28
atauperkampungan yang masih asri dan masih tradisional dan jauh dari pengaruh masyarakat perkotaan.Di pelataran sawah tumbuh padi yang hijau serta adanya
warna keindahan dari pias cahaya mentari yang terpantul dari air danau toba. 10
Putaran dan langkah kaki tesya tak bisa diduga, berlari, melompat seperti kijang, bermain di antara angin, sibuk bercengkrama dengan sesuatu atau
semesta yang dikatakan oleh si datu penjaga adat sebagai dialog pribadi dengan perempuan ini dengan Tuhan” BLTT:143
Data di atas menyatakan perilaku Tesya yang tidak normal namun dianggab sebagai ritual atau komunikasi Tesya terhadap yang Maha Esa oleh si
datu. 11
Dikecupnya kening perempuan itu dengan lembut. Mata Tesya terpejam, dibiarkan waktu bergulir, sebab angin pasti akan mengembus kelopak bunga,
sebab hujan pasti akan menyirami tanah. Data 11 di atas menyatakan perasaan cinta yang datang begitu
saja.Perasaan cinta Monang terhadap Tesya seperti angin yang akan mengembus kelopak bunga dan hujan yang akan menyirami tanah. Datang tanpa sengaja, cinta
yang alami dan bersahaja.
4.1.2 Gaya Bahasa Simile
Gaya bahasa simile adalah gaya bahasa perbandingan yang bersifat eksplisit yang menggunakan kata penghubung seperti, bagaikan, laksana dan
sebagainya. Gaya bahasa simile ini bertujuan untuk menyatakan persamaan sesuatu hal dengan sesuatu hal yang lainnya. Berikut adalah beberapa data gaya
bahasa simile dalam novel Bulan Lebam di Tepian Toba. 12
“Kulitnya putih seperti babi guling, bungkus pakaian meganya memperkuat
kesan serakah.” BLTT: 3
29
Kalimat di atas merupakan gaya bahasa simile. Hal tersebut terlihat pada perbandingan yang menggunakan kata penghubung seperti yang tampak dalam
kalimat.Warna kulitnya disamakan dengan warna kulit babi guling yaitu putih kotor.
13
“Tubuhnya serupa tonggak yang tersisa dari warisan kepurbaan” BLTT:3
Data 13 di atas mengibaratkan tubuh datu sebagai tonggak yang tersisa dari warisan kepurbaan yakni tua, rapuh, lemah dan rentan.
14
“Darah yang tak bisa dielakkan, seperti daging yang berpindah turun-temurun
dari anak kepada bapaknya” BLTT:3 Data di atas digolongkon sebagai gaya bahasa simile, karena
menggunakan kata pembanding seperti. Maksud dari kalimat tersebut yakni sifat seseorang akan turun-temurun dari generasi ke generasi, kepada anak dan
cucunya. 15
“Suaranya makin keras, serupa macan gunung..” BLTT:6
Data 15 di atas menggunakan kata pembanding serupa.Suaranya, yakni suara sang datu diserupakan dengan suara macan gunung yang berarti keras,
lantang dan menakutkan. 16
“Suara itu terdengar diantara bau minuman keras, serupa semburan naga,”
BLTT:9 Kata pembanding pada data 16 di atas adalah serupa.Suara yang
dinyatakan dalam kalimat tersebut serupa dengan semburan naga. Naga merupakan mahluk mitos yang bisa menyemburkan api dari mulutnya. Jadi bisa
disimpulkan bahwa kalimat tersebut bermakna suara yang berapi-api atau dengan kata lain suara dengan nada tinggi.
30
17
“Isu berkesiur ringan seperti kapas yang terbang setelah buahnya lepas dari
pohon.” BLTT:20 Maksud dari data 17 di atas adalah isu yang beredar sama seperti kapas
yang terbawa angin, perlahan tapi pasti meluas. 18
“Berjalan maju-mundur bak kepiting melangkah di jalan setapak di kampung
ini.” BLTT:21 Maksud dari kalimat atau data di atas menyatakan keadaan mabuk, jalan
yang maju mundur bagai kepiting yang sedang melangkah di atas jalan setapak
yang artinya tidak seimbang, sempoyongan dan tidak stabil.
19
“Orang-orang sempat mendengarsuara serupa pukulan bambu pecah dari
kerongkongan lelaki tua itu” BLTT:26 Data di atas juga dapat diklasifikasikan sebagai gaya bahasa simile karena
menggunakan kata pembanding serupa yang berarti persamaan. Maksud dari kalimat tersebut adalah suara yang terdengar seperti suara pukulan bambu pecah
yang artinya nyaring dan melengking. 20
“Dia memperhatikan kelok jalan yang menganga seperti rongga ular besar
tanah sumatera.” BLTT: 43 Data di atas mengandung gaya bahasa simile, memiliki makna yang
menyatakan jalan panjang, berkelok-kelok dan diibaratkan sebagai ular Sumatra. Ketika ular menjulur maka tubuhnya akan terlihat meliuk-liuk membentuk kelok
sama seperti jalan yang dimaksudkan dalam kalimat tersebut. 21
“Mengikut langkah uda-nya seperti kerbau yang dicocok hidung.” BLTT:52
Hidung kerbau biasanya akan dicocok hidungnya kemudian diikatkan tali sehingga kerbau tersebut akan mengikuti tuannya atau pemiliknya. Sama halnya
dengan Florida dalam cerita yang selalu mengikuti langkah pamannya.Kata pembanding dalam data 21 di atas adalah seperti.
31
22
“Tatapan yang seperti pias cahaya kelereng” BLTT:75
Data 22 di atas digolongkan sebagai gaya bahasa simile karena di dalamnya terdapat unsur pembanding yaituseperti. Interpretasi penulis terhadap
data di atas adalah tatapan tajam dan diibaratkan kelereng yang memantul pias cahaya.
23
“Dia terlihat seperti bunga putih kusam yang tertiup angin dan debu tanah”
BLTT:114 Dalam data 23 di atas, dia yaitu tokoh bernama Tesya diibaratkan sebagai
bunga yang berarti sesuatu yang indah.Namun, ditambah lagi dengan penjelasan bahwa bunga tersebut kusam, tertiup angin dan debu tanah.Dari penjelasan
tersebut dapat disimpulkan bahwa Tesya adalah wanita cantik namun tidak pernah mengurus dirinya dan tidak diperdulikan orang.
4.1.3 Gaya Bahasa Metafora