Metode Analisis Regresi Metode Wavelet

Niño Konvensional Niño3.4 dan El Niño Modoki EMI. Berdasarkan nilai threshold yang diperoleh dan plot data aSML rata-rata bulanan periode 1979–2010 dari fenomena tersebut, maka dapat diklasifikasikan tahun kejadian El Niño Modoki dan El Niño Konvensional. Selain itu, kajian ini juga menyertakan analisis komposit. Analisis komposit merupakan suatu teknik penarikan contoh kemungkinan berdasarkan kondisi rata-rata beberapa kejadian tertentu yang sama, pada kajian ini yaitu terhadap tahun-tahun kejadian El Niño Modoki kuat. Sehingga hasilnya dapat mewakili secara umum perkiraan waktu yang menunjukkan fase mulai terbentuk dan berakhirnya El Niño Modoki.

3.3.2 Metode Analisis Spasial Hovmoller

Analisis spasial adalah suatu metode yang menjadikan peta sebagai model yang mempersentasikan dunia nyata yang diwakilinya sebagai suatu media analisis. Analisis spasial berguna untuk mendapatkan hasil–hasil analisis yang memiliki atribut keruangan lintang – bujur dan waktu. Cara yang lebih baik untuk melihat data deret waktu sepanjang garis transek lintang atau bujur dikenal sebagai diagram Hovmoller Gambar 12, yang dibangun oleh Ernest Hovmoller 1949. Gambar 12 Diagram Hovmoller. NASA 2011 Diagram Hovmoller mempermudah dalam menafsirkan dari plot transek lintang atau bujur suatu wilayah seperti yang dijelaskan oleh Persson 2005. Semua data diambil sepanjang garis dalam ruang x–axis di–plot terhadap waktu sepanjang y–axis untuk memberikan diagram atau Gambar berdasar ruang–waktu. Diagram hovmoller pada Gambar 12 merupakan cara terbaik untuk memahami bagaimana variasi suhu muka laut pada lintang-bujur tertentu berubah terhadap waktu. Nilai piksel numeriknya mewakili data deret waktunya. Plot ini biasanya digunakan untuk mempelajari fenomena yang berubah terhadap waktu pada lintang tertentu atau bujur, tetapi belum ada alasan mengapa baris tidak bisa menjadi bentuk diagonal. Plot Hovmoller Gambar 12 digunakan secara luas dalam oseanografi dan meteorologi, misalnya untuk mempelajari bagaimana fitur seperti curah hujan spasial, pusaran siklon atau gelombang planet bergerak terhadap waktu. Cara terbaik untuk mengamati plot ini adalah dalam bentuk irisan vertikal melalui bidang kubus dari atas ke bawah suatu data aSML atau data curah hujan bulanan rata-rata. Pada kajian ini, data yang dipakai untuk analisis spasial Hovmoller adalah data curah hujan bulanan rata–rata satelit TRMM 3B43 sehingga diperoleh pola interaksi El Niño Modoki terhadap perilaku curah hujan monsunal secara umum di Indonesia. Pola interaksi yang dimaksud adalah pola perubahan penurunan curah hujan spasial wilayah kajian terhadap waktu pada saat tahun normal dibandingkan dengan tahun El Niño Modoki.

3.3.3 Metode Analisis Regresi

Istilah “regresi” diperkenalkan oleh Sir Francis Galton pertama kali pada tahun 1886. Menurut Ghozali 2005, analisis regresi mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih dan menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen terikat terhadap variabel independen bebas. Hasil analisis regresi berupa koefisien untuk masing-masing variabel independen. Koefisien determinasi R 2 merupakan suatu ukuran seberapa jauh kemampuan variabel bebas dalam menerangkan variasi variabel terikat. Koefisien korelasi R merupakan indeks atau bilangan yang digunakan untuk mengukur keeratan kuat, lemah, atau tidak ada hubungan antar variabel Hasan 2003. Analisis regresi pada kajian ini dilakukan untuk menganalisis kuat atau lemahnya hubungan antara aSML EMI berpengaruh terhadap anomali curah hujan monsunal di wilayah kajian. Selain itu, analisis regresi juga dilakukan pada data aSML Niño untuk melihat wilayah Niño bagian mana yang berhubungan kuat dengan aSML EMI. Hubungan tersebut ditentukan oleh nilai koefisien determinasi R 2 dan koefisien korelasi R dengan uji signifikansi pada selang kepercayaan 95. Selang kepercayaan merupakan suatu pembatasan untuk menentukan batas minimum dan maksimum suatu estimator. Metode ini memuat nilai-nilai estimator yang masih dianggap benar dalam tingkat kepercayaan tertentu confidence interval. Misalnya estimasi dari θ berupa selang kepercayaan 1- α100 dengan 1-α adalah koefisientaraf kepercayaan. α adalah taraf nyata atau tingkat signifikansi atau taraf kesalahan. Nilai α yang umum digunakan adalah 0.10; 0.05; 0.01. Dengan demikian, jika α = 0.10 maka akan menghasilkan 90 selang kepercayaan; jika α = 0.05 maka akan memiliki 95 selang kepercayaan; sedangkan α = 0.01 akan menghasilkan 99 selang kepercayaan Gall 2001. Tabel 2 Nilai Kritis Koefisien Korelasi Pearson Pearson dalam Nazir 1988 = N-2 N= number of pairs Level of significance for one- tailed test 0.05 0.025 0.01 0.005 Level of significance for two- tailed test 0.10 0.05 0.02 0.01 1 0.99 1.00 1.00 1.00 2 0.90 0.95 0.98 0.99 3 0.81 0.88 0.93 0.96 5 0.67 0.75 0.83 0.87 7 0.58 0.67 0.75 0.80 9 0.52 0.60 0.69 0.74 10 0.50 0.58 0.66 0.71 12 0.46 0.53 0.61 0.66 22 0.34 0.40 0.47 0.52 23 0.34 0.40 0.46 0.51 24 0.33 0.39 0.45 0.50 25 0.32 0.38 0.45 0.49 26 0.32 0.37 0.44 0.48 27 0.31 0.37 0.43 0.47 28 0.31 0.36 0.42 0.46 30 0.30 0.35 0.41 0.45 100 0.16 0.20 0.23 0.25 250 0.10 0.15 0.15 0.16 500 0.07 0.09 0.10 0.11 Nilai kritis pada Tabel 2 merupakan suatu perkiraan nilai minimum koefisien korelasi agar dapat dikategorikan signifikan secara statistik. Nilai kritis tersebut ditentukan berdasarkan jumlah pasangan data yang diuji dan batas selang kepercayaan yang digunakan. One-tailed digunakan pada koefisien korelasi yang bernilai positif atau negatif. Sedangkan two-tailed digunakan pada koefisien korelasi yang bernilai absolut.

3.3.4 Analisis Korelasi Silang