
15 Tahap Perkembangan Keluarga yang belum terpenuhi
Keluarga Tn. B dan Ny. R belum memiliki rumah yang sesuai dengan keinginan mereka walaupun rumah tersebut milik sendiri dikarenakan kondisi dana yang belum mencukupi.
16 Riwayat Keluarga Inti
Pada saat ini riwayat kehatan keluarga adalah sebagai berikut:
• Tn.B pada saat pengkajian tidak memiliki keluhan kesehatan
• Ny.R pada saat pengkajian tidak memiliki keluhan kesehatan
• An. R pada saat pengkajian mengalami diare
• An. I pada saat pengkajian tidak memiliki keluhan kesehatan 17 Riwayat Keluarga Sebelumnya
• Riwayat keluarga dari pihak suami: Ayah Tn.R tidak pernah
mengalami penyakit yang serius, beliau hanya mengalami penurunan status kesehatan karena proses menua. Ibu Tn.R menderita hipertensi sejak satu tahun yang lalu dan kolesterolnya tinggi.
• Riwayat keluarga dari pihak istri : Ayah dan Ibu dari Ny.R tiadak ada menderita penyakit yang serius.
III. Pengkajian Lingkungan 18 Karakteristik Rumah
Rumah Tn.R dan Ny. R adalah rumah permanen dan merupakan rumah sendiri. Rumah terdiri dari 2 kamar tidur, ruang tamu, ruang keluarga, dapur, gudang dan kamar mandi. Dan penerangan inadekuat, lantai terbuat semen, tembok permanen, kuat dan dapat melindungi suhu dingin maupun
(54)
gangguan keamanan yang lainnya. Ventilasi dan penerangan kedua kamar tidur inadekuat. Biasanya Ny.R membuang sampah di tempat pembuangan sampah.
1. Karakteristik tetangga dan Komunitas RW
Hubungan keluarga Ny.R dengan tetangga berjalan baik. Satu kali dalam sebulan dilingkungan tempat tinggal Ny.R diadakan gotong royong bersama tetangga untuk membersihkan lingkungan. Sebagian besar komunitas adalah penduduk pribumi. Perumahan penduduk dilingkungan rumah Ny.R cukup padat, jalan yang digunakan relatif aman namun jalanan disana cukup sepi. Pelayanan kesehatan yang ada berupa praktek bidan, dan puskesmas dan rumah sakit juga dekat tidak jauh.
19 Mobilitas Geografis
(55)
20 Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Tn.R dan Ny.R biasanya berkumpul pada malam hari bersama keluarganya, dimana seluruh anggota keluarga dapat berkumpul secara utuh setelah kesibukan pada pagi dan siang hari. Aktivitas yang dilakukan saat berkumpul di malam hari biasanya adalah makan malam bersama, dan menonton TV.
Hubungan keluarga Tn.B dengan keluarga besar dari pihak Ny.R berjalan baik. Interaksi masyarakat : keluarga Tn B dan Ny R dapat berinteraksi baik dengan masyarakat di lingkungan rumahnya dan Tn.B cukup aktif mengikuti perkumpulan dengan pemuda kampung dilingkungan tempat tinggalnya.
21 Sistem Pendukung Keluarga.
Apabila timbul masalah kesehatan, keluarga menggunakan sistem pendukung yang tersedia di lingkungannya seperti: praktek bidan lokasinya ±100m dan Puskesmas ±300 dari rumahnya. Keluarga Ny.R tidak memiliki ASKES untuk berobat ke pelayanan kesehatan.
IV. Struktur Keluarga
22 Pola komunikasi keluarga
Komunikasi antar keluarga cukup baik, terbuka, dan komunikasi berjalan dua arah karna adanya musyawarah jika ada masalah dalam keluarga. Tidak ada pola komunikasi disfungsional yang ditemukan dalam keluarga. Dalam berkomunikasi keluarga menggunakan bahasa batak, keluarga tidak
(56)
memiliki kesulitan bahasa dalam penerimaan pesan, dan frekuensi komunikasi dalam keluarga setiap hari dilakukan.
23 Struktur Kekuatan Keluarga
Pengendali keluarga adalah Tn.R sebagai kepala keluarga. Cara keluarga dalam mengambil keputusan adalah dengan musyawarah/ kesepakatan dengan seluruh anggota keluarga dan setelah pengambilan keputusan, tidak ada permasalahan dalam anggota keluarga. Secara umum tidak ada yang mendominasi kekuasaan.
24 Struktur Peran
• Tn.B berperan sebagai suami bagi istrinya, dan kepala keluarga yang
bertanggung jawab memberi nafkah bagi keluarga. Menjadi orang tua bagi anak-anaknya dan juga teman hidup bagi istrinya serta pelindung bagi Ny.R.
• Ny.R berperan sebagai istri dan ibu rumah tangga. Ny.R sangat
menyayangi dan menghormati suaminya. Ny.R cukup bertanggung jawab terhadap urusan dapur dan merawat anaknya
25 Nilai dan Norma Keluarga
Keluarga Tn.B memiliki nilai dan norma dalam membina keluarga seperti norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Norma keluarga yang berkaitan dengan kesehatan adalah bila ada keluarga yang sakit segera diperiksa ke sarana kesehatan seperti puskesmas ataupun rumah sakit kadang menggunakan jasa pengobatan tradisional.
(57)
V. Fungsi Keluarga 26 Fungsi Afektif
Ny.R mengatakan pernikahannya langgeng-langgeng saja. Walau kadang masih ada perbedaan pendapat dan pertengkaran kecil namun masih bisa diselesaikan dengan baik.
27 Fungsi Sosialisasi
Ny.R mengatakan bahwa ia dan suaminya hidup bersama dan saling menyesuaikan dengan lingkungan yang ada dan berinteraksi dengan tetangga. Keluarga Ny.R selalu menjaga hubungan baik dengan tetangga mereka, jika ada tetangga yang sakit, pesta dan meninggal dunia, anggota keluarga Ny.R menjenguk dan ikut peran serta membantu tetangganya. 28 Fungsi Perawatan Kesehatan
Menurut keluarga Ny.R sehat adalah apabila keluarga dapat melaksanakan seluruh aktivitas sehari-hari dengan baik tanpa ada gangguan. Sedangkan sakit adalah suatu keadaan dimana seluruh kegiatan tidak dapat dilaksanakan/ seluruh aktivitas sehari-hari tidak dapat dilakukan dengan baik dan optimal.
1. A. Diare
Pada saat pengkajian tanggal 28 Januari 2014 anaknya mengalami diare. Menurut Ny.R Diare adalah buang air besar yang encer dan sering.Menurut Ny.D anaknya sudah mencret sebanyak 4x dalam sehari disertai muntah sebanyak 2x.
Penyebab dari penyakit diare menurut Ny.R adalah
(58)
• Makan – makanan yang pedas
Menurut Ny.R tanda dan gejala diare adalah:
• Buang air besar encer
• Anak sering rewel dan menangis akibat sakit
• Nafsu makan anak berkurang
Menurut Ny.R, dia tidak mengetahui dampak lanjut dari diare.Keluarga Tn. B sangat cemas dan takut melihat penyakit anaknya dan anaknya tidak mau makan dan minum. Keluarga Tn.B baru membawa An.R ke rumah bidan terdekat namun keluarga Tn.B belum puas karna penyakit An.R belum juga sembuh.
Ny.R mengatakan sejauh ini sudah merawat An.R dirumah dengan cara mengompres suhu An.R. Ny.R mengatakan bahwa keluarganya selalu membersihkan lingkungan rumahnya dengan cara goro bersama anggota keluarga yang ada di rumah pada saat hari libur atau pada waktu tidak adanya kesibukan dari masing – masing anggota keluarga.Tempat pembuangan sampah terdiri dari tempat sampah kering dan basah yang telah di sediakan oleh pemerintah setempat.
Ny.R mengatakan bila timbul masalah kesehatan keluarga,keluarga menggunakan sistem pendukung yang tersedia seperti bidan,puskesmas dan rumah sakit .
29 Fungsi Reproduksi
Keluarga Ny.R memiliki 2 orang anak lak-laki dan 1 anak perempuan. Ia berencana cukup memiliki 2 anak. Saat ini Ny.R memakai alat kontrasepsi, yaitu spiral.
(59)
30 Fungsi Ekonomi
Ny.R mengatakan dapat mengatur keuangannya dengan baik. Keluarga dapat memenuhi kebutuhan sehari – hari dan memiliki tabungan untuk masa depan dan keperluan yang tidak terduga.
VI. Stres dan Koping Keluarga 31 Stresor jangka pendek
Saat ini An.R mengalami diare, An.R terlihat lemas dan lebih >3 kali ke kamar mandi serta tidak mau makan. Tn.B tidak ada keluhan kesehatan. 32 Stresor jangka panjang
Tn.B dan Ny.R ingin dapat membangun rumahnya agar lebih layak dan nyaman ditempati.
33 Kemampuan Keluarga Berespon terhadap situasi/stressor
Terhadap stress jangka pendek Ny.R mengawasi makanan yang akan di makan An.R dan segera memberikan obat apabila An.R diare. Sedangkan terhadap stress jangka panjang keluarga Tn.B sudah mulai menabung. 34 Strategi Koping yang digunakan
Keluarga menggunakan sistem dukungan sosialnya dari keluarga besarnya. Jika ada keperluan mendadak. Sedangkan jika ada masalah dalam keluarga, keluarga berusaha untuk menyelesaikannya secara musyawarah dan mendiskusikanya.
35 Strategi Adaptasi Disfungsional
Keluarga Ny.R tidak memiliki adaptasi yang disfungsional karena Ny.R dan anggota keluarga lainnya selalu terbuka terhadap semua persoalan
(60)
yang dihadapi sehingga setiap masalah dapat dicarikan jalan keluar secara bersama-sama.
VII. Pemeriksaan Fisik
No Pemeriksaan Fisik An.R
1. Keadaan Umum TB : 96 cm
BB :15 Kg
2. Kepala : Simetris, Benjolan (-)
Lesi (-)
•Rambut Lurus, tidak rontok dan berwarna hitam
• Mata Mata cekung,air mata sudah mulai kurang,
konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik
• Telinga Bentuk normal cerumen (-) pendengaran
baik, sismetris
• Hidung Polip (-), sinusitis (-), Lendir (-),
Penciuman baik, Simetris
• Mulut Mukosa mulut/bibir kering.bibir
kering.lidah ada bercak putih.terlihat bekas jahitan bibir sumbing
• Kulit Turgor kulit agak jelek,akral hangat 37,0 c
2. • Leher Tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan
KGB
(61)
tidak ada lesi dan lecet
4 Sistem Pernafasan Bunyi nafas vesikuler, RR = 20 x/i, retraksi
dinding dada (-) penggunaan otot bantu nafas (-)
Sistem Cardivaskuler TD : 80/60 mmHg
ND : 90 x/i,
IC tidak terlihat, irama teratur, bunyi jantung jelas
4. Sistem GIT Distensi abdomen
BAB 3-5x/hari bising usus 40x/i
5. Sistem Genitourinaria Anus lecet dan memerah, BAK frekuensi
2-3x/hari
6. Sistem Muskuli Ekstremitas tidak edema, pergelanangan
dengan tidak nyeri pergelangan kaki tidak nyeri varises (-) reflek patella (+)
(62)
2. ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH KEPERAWATAN
1 DS : Ny. R
mengatakan An. R tidak selera makan, merasa mual dan ingin muntah. DO : An. R terlihat lemah, wajah pucat.
Diare
Peningkatan sekresi HCL
Mual/ muntah
Tidak selera makan
Asupan nutrisi peroral berkurang
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2 DS : Ny. R
mengatakan dalam sehari An. R BAB 4 kali sehari
DO : An. R perutnya teraba lunak dan peristaltik usus 30x
Makanan yang tidak sehat
/menit.
Gangguan Absorsi pada
usus
Peningkatan pergerakan peristaltik usus
(63)
3. RUMUSAN MASALAH 3.1. Masalah Keperawatan
3.1.1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh 3.1.2.Perubahan pola eliminasi bowel 3.2. Diagnosa Keperawatan
3.2.1.Resiko tinggi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d tidak mampu memasukkan makanan d/d mual dan muntah. 3.2.2.Resiko tinggi perubahan pola eliminasi bowel b/d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan d/d BAB > 3 kali sehari.
4. PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL
Diagnosa : Resiko tinggi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d tidak mampu memasukkan makanan d/d mual dan muntah.
Tujuan : intake nutrisi pada pasien adekuat.
Kriteria hasil : tidak terjadi penurunan BB, peningkatan status gizi
Intervensi Rasional
1. Kaji kemampuan menelan pasien
2. Jaga kebersihan mulut pasien
3. Sajikan makanan yang mudah
dicerna dalam keaadan hangat,
1. Mengetahui apakah ada tanda
kesulitan untuk menelan dan memberikan informasi tentang jenis diet yang sesuai.
2. Mulut yang bersih meningkatkan
nafsu makan.
3. Meningkatkan selera makan dan
(64)
tetutup dan berikan sedikit-sedikit tapi sering.
4. Selingi makan dengan minum
5. Hindari makanan yang banyak
mengandung gas.
6. Posisikan pasien semi fowler saat memberikan diet.
7. Observasi muntah.
4. Memudahkan makanan masuk.
5. Mengurangi rasa nyaman
6. Membantu mengurangi resiko
aspirasi
7. Mengetahui input dan out put yang keluar
Diagnosa : Resiko tinggi perubahan pola eliminasi bowel b/d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan d/d BAB > 3 kali sehari.
Tujuan : Pola eliminasi bowel kembali normal.
Kriteria hasil : karakteristik feses dan frekuensinya kembali normal
Intervensi Rasional
1. Catat dan kaji kembali warna, konsistensi, jumlah, dan waktu BAB
2. Kaji dan catat pergerakan usus 3. Berikan cairan ade kuat
4. Berikan makanan tinggi serat dan hindari makanan yang banyak mengandung gas
1. Pengkajian dasar untuk mengetahui
adanya masalah bowel
2. Deteksi dini penyebab diare 3. Membantu feses lebih lunak 4. Menghindari konstipasi
(65)
5. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
NO Diagnosa Implementasi Evaluasi
1 Resiko tinggi
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d tidak mampu
memasukkan makanan d/d mual dan muntah.
1. Mengkaji kemampuan
menelan pasien
2. Menjaga kebersihan mulut pasien
3. Menyajikan makanan
yang mudah dicerna dalam keaadan hangat, tetutup dan berikan sedikit-sedikit tapi sering.
4. Menyelingi makan dengan
minum
5. Menghindari makanan
yang banyak mengandung gas.
6. Memposisikan pasien semi
fowler saat memberikan diet.
7. Mengobservasi muntah.
S : Ny. R
mengatakan An. R tidak selera makan karena mual O : pucat (+) A : masala teratasi sebagian, rasa mual An. R berkurang P : intervensi dilanjutkan
2 Resiko tinggi
perubahan pola eliminasi bowel b/d ketidakmampuan
1. Mencatat dan kaji kembali warna, konsistensi, jumlah, dan waktu BAB
2. Mengkaji dan catat
S : Ny. R
mengatakan An. R <3 kali BAB sehari
(66)
keluarga mengenal masalah kesehatan d/d BAB > 3 kali sehari.
pergerakan usus
3. Memberikan cairan ade
kuat
4. Memberikan makanan
tinggi serat dan hindari makanan yang banyak mengandung gas
(67)
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN 1.1 KESIMPULAN
Pada pasien yang mengalami diare terjadi gangguan proses pencernaan makanan yaitu pada tahap absorpsi. Dimana pada tahap ini makanan tidak dapat dicerna karena pasien mengalami mual/muntah, sehingga intake nutrisi tidak adekuat.
Saat dilakukan pengkajian, pasien mengeluhkan mual, tidak selera makan, BAB cair >3 kali sehari. Intervensi yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien adalah menganjurkan pasien untuk membersikan mulut 2 kali sehari, menganjurkan keluarga pasien untuk menyajikan makanan yang mudah dicerna, dalam keadaan hangat, tertutup, dan berikan sedikit-sedikit tetapi sering, serta tinggi protein dan karbohidrat, selingi makan dengan minum, menganjurkan pasien untuk menghindari makanan yang banyak mengandung gas, mengatur posisi semifowler saat memberikan makanan, dan memberikan larutan oralit. Namun jika keaadan semakin parah sebaiknya dirujuk ke rumah sakit. Dan setelah dievaluasi didapatkan data subyek klien masih mengatakan mual berkurang, dan data obyek peristaltic 30 kali/ menit.
1.2 SARAN
1.2.1 Tenaga Kesehatan
Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi dan khususnya perawat supaya mengetahui nutrisi yang dibutuhkan oleh pasien.
1.2.2 Tenaga Pengajar
Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi tenaga pengajar dalam proses belajar mengajar tentang nutrisi yang dibutuhkan oleh pasien.
(68)
Daftar Pustaka
Almatsier, S. (2001). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Carpenito, L. J. (1998). Diagnosa Keperawatan. Edisi 6.Jakarta :EGC.
Doenges, E. M. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC Hidayat, A. A. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Buku 2. Jakarta:
Salemba Medika.
Potter, P. A & Perry, A. G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4. volume 1. Jakarta: EGC.
Supariasa. (2002). Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC.
Tarwoton dan Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Edisi 3.Jakarta :Salemba Medika.
(69)
CATATAN PERKEMBANGAN
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
NO. DX Hari/Tanggal Pukul
(wib)
Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP)
1 Senin/27
Januari 2014
16.00 1. Mengkaji kemampuan
menelan pasien
2. Mengidentifikasi adanya mual/muntah
3. Melakukan perkusi pada abdomen
S : pasien mengatakan tidak selera makan karena mual
O : pucat (+) A : masalah belum
teratasi P : intervensi
dilanjutlan
2 Senin/27
Januari 2014
17.00 1. Mencatat dan mengkaji
warna, konsistensi, jumlah, dan waktu buang air besar.
2. Mengkaji dan mencatat
pergerakan usus.
S : Ny. R
mengatakan >3 kali sehari BAB O : peristaltik
30x/menit. P : intervensi di
(70)
NO. DX Hari/Tanggal Pukul Tindakan Keperawatan Evaluasi
1 Rabu/29
Januari 2014
16.00 1. mengevaluasi rasa mual
pasien.
2. Menganjurkan pasien
untuk membersihkan mulut 2 kali sehari. 3. Menganjurkan keluarga
pasien untuk menyajikan makanan yang mudah dicerna, datam keadaan hangat, tertutup, dan berikan sedikitsedikit tetapi sering, serta tinggi protein dan karbohidrat.
4. Menyelingi makan
dengan minum.
5. Menganjurkan pasien
untuk menghindari makanan yang banyak mengandung gas.
S: pasien masih mengeluh mual dan tidak selera makan.
O : mukosa kering, pasien terlihat lemah. A : intake nutrisi
tidak adekuat, masalah belum teratasi.
P : intervensi dilanjutkan.
(71)
2 Rabu/29 Januari 2014
18.00 1. Mengidentifikasi adanya
distensi abdomen.
2. Mengevaluasi adanya
konstipasi.
3. Memberikan cairan
adekuat.
4. Menganjurkan pasien
makan makanan tinggi serat dan hindari makanan yang banyak mengandung gas dengan konsultasi bagian gizi. Serta makan makanan yang tinggi kandungan protein dan karbohidrat.
S : Ny. R
mengatakan An. R >3 kali sehari BAB
O : gerakan peristaltik usus 26x/menit A : An. R masih
diare, masalah belum teratasi P : intervensi
dilanjutkan.
NO. DX Hari/Tanggal Pukul Tindakan Keperawatan Evaluasi
1 Kamis, 30
Januari 2014
18.00 1. Mengevaluasi adanya
mual/muntah.
2. Mengobservasi bising usus.
3. Menganjurkan makan
sedikit tapi sering.
S : Ny. R mengatakan An. R mualnya mulai
berkurang. O : bising usus
15x/ menit A : masalah
(72)
sebagian teratasi. P : intervensi
dilanjutkan.
2 Kamis, 30
Januari 2014
19.00 1. Mengobservasi Bising
Usus.
2. Mengobservasi Adanya
Pembengkakan Pada Abdomen.
3. Mengevaluasi Adanya
Keluhan Saat BAB.
4. Melakukan Pendidikan
Kesehatan Diare dan mengajarkan cara pembuatan larutan air garam
S : Ny. R Mengatakan An. R frekuensi BAB nya kembali normal 2x sehari, feses kembali normal O : bising usus 8x/
menit. A : masalah
teratasi sebagian P : intervensi
(73)
SATUAN ACARA PENYULUHAN PENYAKIT DIARE SATUAN ACARA PENYULUHAN
PENYAKIT DIARE
Hari/Tanggal : Kamis, 30 Januari 2014
Waktu : 1 x 45 menit
Topik Kegiatan : Penyuluhan Kesehatan Tentang Penyakit DIARE
Tempat : Perumahan Villa Asri Pasar V Marendal No. 08 Medan
A. LATAR BELAKANG
Diare adälah suatu keadaan dimana seseorang mengelami buang air besar lebih dari 3x sehari yang biasa terjadi pada orang dewasa/ anak - anak dengan konsistensi tinja encer/ cair.
Implementasi merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan dan untuk meningkatkan pengetahuan tentang tingkat kesehatan keluarga yang pada An.R. Setelah perawat menganalisa dan menemukan masalah keperawatan maka perawat perlu melakukan suatu peranan tentang penyakit DIARE di Perumahan Villa Asri Pasar V Marendal No. 8 Medan.
Berdasarkan hasil data semingg An. R yang menderita penyakit DIARE sehingga mahasiswa dapat menentukan masalah kesehatan melalui penyuluhan tentang penyakit DIARE yang diberikan kepada masyarakat.
Kemudian perawat memberikan implementasi kepada keluarga melakukan penyuluhan atau pemberian HE dan tindakan mandiri serta pengobatan yang akan dilaksanakan. Dengan demikian hal di atas yang melatarbelakangi, saya
(74)
mahasiswa D3 KEPERAWATAN Universitas Sumatera Utara untuk melakukan penyuluhan kesehatan kepada Keluarga Tn. B tentang penyakit DIARE.
B. TUJUAN
1. TujuanUmum
Setelah dilakukan penyuluhan tentang DIARE di Perumahan Villa Asri Pasar V Marendal No. 8 Medan, diharapkan Keluarga Tn. B dapat memahami tentang pencegahan penyakit DIARE.
2. Tujuan Khusus
Setelah 45 menit penyajian materi diharapkan Keluarga Tn. B dapat:
- Keluarga Tn. B mampu menjelaskan pengertian DIARE
- Keluarga Tn. B dapat memberi informasi tentang penyakit DIARE
akibat tidak memperhatikan kesehatan lingkungan dan pola hidup sehat
- Keluarga Tn. B dapat mengenal tanda dan gejala dan penyakit
DIARE
- Keluarga Tn. B dapat menyebutkan penyebab dari penyakit DIARE
- Keluarga Tn. B mampu menjelaskan cara pencegahan penyakit
DIARE.
3. Waktu dan tempat :
- Waktu : Kamis
- Pukul : 19.00 – 20.00 WIB
(75)
4. METODE
Ceramah, Tanya jawab 5. MEDIA
- Leaflet
- Papan Tulis dan Perlengkapannya
6. SETTING KEGIATAN
NO WAKTU KEGIATAN PEMBICARA PENANGGUNG JAWAB
1 2 3 4 5 3 menit 15 menit 20 menit 2 menit 5 menit Pembukaan Penyajian materi Tanggung jawab Evaluasi Penutup Suryani Suryani Tn. B & Suryani Suryani Suryani
Mahasiswa Mahasiswa Mahasiswa & Keluarga
Tn.B Mahasiswa Mahasiswa 7. MATERI DIARE 1. Pengertian
Diare adalah buang air besar lebih dari sehari encer atau cair
2. Cara Mengatasi Diare
a. Segera beri banyak minum dengan cairan yang tersedia di rumah
tangga seperti: - Kuah sayur
- Kuah sop
(76)
- Air Mineral - Air matang
- Larutan gula garam b. Bila ada beri oralit c. Cara menyiapkan oralit
- Umur kurang dari1tahun :¼ - 4 gelas - Umur 1 – 4 tahun :1/2 – l gelas - Umur diatas 5 tahun : 1 – ½ gelas d. Cara menyiapkan oralit
- Sediakan 1 gelas air matang
- Masukan semua bubuk oralit 200 ml kedalam gelas - Aduk sampai rata
e. Cara pembuatan larutan gula garam
- Sediakan 1 gelas air matang - 2 sendok teh garam
- 1 sendok teh gula - Aduk sampai rata
f. Teruskan pemberian makanan Selama diane:
- Teruskan dan tingkatkan pemberian Asi pada bayi yang masih
menyusui
- Anak diatas 6 bulan, beri makanan tambahan: • Bubur dan sayuran
• Sari buah segar
(77)
(78)
(79)
(80)
(1)
4. METODE
Ceramah, Tanya jawab
5. MEDIA
- Leaflet
- Papan Tulis dan Perlengkapannya 6. SETTING KEGIATAN
NO WAKTU KEGIATAN PEMBICARA PENANGGUNG JAWAB
1 2 3 4 5 3 menit 15 menit 20 menit 2 menit 5 menit Pembukaan Penyajian materi Tanggung jawab Evaluasi Penutup Suryani Suryani Tn. B & Suryani Suryani Suryani
Mahasiswa Mahasiswa Mahasiswa & Keluarga
Tn.B Mahasiswa Mahasiswa 7. MATERI DIARE 1. Pengertian
Diare adalah buang air besar lebih dari sehari encer atau cair 2. Cara Mengatasi Diare
a. Segera beri banyak minum dengan cairan yang tersedia di rumah tangga seperti:
- Kuah sayur - Kuah sop - Air tajin
(2)
- Air Mineral - Air matang
- Larutan gula garam b. Bila ada beri oralit c. Cara menyiapkan oralit
- Umur kurang dari1tahun :¼ - 4 gelas - Umur 1 – 4 tahun :1/2 – l gelas - Umur diatas 5 tahun : 1 – ½ gelas d. Cara menyiapkan oralit
- Sediakan 1 gelas air matang
- Masukan semua bubuk oralit 200 ml kedalam gelas - Aduk sampai rata
e. Cara pembuatan larutan gula garam - Sediakan 1 gelas air matang - 2 sendok teh garam
- 1 sendok teh gula - Aduk sampai rata
f. Teruskan pemberian makanan Selama diane:
- Teruskan dan tingkatkan pemberian Asi pada bayi yang masih menyusui
- Anak diatas 6 bulan, beri makanan tambahan: • Bubur dan sayuran
• Sari buah segar
• Beri makanan lebih dari 6x per hari
(3)
(4)
(5)
(6)