1 Hasil Tangkapan 1.1 Jumlah hasil tangkapan

CPUE alat tangkap pada saat penelitian seperti yang terlihat pada Gambar 23 menunjukkan bahwa pukat ikan dan pukat cincin memiliki nilai CPUE yang tinggi, sedangkan pukat udang dan jaring insang memiliki nilai CPUE yang relatif lebih kecil. CPUE paling besar dimiliki oleh pukat ikan karena kapal yang mengoperasikan alat tangkap ini melaut selama 30 hari dan ukurannya kapalnya berkisar dari 30-200 GT. CPUE terbesar berikutnya dimiliki oleh pukat cincin karena kapal yang mengoperasikan alat tangkap ini melaut selama 12 hari dan ukuran kapalnya berkisar dari 30-200 GT. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Sumiono 2002 bahwa CPUE pukat ikan pada tahun 1997 sebesar 2.397,6 kghari, sedangkan CPUE pukat cincin pada tahun 1997 sebesar 1.831, 7 kghari Hariati, 2005. Pukat udang memiliki CPUE yang lebih kecil daripada pukat ikan dan pukat cincin karena walaupun lama melautnya adalah 22 hari, tetapi ukuran kapal yang digunakan hanya berkisar 5-30 GT, lebih kecil daripada pukat ikan dan pukat cincin. CPUE paling kecil dimiliki oleh jaring insang karena hanya melaut selama 1 hari one day fishing dan menggunakan kapal yang berukuran 5-30 GT. Alat tangkap yang memiliki nilai CPUE lebih tinggi daripada CPUE rata- rata 2005-2009 ada tiga, yaitu pukat cincin, pukat ikan dan jaring insang, sedangkan pukat udang memiliki nilai CPUE yang lebih kecil daripada CPUE rata-rata. Hal ini terjadi karena jumlah pukat cincin dan pukat ikan yang beroperasi di PPS Belawan cenderung mengalami kenaikan setiap tahunnya, sedangkan jaring insang cenderung turun jumlahnya setiap tahun, tetapi penurunan yang terjadi itu tidak sesignifikan yang terjadi pada alat tangkap pukat udang sehingga CPUE jaring insang masih lebih tinggi daripada CPUE rata-rata Lampiran 2.

6.2 Frekuensi Panjang Hasil Tangkapan

Gambar 24 menunjukkan bahwa ukuran ikan mata besar Priacanthus tayenus yang tertangkap pada saat penelitian cenderung bervariasi dan didominasi oleh ikan yang berukuran 15-16,9 cm. Hal ini diduga terjadi karena adanya perbedaan daerah penangkapan seperti yang ditunjukkan pada Lampiran 4. Gambar 25 menunjukkan bahwa ukuran ikan biji nangka Upeneus molluccensis yang tertangkap pada saat penelitian cenderung bervariasi dan didominasi oleh ikan yang berukuran 19- 19,9 cm. Hal ini diduga terjadi karena adanya perbedaan daerah penangkapan Lampiran 4. Gambar 26 menunjukkan bahwa ukuran ikan kuniran Upeneus tragula yang tertangkap pada saat penelitian cenderung bervariasi dan didominasi oleh ikan yang berukuran 14-14,9 cm. Hal ini diduga terjadi karena adanya perbedaan penangkapan Lampiran 4. Gambar 27 menunjukkan bahwa ukuran ikan tetengkek Megalaspis cordyla yang tertangkap pada saat penelitian cenderung bervariasi dan didominasi oleh ikan yang berukuran 33-34,4 cm. Hal ini diduga terjadi karena adanya perbedaan alat tangkap, daerah penangkapan dan lama melaut. Ikan ini ditangkap dengan alat tangkap pukat ikan yang melaut selama sekitar 30 hari dan pukat cincin yang melaut selama sekitar 12 hari. Daerah penangkapannya dapat dilihat pada Lampiran 4. Gambar 28 menunjukkan bahwa ukuran cumi-cumi Loligo spp yang tertangkap pada saat penelitian cenderung homogen yang terpusat pada ukuran panjang 14,9-15,0 cm. Hal ini diduga terjadi karena cumi-cumi ini tertangkap oleh satu jenis alat tangkap yakni pukat udang yang jumlahnya lebih dari satu. Alat tangkap ini dioperasikan dengan cara ditarik dari belakang kapal di daerah dasar perairan sehingga cumi-cumi yang tertangkap cenderung homogen, sekalipun daerah penangkapannya berbeda-beda Lampiran 4. Gambar 29 menunjukkan bahwa ukuran ikan kembung laki-laki Rastrelliger kanagurta yang tertangkap pada saat penelitian cenderung bervariasi dan didominasi oleh ikan yang berukuran 16,0-16,4 cm. Hal ini diduga terjadi karena adanya perbedaan daerah penangkapan Lampiran 4. Gambar 30 menunjukkan bahwa ukuran ikan gulamah Pennahia argentata yang tertangkap pada saat penelitian cenderung homogen yang terpusat pada ukuran panjang 17,0-17,9 cm. Hal ini diduga terjadi karena alat angkap yang menangkapnya hanya satu jenis yakni pukat udang. Alat tangkap ini dioperasikan dengan cara ditarik dari belakang kapal di daerah dasar perairan sehingga ikan gulamah yang tertangkap cenderung homogen, sekalipun daerah penangkapannya berbeda-beda Lampiran 4. Gambar 31 menunjukkan bahwa ukuran ikan beloso Saurida undosquamis yang tertangkap pada saat penelitian cenderung homogen yang terpusat pada ukuran panjang 23,0-23,3 cm. Hal ini diduga terjadi karena alat tangkap yang menangkapnya hanya satu jenis yakni pukat udang. Alat tangkap ini dioperasikan dengan cara ditarik dari belakang kapal di daerah dasar perairan sehingga ikan beloso yang tertangkap cenderung homogen, sekalipun daerah penangkapannya berbeda-beda Lampiran 4. Gambar 32 menunjukkan bahwa ikan peperek topang Leiognathus equulus yang tertangkap pada saat penelitian cenderung bervariasi dan didominasi oleh ikan yang berukuran 18,0-19,5 cm. Hal ini diduga terjadi karena adanya perbedaan daerah penangkapan ikan Lampiran 4. Gambar 33 menunjukkan bahwa ikan kembung perempuan Rastrelliger brachysoma yang tertangkap pada saat penelitian cenderung bervariasi dan terpusat pada dua ukuran panjang yang berbeda yakni 20,0-20,9 cm, dan 22,0- 22,9 cm. Hal ini diduga terjadi karena adanya perbedaan alat tangkap dan daerah penangkapannya. Ikan yang terpusat pada ukuran panjang 20,0-20,9 cm banyak tertangkap dengan menggunakan alat tangkap pukat cincin. Ikan yang terpusat pada ukuran panjang 22,0-22,9 cm banyak tertangkap dengan menggunakan alat tangkap jaring insang. Daerah penangkapannya masing-masing dapat dilihat pada Lampiran 4. Gambar 34 menunjukkan bahwa ikan selar hijau Atule mate yang tertangkap pada saat penelitian cenderung bervariasi dan terpusat pada dua ukuran panjang yang berbeda yakni 16,4-17,5 cm dan 18,2-18,7 cm. Hal ini diduga terjadi karena adanya perbedaan daerah penangkapannya. Ikan yang terpusat pada ukuran panjang 16,4-16,9 cm banyak tertangkap di daerah sekitar 3 o 49’17,04’’ LU – 4 o 12’51,48’’ LU; 99 o 29’13,92’’ BT – 99 o 33’4,68’’ BT. Ikan yang terpusat pada ukuran panjang 18,2-18,7 cm banyak tertangkap di daerah sekitar 4 o 4’17,04’’ LU – 5 o 8’34,44’’ LU; 98 o 25’46,2’’ BT – 99 o 15’46,08’’ BT. Gambar 35 menunjukkan bahwa ikan selar kuning Selaroides leptolepis yang tertangkap pada saat penelitian cenderung homogen pada ukuran panjang 15,0-15,2 cm. Hal ini diduga terjadi karena hanya ditangkap dengan menggunakan satu jenis alat tangkap yaitu pukat cincin. Alat tangkap ini dioperasikan dengan cara mengelilingi gerombolan ikan target di daerah kolom perairan yang cenderung homogen sehingga hasil tangkapannya juga cenderung homogen sekalipun daerah penangkapannya berbeda-beda Lampiran 4. Gambar 36 menunjukkan bahwa ikan layang Decapterus russelli yang tertangkap pada saat penelitian cenderung bervariasi dan didominasi oleh ikan yang berukuran 18,0-19,4 cm dan 19,5-19,9 cm. Hal ini diduga terjadi karena adanya perbedaan alat tangkap dan daerah penangkapannya. Ikan dengan ukuran ini banyak tertangkap dengan alat tangkap pukat cincin di sekitar daerah 3 o 4’12’’ LU – 5 o 53’34,08’’ LU; 98 o 8’27,6’’ BT – 99 o 50’24’’ BT. Gambar 37 menunjukkan bahwa ikan kurau Eleutheronema tetradactylum yang tertangkap pada saat penelitian cenderung homogen. Hal ini diduga terjadi karena alat tangkap yang menangkapnya hanya satu jenis, yakni jaring insang. Alat tangkap ini dioperasikan dengan cara membentangkannya di daerah kolom perairan selama 3 jam yang sifatnya pasif, kemudian setelah 3 jam diangkat dari perairan untuk mengumpulkan hasil tangkapannya. Gambar 38 menunjukkan bahwa ikan madidihang Thunnus albacares yang tertangkap pada saat penelitian cenderung bervariasi dan terpusat pada dua ukuran panjang yang berbeda, yakni 52,0-52,4 cm dan 54,5-54,9 cm. Hal ini diduga terjadi karena adanya perbedaan alat tangkap dan daerah penangkapannya. Ikan yang terpusat pada ukuran panjang 52,0-52,4 cm banyak tertangkap dengan alat tangkap pukat cincin di daerah sekitar 4 o 4’17,04’’ LU – 5 o 8’34,44’’ LU; 98 o 20’0,24’’ BT – 99 o 15’46,08’’ BT. Ikan yang terpusat pada ukuran panjang 54,5-54,9 cm banyak tertangkap dengan alat tangkap pukat ikan di sekitar daerah 3 o 4’12’’ LU – 5 o 53’34,08’’ LU; 98 o 8’27,6’’ BT – 99 o 50’24’’ BT. Ikan japuh Dussumieria acuta dan selanget Anodontostoma chacunda yang tertangkap pada saat penelitian cenderung homogen. Hal ini diduga terjadi karena alat tangkap yang menangkapnya hanya satu jenis, yakni jaring insang. Alat tangkap ini dioperasikan dengan cara membentangkannya di daerah kolom perairan selama 3 jam yang sifatnya pasif, kemudian setelah 3 jam diangkat dari perairan untuk mengumpulkan hasil tangkapannya.

6.3 Evaluasi Daerah Penangkapan Ikan

Gambar 24 menunjukkan bahwa ikan mata besar Priacanthus tayenus yang tertangkap pada saat penelitian didominasi oleh ikan yang berukuran besar, melebihi ukuran length of maturity-nya yang sebesar 14,19 cm Krajangdara dan Anchalee, 2000. Hal ini menunjukkan bahwa ikan ini termasuk ke dalam kategori layak tangkap dan daerah penangkapannya cukup potensial. Gambar 25 menunjukkan bahwa ikan biji nangka Upeneus molluccensis yang tertangkap pada saat penelitian didominasi oleh ikan yang berukuran besar, melebihi ukuran length of maturity-nya yang sebesar 14 cm www.fishbase.org. Hal ini menunjukkan bahwa ikan ini termasuk ke dalam kategori layak tangkap dan daerah penangkapannya cukup potensial. Gambar 26 menunjukkan bahwa ukuran ikan kuniran Upeneus tragula yang tertangkap pada saat penelitian didominasi oleh ikan yang berukuran besar, melebihi ukuran length of maturity-nya yang sebesar 11-12 cm Sabrah dan Azza, 2009. Hal ini menunjukkan bahwa ikan ini termasuk ke dalam kategori layak tangkap dan daerah penangkapannya cukup potensial. Gambar 27 menunjukkan bahwa ukuran ikan tetengkek Megalaspis cordyla yang tertangkap pada saat penelitian didominasi oleh ikan yang berukuran besar, melebihi ukuran length of maturity-nya yang sebesar 22 cm www.fishbase.org. Hal ini menunjukkan bahwa ikan ini termasuk ke dalam kategori layak tangkap dan daerah penangkapannya cukup potensial. Gambar 28 menunjukkan bahwa ukuran cumi-cumi Loligo spp yang tertangkap pada saat penelitian didominasi oleh cumi-cumi yang berukuran besar, melebihi ukuran length of maturity-nya yang sebesar 13,5-14,74 cm Amin et al, 2000. Hal ini menunjukkan bahwa cumi-cumi ini termasuk ke dalam kategori layak tangkap dan daerah penangkapannya cukup potensial. Gambar 29 menunjukkan bahwa ukuran ikan banyar Rastrelliger kanagurta yang tertangkap pada saat penelitian didominasi oleh ikan yang berukuran kecil, lebih kecil daripada ukuran length of maturity-nya yang sebesar 19,6 cm www.fishbase.org. Hal ini menunjukkan bahwa ikan ini termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap dan daerah penangkapannya kurang potensial. Gambar 30 menunjukkan bahwa ukuran ikan gulamah Pennahia argentata yang tertangkap pada saat penelitian didominasi oleh ikan yang berukuran besar, melebihi ukuran length of maturity-nya yang sebesar 14 cm www.fishbase.org. Hal ini menunjukkan bahwa ikan ini termasuk ke dalam kategori layak tangkap dan daerah penangkapannya cukup potensial. Gambar 31 menunjukkan bahwa ukuran ikan beloso Saurida undosquamus yang tertangkap pada saat penelitian didominasi oleh ikan yang berukuran besar, melebihi ukuran length of maturity-nya yang sebesar 19,8 cm www.fishbase.org. Hal ini menunjukkan bahwa ikan ini termasuk ke dalam kategori layak tangkap dan daerah penangkapannya cukup potensial. Gambar 32 menunjukkan bahwa ukuran ikan peperek topang Leiognathus equulus yang tertangkap pada saat penelitian didominasi oleh ikan yang berukuran besar, melebihi ukuran length of maturity-nya yang sebesar 10,7 cm www.fishbase.org. Hal ini menunjukkan bahwa ikan ini termasuk ke dalam kategori layak tangkap dan daerah penangkapannya cukup potensial. Gambar 33 menunjukkan bahwa ukuran ikan kembung perempuan Rastrelliger brachysoma yang tertangkap pada saat penelitian didominasi oleh ikan yang berukuran besar, melebihi ukuran length of maturity-nya yang sebesar 17 cm www.fishbase.org. Hal ini menunjukkan bahwa ikan ini termasuk ke dalam kategori layak tangkap dan daerah penangkapannya cukup potensial. Gambar 34 menunjukkan bahwa ukuran ikan selar hijau Atule mate yang besar maupun yang kecil yang tertangkap pada saat penelitian nilainya sama besar. Length of maturity-nya adalah 17 cm www.fishbase.org, sedangkan ukuran ikan yang nilainya lebih kecil maupun lebih besar dari length of maturity- nya memiliki persentase yang sama besar Tabel 10 sehingga daerah penangkapannya cukup potensial. Gambar 35 menunjukkan bahwa ukuran ikan selar kuning Selaroides leptolepis yang tertangkap pada saat penelitian didominasi oleh ikan yang berukuran besar, melebihi ukuran length of maturity-nya yang sebesar 10,1 cm www.fishbase.org. Hal ini menunjukkan bahwa ikan ini termasuk ke dalam kategori layak tangkap dan daerah penangkapannya cukup potensial. Gambar 36 menunjukkan bahwa ukuran ikan layang Decapterus russelli yang tertangkap pada saat penelitian didominasi oleh ikan yang berukuran besar, melebihi ukuran length of maturity-nya yang sebesar 14,7 cm www.fishbase.org. Hal ini menunjukkan bahwa ikan ini termasuk ke dalam kategori layak tangkap dan daerah penangkapannya cukup potensial. Gambar 37 menunjukkan bahwa ukuran ikan kurau Eleutheronema tetradactylum yang tertangkap pada saat penelitian didominasi oleh ikan yang berukuran kecil, lebih kecil daripada ukuran length of maturity-nya yang sebesar 29 cm www.fishbase.org. Hal ini menunjukkan bahwa ikan ini termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap dan daerah penangkapannya kurang potensial. Gambar 38 menunjukkan bahwa ukuran ikan madidihang Thunnus albacares yang tertangkap pada saat penelitian didominasi oleh ikan yang berukuran kecil, lebih kecil daripada ukuran length of maturity-nya yang sebesar 107,5 cm www.fishbase.org. Hal ini menunjukkan bahwa ikan ini termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap dan daerah penangkapannya kurang potensial. Ikan japuh Dussumieria acuta yang tertangkap pada saat penelitian didominasi oleh ikan yang berukuran kecil, lebih kecil daripada ukuran length of maturity-nya yang sebesar 14,2 cm www.fishbase.org. Hal ini menunjukkan bahwa ikan ini termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap dan daerah penangkapannya kurang potensial. Ikan selanget Anodontostoma chacunda yang tertangkap pada saat penelitian didominasi oleh ikan yang berukuran kecil, lebih kecil daripada ukuran length of maturity-nya yang sebesar 11,3 cm www.fishbase.org. Hal ini menunjukkan bahwa ikan ini termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap dan daerah penangkapannya kurang potensial. Gambar 39 menunjukkan penyebaran alat tangkap yang beroperasi di perairan lokasi penelitian. Jaring insang bersifat statis yang dioperasikan hanya pada satu tempat. Setelah jaring insang ini dipasang setting di lokasi penangkapan, alat tangkap ini akan ditinggalkan oleh nelayan sekitar 2-3 jam, setelah itu baru dilakukan pengangkatan jaring hauling. Alat tangkap ini dioperasikan di perairan sekitar pantai, sedangkan pukat ikan, pukat udang dan pukat cincin sifatnya dinamis, artinya dalam pengoperasiannya, alat tangkap ini menggunakan kapal yang bergerak mengikuti gerombolan ikan dan daerah pengoperasiannya adalah di perairan yang jauh dari pantai. Gambar 39 juga menunjukkan adanya persinggungan daerah penangkapan antara jaring insang yang sifatnya statis dengan pukat udang dan pukat ikan yang sifatnya dinamis, dimana seharusnya hal ini tidak boleh terjadi. Jaring insang yang sifatnya statis seringkali menjadi rusak karena ikut tersapu oleh pukat udang yang sifatnya dinamis saat melakukan operasi penangkapan di perairan yang sama dengan jaring insang tersebut dioperasikan. Hal ini seringkali menimbulkan konflik sesama nelayan seperti yang diungkapkan oleh Ana 2011. Hal ini juga bertentangan dengan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor Kep.60Men2001 tentang penataan penggunaan kapal perikanan di zona ekonomi eksklusif Indonesia, dimana disebutkan bahwa pukat udang dan pukat ikan dioperasikan di wilayah perairan zona ekonomi eksklusif Indonesia. Gambar 40 menunjukkan penyebaran daerah penangkapan potensial dan daerah penangkapan kurang potensial. Dari Gambar 40 terlihat bahwa DPI potensial berada di kawasan perairan yang jauh dari pantai, sedangkan DPI kurang potensial berada di kawasan perairan yang dekat dengan pantai. Hal ini terjadi karena di daerah yang dekat dengan pantai terlalu banyak alat tangkap yang beroperasi, sedangkan di perairan yang jauh dari pantai masih sedikit alat tangkap yang beroperasi seperti yang ditunjukkan Gambar 39, sehingga peluang terjadinya tangkap lebih overfishing di kawasan yang dekat dengan pantai akan lebih besar dibandingkan dengan kawasan perairan yang lebih jauh dari pantai. Hal ini sesuai dengan pernyataan Balai Penelitian Perikanan Laut 1983 yang menyatakan bahwa daerah perairan pantai atau selat-selat yang sempit dan padat nelayan seperti daerah Selat Malaka, pantai Utara Jawa, Selat Bali, Selat Makasar dan Selat Alas tergolong ke dalam daerah kritis yang telah mencapai tingkat pemanfaatan penuh. Namun demikian, secara umum perairan Selat Malaka masih dapat dikatakan potensial karena DPI potensialnya masih lebih banyak daripada DPI yang kurang potensial. Kawasan DPI potensial berada di perairan yang jauh dari pantai, berjarak sekitar 30 mil dari pantai, sedangkan kawasan DPI yang kurang potensial berada di perairan dekat pantai dan berjarak sekitar 6 mil dari pantai. Meskipun secara umum di perairan dekat pantai adalah kawasan DPI yang kurang potensial, tetapi di daerah ini juga terdapat beberapa DPI potensial untuk pukat ikan dan pukat cincin. Sebaliknya, walaupun secara umum di perairan yang jauh dari pantai adalah kawasan DPI potensial, tetapi di daerah ini juga terdapat beberapa DPI yang kurang potensial untuk pukat udang.

7.2 Saran

1 Untuk mengefisienkan operasi penangkapan ikan dengan pukat cincin, pukat ikan dan pukat udang sebaiknya dilakukan di perairan yang jauh dari pantai, sedangkan untuk jaring insang sebaiknya dioperasikan di perairan yang dekat dengan pantai. 2 Kegiatan operasi penangkapan ikan perlu dikontrol untuk mengurangi tertangkapnya ikan-ikan yang tidak layak tangkap secara biologis. ABSTRAK LEO CANDRA PADANG, C44070004. Studi Daerah Penangkapan Ikan di Selat Malaka Melalui Evaluasi Hasil Tangkapan yang Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan. Dibimbing oleh DOMU SIMBOLON dan JULIA EKA ASTARINI. Para pelaku usaha penangkapan umumnya beranggapan bahwa jumlah tangkapan yang banyak mengindikasikan daerah penangkapan ikan yang potensial. Namun demikian, para pemerhati lingkungan dan pakar biologi seringkali mengkritisi apakah tangkapan yang diperoleh nelayan termasuk dalam kategori layak tangkap secara biologi. Meskipun jumlah tangkapan banyak, tetapi jika ikan yang tertangkap didominasi oleh ikan yang belum layak tertangkap secara biologi, maka daerah penangkapan tersebut termasuk kategori tidak potensial. Selat Malaka merupakan salah satu daerah penangkapan ikan bagi nelayan yang berbasis di Pelabuhan Perikanan Samudera PPS Belawan dan kondisi daerah penangkapan ikan di perairan tersebut belum banyak diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan komposisi jumlah, jenis dan ukuran panjang ikan hasil tangkapan yang tertangkap di perairan Selat Malaka kemudian mengevaluasi kondisi daerah penangkapan ikan di Selat Malaka berdasarkan pendekatan komposisi hasil tangkapan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Hasil tangkapan selama penelitian terdiri dari 28 jenis ikan sebanyak 120.021 kg dengan jenis ikan yang paling banyak tertangkap ada 3 jenis, yakni tetengkek Megalaspis cordyla, layang Decapterus russelli dan selar hijau Atule mate. Komposisi jumlah, jenis dan ukuran panjang ikan yang tertangkap di perairan Selat Malaka relatif bervariasi. Daerah penangkapan ikan yang potensial di perairan Selat Malaka cenderung berada pada wilayah yang jauh dari pantai, sedangkan daerah penangkapan ikan yang termasuk ke dalam kategori kurang potensial cenderung berada di perairan dekat pantai. Kata kunci : daerah penangkapan ikan, komposisi hasil tangkapan, Selat Malaka ABSTRACT LEO CANDRA PADANG, C44070004. Fishing Ground Study in The Malacca Strait Through Evaluation of The Catches Landed in Belawan’s Ocean Fisheries Port. Guided by DOMU SIMBOLON and JULIA EKA ASTARINI. The entepreneurs generally thought that a lot of catches indicated potential fishing region. However, the environmentalists and biology experts scrutinise whether the catch is often obtained by fishing are included in the category are worth catching in biology. Although the catch a lot, but if the fish that are caught are dominated by fish that have not been worth caught in biology, then the region of the arrest is categorized not potential. The Malacca Strait is one of the fishing ground for the fishermen who is based in the Belawan’s Ocean Fisheries port and the condition of the fishing ground in the waters is not widely known yet. This research aims to determine the composition of the amount, type and size of the length of the fish that caught in the waters of the Malacca Strait and then evaluate the condition of the fishing ground in the Malacca Strait based approach to the compotition of the catches. The methods that used in this research is the survey method. The catch during the research consists of 28 kinds of fish as much as 120.021 kg with the type of fish that most caught there are 3 types, namely tetengkek Megalaspis cordyla, layang Decapterus russelli and selar hijau Atule mate. The composition of the amount, type and size of the fish caught in the waters of the Malacca Strait is relatively varied. The potential fishing ground in the waters of the Malacca Strait in the region tend to be away from the coast, while the fishing ground that belonging to the categories less potential tend to be in the waters near the coast. Keyword : fishing ground, the composition of the catches, the Malacca Strait