Metode Pengumpulan Data Studi Daerah Penangkapan Ikan di Selat Malaka Melalui Evaluasi Hasil Tangkapan yang Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan
Gambar 30 menunjukkan bahwa ukuran ikan gulamah Pennahia argentata yang tertangkap pada saat penelitian didominasi oleh ikan yang berukuran besar,
melebihi ukuran length of maturity-nya yang sebesar 14 cm www.fishbase.org. Hal ini menunjukkan bahwa ikan ini termasuk ke dalam kategori layak tangkap
dan daerah penangkapannya cukup potensial. Gambar 31
menunjukkan bahwa ukuran ikan beloso Saurida undosquamus yang tertangkap pada saat penelitian didominasi oleh ikan yang
berukuran besar, melebihi ukuran length of maturity-nya yang sebesar 19,8 cm www.fishbase.org. Hal ini menunjukkan bahwa ikan ini termasuk ke dalam
kategori layak tangkap dan daerah penangkapannya cukup potensial. Gambar 32 menunjukkan bahwa ukuran ikan peperek topang Leiognathus
equulus yang tertangkap pada saat penelitian didominasi oleh ikan yang berukuran besar, melebihi ukuran length of maturity-nya yang sebesar 10,7 cm
www.fishbase.org. Hal ini menunjukkan bahwa ikan ini termasuk ke dalam kategori layak tangkap dan daerah penangkapannya cukup potensial.
Gambar 33 menunjukkan bahwa ukuran ikan kembung perempuan Rastrelliger brachysoma yang tertangkap pada saat penelitian didominasi oleh
ikan yang berukuran besar, melebihi ukuran length of maturity-nya yang sebesar 17 cm www.fishbase.org. Hal ini menunjukkan bahwa ikan ini termasuk ke
dalam kategori layak tangkap dan daerah penangkapannya cukup potensial. Gambar 34 menunjukkan bahwa ukuran ikan selar hijau Atule mate yang
besar maupun yang kecil yang tertangkap pada saat penelitian nilainya sama besar.
Length of maturity-nya adalah 17 cm www.fishbase.org, sedangkan ukuran ikan yang nilainya lebih kecil maupun lebih besar dari length of maturity-
nya memiliki persentase yang sama besar Tabel 10 sehingga daerah penangkapannya cukup potensial.
Gambar 35 menunjukkan bahwa ukuran ikan selar kuning Selaroides leptolepis yang tertangkap pada saat penelitian didominasi oleh ikan yang
berukuran besar, melebihi ukuran length of maturity-nya yang sebesar 10,1 cm www.fishbase.org. Hal ini menunjukkan bahwa ikan ini termasuk ke dalam
kategori layak tangkap dan daerah penangkapannya cukup potensial.
Gambar 36 menunjukkan bahwa ukuran ikan layang Decapterus russelli yang tertangkap pada saat penelitian didominasi oleh ikan yang berukuran besar,
melebihi ukuran length of maturity-nya yang sebesar 14,7 cm www.fishbase.org. Hal ini menunjukkan bahwa ikan ini termasuk ke dalam kategori layak tangkap
dan daerah penangkapannya cukup potensial. Gambar 37 menunjukkan bahwa ukuran ikan kurau Eleutheronema
tetradactylum yang tertangkap pada saat penelitian didominasi oleh ikan yang berukuran kecil, lebih kecil daripada ukuran length of maturity-nya yang sebesar
29 cm www.fishbase.org. Hal ini menunjukkan bahwa ikan ini termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap dan daerah penangkapannya kurang potensial.
Gambar 38 menunjukkan bahwa ukuran ikan madidihang Thunnus albacares yang tertangkap pada saat penelitian didominasi oleh ikan yang
berukuran kecil, lebih kecil daripada ukuran length of maturity-nya yang sebesar 107,5 cm www.fishbase.org. Hal ini menunjukkan bahwa ikan ini termasuk ke
dalam kategori tidak layak tangkap dan daerah penangkapannya kurang potensial. Ikan japuh Dussumieria acuta yang tertangkap pada saat penelitian
didominasi oleh ikan yang berukuran kecil, lebih kecil daripada ukuran length of maturity-nya yang sebesar 14,2 cm www.fishbase.org. Hal ini menunjukkan
bahwa ikan ini termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap dan daerah penangkapannya kurang potensial.
Ikan selanget Anodontostoma chacunda yang tertangkap pada saat penelitian didominasi oleh ikan yang berukuran kecil, lebih kecil daripada ukuran
length of maturity-nya yang sebesar 11,3 cm www.fishbase.org. Hal ini
menunjukkan bahwa ikan ini termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap dan daerah penangkapannya kurang potensial.
Gambar 39 menunjukkan penyebaran alat tangkap yang beroperasi di perairan lokasi penelitian. Jaring insang bersifat statis yang dioperasikan hanya
pada satu tempat. Setelah jaring insang ini dipasang setting di lokasi penangkapan, alat tangkap ini akan ditinggalkan oleh nelayan sekitar 2-3 jam,
setelah itu baru dilakukan pengangkatan jaring hauling. Alat tangkap ini dioperasikan di perairan sekitar pantai, sedangkan pukat ikan, pukat udang dan
pukat cincin sifatnya dinamis, artinya dalam pengoperasiannya, alat tangkap ini
menggunakan kapal yang bergerak mengikuti gerombolan ikan dan daerah pengoperasiannya adalah di perairan yang jauh dari pantai. Gambar 39 juga
menunjukkan adanya persinggungan daerah penangkapan antara jaring insang yang sifatnya statis dengan pukat udang dan pukat ikan yang sifatnya dinamis,
dimana seharusnya hal ini tidak boleh terjadi. Jaring insang yang sifatnya statis seringkali menjadi rusak karena ikut tersapu oleh pukat udang yang sifatnya
dinamis saat melakukan operasi penangkapan di perairan yang sama dengan jaring insang tersebut dioperasikan. Hal ini seringkali menimbulkan konflik sesama
nelayan seperti yang diungkapkan oleh Ana 2011. Hal ini juga bertentangan dengan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor Kep.60Men2001
tentang penataan penggunaan kapal perikanan di zona ekonomi eksklusif Indonesia, dimana disebutkan bahwa pukat udang dan pukat ikan dioperasikan di
wilayah perairan zona ekonomi eksklusif Indonesia. Gambar 40 menunjukkan penyebaran daerah penangkapan potensial dan
daerah penangkapan kurang potensial. Dari Gambar 40 terlihat bahwa DPI potensial berada di kawasan perairan yang jauh dari pantai, sedangkan DPI
kurang potensial berada di kawasan perairan yang dekat dengan pantai. Hal ini terjadi karena di daerah yang dekat dengan pantai terlalu banyak alat tangkap
yang beroperasi, sedangkan di perairan yang jauh dari pantai masih sedikit alat tangkap yang beroperasi seperti yang ditunjukkan Gambar 39, sehingga peluang
terjadinya tangkap lebih overfishing di kawasan yang dekat dengan pantai akan lebih besar dibandingkan dengan kawasan perairan yang lebih jauh dari pantai.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Balai Penelitian Perikanan Laut 1983 yang menyatakan bahwa daerah perairan pantai atau selat-selat yang sempit dan padat
nelayan seperti daerah Selat Malaka, pantai Utara Jawa, Selat Bali, Selat Makasar dan Selat Alas tergolong ke dalam daerah kritis yang telah mencapai tingkat
pemanfaatan penuh. Namun demikian, secara umum perairan Selat Malaka masih dapat dikatakan potensial karena DPI potensialnya masih lebih banyak daripada
DPI yang kurang potensial. Kawasan DPI potensial berada di perairan yang jauh dari pantai, berjarak sekitar 30 mil dari pantai, sedangkan kawasan DPI yang
kurang potensial berada di perairan dekat pantai dan berjarak sekitar 6 mil dari pantai. Meskipun secara umum di perairan dekat pantai adalah kawasan DPI yang