44
mempergunakan kata-kata lebih banyak daripada yang diperlukan untuk menyatakan satu gagasan.
4.1.10 Gaya Bahasa Paradoks
Gaya bahasa paradoks adalah jenis gaya bahasa yang mengandung pertentangan. Menurut Panuti Sudjiman 2006 :136 “Paradoks adalah semacam
gaya bahasa pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta yang ada. Paradoks dapat juga berarti semua hal yang menarik perhatian karena kebenarannya. Berikut
adalah gaya bahasa paradoks dalam Bulan Lebam di Tepian Toba karya Sihar Ramses Simatupang.
70 “…diseluruh cerita masa lalunya, sebagai seorang japang-japang di kampung
itu, dadanya kerap membusung, kini Cuma bisa meniupkan nafas kelelahan” BLTT:31
Data 70 di atas mengandung pertentangan antara masa lalu dengan masa sekarang.Di masa lalu tokoh Torang adalah orang yang paling disegani
dikampung halamannya, seorang japang-japang yang artinya adalah memiliki karisma yang tinggi.namun sekarang tidak berarti apa-apa lagi, hanya bisa
meniupkan nafas kelelahan yang artinya tidak bisa berbuat apa-apa lagi sebab usianya sudah tua.
71 “Si anak hilang telah pulang tetapi harga dirinya telah hilang” BLTT:41
Data 71 mengandung pertentangan antara pulang dengan hilang.Meskipun Monang telah kembali ke kampung halamannya tetapi harga dirinya sebenarnya
telah hilang karena karena kegagalannya dalam akademisi yang membuat banyak kecewa para saudaranya khususnya Torang yakni ayahnya.
72 “Monang sedih tetapi tak berair mata” BLTT:37
45
Data di atas mengandung pertentangan antara sedih dengan tak berair mata.Tuturan pada data 72 tersebut bermaksud kesedihan yang tertahan di hati.
73 “Saya sepakat dengan ganda, saya juga tidak setuju...” BLTT:56
Data 73 di atas adalah gaya bahasa paradoks, yakni karena mengandung pertentangan antara sepakat dengan tidak setuju. Maksud dari tuturan di atas
adalah masyarakat yang mencapai kesepakatan untuk tidak setuju pada penanaman pohon di kampung halaman sebab ada maksud terselubung dari
penanaman pohon tersebut. 74
“Maka pertemuan itu pun ricuh, sekalipun untuk sesaat” BLTT:57 Data 74 di atas mengandung gaya bahasa paradoks. Tuturan pada data di
atas menyatakan suatu kerusuhan dan kekacauan namun untuk sesaat saja. 75
“Sekalipun tubuhya agak tirus, dengan kerut dikening pertanda senja siap menyergap, namun kecantikan itu tetap tak lekang.” BLTT:177
Data 75 di atas mengandung gaya bahasa paradoks, yaitu pernyataan yang mengandung pertentangan antara tirus, kerut dikening,senja menyergap dengan
kecantikan tetap tak lekang. Maksud dari data 75 di atas adalah bahwa, meskipun tubuh Tesya kurus, tidak terawat, dan meskipun sudah tidak muda lagi namun
Tesya tetap terlihat cantik.
4.1.11 Gaya Bahasa Sarkasme