Struktur Bangunan Tinggi yang Lazim

5 diagonal diagonal bracing pada rangka fasade, dan dengan demikian menciptakan prinsip rangka vertikal atau dinding geser. Perbaikan metode rancangan baja memungkinkan bangunan gedung tumbuh terus ke atas pada tahun 1905, Metropolitan Tower Building berlantai 50 dibangun di New York, diikuti oleh Emipre State Building berlantai 102, juga di New York pada tahun 1931. Perbaikan teknik membangun selanjutnya diarahkan untuk mengembangkan tata letak rangka, perbaikan kualitas bahan, dan teknik konstruksi yang lebih baik dan bukan pada peningkatan ketinggian. Pada tahun 1890-an beton mulai menempatkan diri sebagai bahan struktur yang lumrah. Pada perancangan seperti Auguste Perret, Francoise Hennebique, dan Tony Garnier di Prancis serta Robert Maillart di Swiss adalah sebagian di antara para penemu beton bertulang. Perret adalah yang pertama kali menggunakan rangka beton bertulang dalam konstruksi bangunan tinggi dan mengungkapkannya serta arsitektural dalam Rue Apartment Building di Paris pada tahun 1903. Pada saat yang sama, Ingall Building berlantai 16 di Cincinnati adalah pencakar langit rangka beton yang pertama di dunia. Akan tetapi, pada paruh abad pertama, bangunan beton hanya muncul secara sporadis. Ketika itu tidak ada usaha untuk mencari sifat bahan ini yang sebenarnya, sistem beton pada umumnya meniru pendekatan rangka baja. Akan tetapi, setelah Perang Dunia II sikap ini berubah. Teknik konstruksi yang canggih, bersama-sama dengan pengembangan bahan-bahan berkualitas tinggi, mulai menghasilkan konsep- konsep perancangan baru seperti plat rata flat slab dan dinding grid fasade pendukung load bearing facadegrid wall. Kedua sistem ini mulai menyaingi plat satu arah yang tradisional dan dinding tirai curtain wall tipikal untuk struktur rangka kaku. Pencakar langit seperti Marina City Towers di Chicago pada tahun 1963 benar-benar mengungkapkan watak seni pahat monolitik dari bahan beton.

2.1.2 Struktur Bangunan Tinggi yang Lazim

Maksud dari bagian ini adalah untuk memperkenalkan sistem-sistem bangunan tinggi pendukung beban yang lazim dijumpai. Unsur-unsur struktur dasar bangunan menurut Wolfgang Schueller, 2001, adalah sebagai berikut: 1. Unsur linier - Kolom dan balok. Mampu menahan gaya aksial dan gaya rotasi. 2. Unsur permukaan - Dinding. Bisa berlubang atau berangka, mampu menahan gaya-gaya aksial dan rotasi. - Plat. Padat atau beruas, ditumpu pada rangka lantai, mampu memikul beban di dalam dan tegak lurus terhadap bidang tersebut. 3. Unsur spasial - Pembungkus fasade atau inti core, misalnya dengan mengikat bangunan agar berlaku sebagai suatu kesatuan. Perpaduan dari unsur-unsur dasar di atas akan membentuk struktur tulang dari bangunan. Dapat di bayangkan berbagai kemungkinan pemecahan yang tak terhingga. - Dinding pendukung sejajar parallel bearing walls Sistem ini terdiri dari unsur-unsur bidang vertikal yang dipratekan oleh berat sendiri , sehingga menyerap gaya aksi lateral secara efisien. Sistem dinding sejajar ini terutama digunakan untuk bangunan apartemen yang tidak memerlukan struktur inti. - Inti dan dinding pendukung fasade core and facade bearing walls Unsur bidang vertikal membentuk dinding luar yang mengelilingi sebuah struktur inti. Hal ini memungkinkan ruang interior yang terbuka, yang bergantung pada kemampuan bentangan dari struktur lantai. Inti ini membuat sistem-sistem transportasi mekanis dan vertikal serta menambah kekakuan bangunan. - Boks berdiri sendiri self supporting boxes 6 Boks merupakan unit tiga dimensi prefabrikasi yang menyerupai bangunan dinding pendukung apabila diletakkan di suatu tempat dan digabung dengan unit lainnya. Dalam contoh tersebut boks- boks ini ditumpuk seperti bata dengan “pola English bond” sehingga terjadi susunan balok dinding berselang-seling. - Plat terkantilever cantilevered slab Pemikulan sistem lantai dari sebuah inti pusat akan memungkinkan ruang bebas kolom yang batas kekuatan platnya adalah batas besar ukuran bangunan. Besi akan banyak diperlukan, terutama apabila proyeksi pelat adalah besar. Kekakuan pelat dapat ditingkatkan dengan menggunakan teknik-teknik pratekan. - Plat rata flat slab Sistem bidang horizontal pada umumnyaterdiri dari plat lantai beton beton tebal rata yang ditumpu pada kolom. Apabila tidak terdapat penebalan plat dan atau kepala pada bagian atas kolom, maka sistem ini dikatakan sistem plat rata. Pada kedua sistem ini tidak terdapat balok yang dalam deep beam sehingga tinggi lantai bisa minimum. - Interspasial interspatial Struktur rangka tinggi selantai yang terkantilever diadakan pada setiap lantai antara untuk memungkinkan ruang fleksibel di dalam dan di atas rangka. Ruangan yang berada di dalam lantai rangka digunakan untuk peralatan tetap, dan ruangan bebas pada lantai di atasnya dapat digunakan untuk kegiatan lainnya. - Gantung suspension Sistem ini memungkinkan penggunaan bahan secara efisien dengan menggunakan penggantung sebagai pengganti kolom untuk memikul beban lantai. Kekuatan unsur tekan harus dikurangi karena adanya bahaya tekuk, berbeda dengan unsur tarik, yang dapat mendayagunakan kemampuannya secara maksimal. Kabel-kabel ini meneruskan beban gravitasi ke rangka di bagian atas yang terkantilever dari inti pusat. - Rangka selang-seling staggered truss Rangka tinggi selantai disusun sedemikian rupa sehingga setiap lantai bangunan menumpang di bagian atas suatu rangka dan di bawah rangka di atasnya. Selain memikul beban vertikal, susunan rangka akan mengurangi tuntutan kebutuhan ikatan angin dengan cara mengarahkan beban angin ke dasar bangunan melalui balok-balok dan plat lantai. - Rangka kaku rigid frame Sambungan kaku digunakan antara susunan unsur linear untuk membentuk bidang vertikal dan horizontal. Bidang vertikal terdiri dari kolom dan balok, biasanya pada grid persegi. Organisasi grid serupa juga digunakan untuk bidang horizontal yang terdiri atas balok dan gelagar. Dengan keterpaduan rangka spesial yang bergantung pada kekuatan kolom dan balok, maka tinggi lantai ke lantai dan jarak antara kolom menjadi penentu pertimbangan rancangan. - Rangka kaku dan inti rigid frame and core Rangka kaku bereaksi terhadap beban lateral, terutama melalui lentur balok dan kolom. Perilaku demikian berakibat ayunan drift lateral yang besar pada bangunan dengan ketinggian tertentu. Akan tetapi, apabila dilengkapi dengan struktur inti, ketahanan lateral bangunan akan sangat meningkat karena interaksi inti dan rangka. Sistem inti ini memuat sistem-sistem mekanis dan transportasi vertikal. - Rangka trussed trussed frame Gabungan rangka kaku atau bersendi dengan rangka geser vertikal akan memberikan peningkatan kekuatan dan kekakuan struktur. Rancangan struktur dapat berdasarkan penggunaan rangka untuk menahan beban gravitasi dan rangka vertikal untuk beban angin, yang serupa dengan rangka kaku dan inti. - Rangka belt-trussed dan inti belt-trussed frameand core 7 Belt truss mengikat kolom fasade ke inti sehingga meniadakan aksi terpisah rangka dan inti. Pengakuan ini dinamai cap trussing apabila berada pada bagian atas bangunan, dan belt trussing apabila berada di bagian bawahnya. - Tabung dalam tabung tube in tube Kolom dan balok eksterior ditempatkan sedemikian rapat sehingga fasade menyerupai dinding yang diberi pelubangan untuk jendela. Seluruh bangunan berlaku sebagai tabung kosong yang terkantilever dari tanah. Inti interior tabung meningkatkan kekakuan bangunan dengan ikut memikul beban bersama kolom-kolom fasade. - Kumpulan tabung bundled tube Sistem kumpulan tabung dapat digambarkan sebagai suatu himpunan tabung-tabung terpisah yang membentuk tabung multisel. Pada sistem ini memungkinkan bangunan mencapai bentuk yang paling tinggi dan daerah lantai yang paling luas.

2.2 BIM BUILDING INFORMATION MODELING

Dokumen yang terkait

Aplikasi Building Information Modeling (BIM) Menggunakan Software Tekla Structures 17 Pada Konstruksi Gedung Kuliah Tiga Lantai Fahutan IPB, Bogor

6 69 138

Analisis Inventarisasi Pemodelan Komponen Superstructures Jembatan Cikujang Menggunakan BIM Tekla Structures

2 11 75

Analisis pada Pembangunan Gedung AD Premier Berdasarkan Tahapan Kinerja Waktu Menggunakan Microsoft Project 2010 dan Pemodelan 3D Menggunakan Software Tekla 17

2 10 54

Rekonstruksi Pekerjaan Pembesian pada Proyek Pembangunan Gedung Perkantoran Chase Tower di Jakarta Selatan Menggunakan Software Tekla Structures V17

12 47 97

Analisis Kinerja Waktu dan Penerapan Building Information Modeling (BIM) Proyek Pengembangan Gedung RSUD Budhi Asih, Jakarta Timur.

5 31 75

Evaluasi Kekuatan Struktur Gedung Tanoto Forestry Information Center Ipb Terhadap Faktor Gempa Dan Asesmen Terhadap Green Building

2 11 91

IDENTIFICATION OF BUILDING INFORMATION MODELING (BIM) SIGNIFICANCE TOWARD IDENTIFICATION OF BUILDING INFORMATION MODELING (BIM) SIGNIFICANCE TOWARD SUCCESSFULNESS OF THE CONSTRUCTION PROJECT IN YOGYAKARTA.

0 3 12

INTRODUCTION IDENTIFICATION OF BUILDING INFORMATION MODELING (BIM) SIGNIFICANCE TOWARD SUCCESSFULNESS OF THE CONSTRUCTION PROJECT IN YOGYAKARTA.

0 2 4

LITERATURE REVIEW IDENTIFICATION OF BUILDING INFORMATION MODELING (BIM) SIGNIFICANCE TOWARD SUCCESSFULNESS OF THE CONSTRUCTION PROJECT IN YOGYAKARTA.

0 2 13

Aplikasi Building Information Modeling (BIM) dalam Perancangan Bangunan Beton Bertulang 4 Lantai.

3 13 20