42
4.1.8 Gaya Bahasa Klimaks
Gaya bahasa klimaks adalah jenis gaya bahasa yang memaparkan suatu hal berturut-turut dari yang sederhana hingga pada hal yang paling penting. Menurut
Gorys Keraf 2006: 124 “Klimaks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung urutan-urutan pikiran yang setiap kali semakin meningkat
kepentingannya dari gagasan-gagasan sebelumnya. Berikut ini adalah data yang diambill dari novel Bulan Lebam di Tepian Toba yang mengandung gaya bahasa
klimaks. 63
“Setiap hari, hingga satu minggu, hingga satu bulan, orang-orang tak berani bicara” BLTT:21
Data 63 di atas merupakan gaya bahasa klimaks karena menyebutkan urutan-urutan mulai dari yang paling kecil hingga paling besar, yakni urutan
waktu mulai dari hari, minggu, hingga ke bulan. 64
“Dia menyusuri kampung kelahiran, setumpuk kesedihan dan kebahagiaan masa muda, bagian masa lalu yang berpilin, mengendap, dan menghentak.”
BLTT:36 Data 64 di atas juga merupakan gaya bahasa klimaks, ditunjukkan pada
kata-kata yang berurutan mulai dari yang paling kecil hingga besar yakni mulai dari berpilin, kemudian mengendap dan selanjutnya menghentak.
4.1.9 Gaya Bahasa Tautologi
43
Gaya bahasa tautologi adalah jenis gaya bahasa repetisi yaitu perulangan kata dalam satu kontruksi. Berikut adalah data yang mengandung gaya bahasa
tautologi dari novel Bulan Lebam di Tepian Toba. 65
“Sesak, padat, tumpat, padat menghantam dada yang tak seberapa bidang” BLTT:36
Data 65 di atas merupakan gaya bahasa tautologi. Kata sesak, padat, tumpatsebenarnya mengacu pada makna yang sama, yakni bermakna ruang yang
sedikit, sangat penuh, penuh sesak dan tumpat.
66 “Membuat suara mereka tak terdengar oleh telinga satu orang pun.”
BLTT:30 Di dalam data 66, kata terdengar sudah mengacu pada kata telinga, sebab
telinga berguna untuk mendengar. Oleh sebab itu data di atas digolongkan pada gaya bahasa tautologi.
67 “...memperlihatkan emosi dan kemarahan yang tersimpan.” KBBT:33
Kata emosi dalam data 67 di atas sebenarnya telah mengacu pada kemarahan.Jadi kalimat di atas mengandung perulangan kata dalam satu
konstruksi. 68
“Diantara fajar yang bersemi dengan pijar merah.” BLTT:176 Dalam data 68, fajar dan pijar merah sebenarya mengacu makna yang
sama. Fajar merupakan cahaya kemerah-merahan di langit sebelah timur menjelang mata hari terbit. Oleh sebab itu data 68 digolongkan sebagai gaya
bahasa tautologi. 69
“Bagiku dia hanya bicara di mulut saja” BLTT:188 Kata bicara dalam data 69 di atas sebenarnya sudah mengacu pada mulut,
sebab alat untuk berbicara adalah mulut.Jadi, dapat disimpulkan bahwa data 69
44
mempergunakan kata-kata lebih banyak daripada yang diperlukan untuk menyatakan satu gagasan.
4.1.10 Gaya Bahasa Paradoks