BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia
untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuhnya
serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat lain yang terkandung. Aksi, reaksi, dan
keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit Tarwoto Wartonah, 2006. Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat
makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh Hidayat, 2006. Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh, kondisi ini dialami oleh individu yang tidak mengalami puasa atau berisiko mengalami penurunan berat badan yang berhubungan
dengan tidak cukupnya masukan atau metabolisme nutrisi untuk kebutuhan metabolisme Carpenito, 2000.
Secara umum, gangguan kebutuhan nutrisi terdiri atas kekurangan dan kelebihan nutrisi, obesitas, malnutrisi, dan anoreksia nervosa. Kekurangan
nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang dalam keadaan tidak berpuasa normal atau risiko penurunan berat badan akibat ketidakcukupan
asupan nutrisi untuk kebutuhan metabolisme. Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami seseorang yang mempunyai risiko peningkatan
berat badan akibat asupan kebutuhan metabolisme secara berlebihan. Obesitas
Universitas Sumatera Utara
merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai lebih dari 20 berat badan normal.
Status nutrisinya adalah melebihi kebutuhan metabolisme karena kelebihan asupan kalori dan penurunan dalam penggunaan kalori. Malnutrisi
merupakan masalah yang berhubungan dengan kekurangan zat gizi pada tingkat seluler atau dapat dikatakan sebagai masalah asupan zat gizi yang
tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh. Anoreksia nervosa merupakan penurunan berat badan secara mendadak dan berkepanjangan, ditandai
dengan adanya konstipasi, pembengkakan badan, nyeri abdomen, kedinginan, letargi, dan kelebihan energi Hidayat, 2006.
Menurut data United Nations Children’s Fund UNICEF dan World Health Organization WHO pada 2009, diare merupakan penyebab kematian
nomor 2 pada balita di dunia, nomor 3 pada bayi, dan nomor 5 bagi segala umur. Data UNICEF memberitakan bahwa 1,5 juta anak meninggal dunia
setiap tahunnya karena diare Angka tersebut bahkan masih lebih besar dari korban AIDS, malaria,
dan cacar jika digabung. Sayang, di beberapa negara berkembang, hanya 39 persen penderita mendapatkan penanganan serius.
Di Indonesia sendiri, sekira 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekira 460 balita setiap harinya akibat diare. Daerah Jawa Barat
merupakan salah satu yang tertinggi, di mana kasus kematian akibat diare banyak menimpa anak berusia di bawah 5 tahun. Umumnya, kematian
disebabkan dehidrasi karena keterlambatan orangtua memberikan perawatan pertama saat anak terkena diare.
Universitas Sumatera Utara
Diare disebabkan faktor cuaca, lingkungan, dan makanan. Perubahan iklim, kondisi lingkungan kotor, dan kurang memerhatikan kebersihan
makanan merupakan faktor utamanya. Penularan diare umumnya melalui 4F, yaitu Food, Fly , Feces, dan Finger.
Oleh karena itu, upaya pencegahan diare yang praktis adalah dengan memutus rantai penularan tersebut. Sesuai data UNICEF awal Juni 2010,
ditemukan salah satu pemicu diare baru, yaitu bakteri Clostridium difficile yang dapat menyebabkan infeksi mematikan di saluran pencernaan. Bakteri
ini hidup di udara dan dapat dibawa oleh lalat yang hinggap di makanan. Angka kejadian diare di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat
ini masih tinggi. Di Indonesia, sekitar 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekitar 460 balita setiap harinya. Dari hasil Survey Kesehatan Rumah
Tangga SKRT di Indonesia, diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita dan nomor 3 bagi bayi serta nomor 5 bagi semua umur. Setiap
anak di Indonesia mengalami episode diare sebanyak 1,6 – 2 kali per tahun Kasubdit Diare dan Kecacingan Depkes, I Wayan Widaya mengatakan
hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga SKRT tahun 2004, angka kematian akibat diare 23 per 100 ribu penduduk dan pada balita 75 per 100 ribu balita.
Selama tahun 2006 sebanyak 41 kabupaten di 16 provinsi melaporkan KLB kejadian luar biasa diare di wilayahnya. Jumlah kasus diare yang dilaporkan
sebanyak 10.980 dan 277 diantaranya menyebabkan kematian. Hal tersebut, terutama disebabkan rendahnya ketersediaan air bersih, sanitasi buruk dan
perilaku hidup tidak sehat.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan di Provinsi Riau Pada 27 maret 2008 tercatat Diare 182 kasus yang diakibatkan adanya banjir di Provinsi Riau. Adapun kecamatan
yang terkena banjir sebanyak 36 kecamatan, 164 desa, 29.950 Kepala Keluarga atau 60.950 Jiwa
Sepintas diare terdengar sepele dan sangat umum terjadi. Namun, ini bukan alasan untuk mengabaikannya, dehidrasi pada penderita diare bisa
membahayakan dan ternyata ada beberapa jenis yang menular.Diare kebanyakan disebabkan oleh Virus atau bakteri yang masuk ke makanan atau
minuman, makanan berbumbu tajam, alergi makanan, reaksi obat, alkohol dan bahkan perubahan emosi juga dapat menyebabkan diare, begitu pula
sejumlah penyakit tertentu. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi, yaitu pengetahuan,
prasangka, kebiasaan, kesukaan, dan ekonomi Hidayat, 2006.
B. Tujuan