Waktu dan Tempat Penelitian

yang menghasilkan hujan terjadi dua kali, yang pada umumnya dapat dilihat pada pola curah hujan bulanan yang memiliki dua puncak. Dengan demikian maka iklim di daerah Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor global, faktor regional, dan faktor lokal Tabel 1. Menurut Aldrian dan Susanto 2003, efek kejadian El Niño pada curah hujan di Indonesia akan dimulai pada bulan April dan berakhir pada bulan Desember. Curah hujan wilayah bagian selatan Indonesia atau wilayah A merupakan daerah sensitif El Niño sementara curah hujan di wilayah C yang terletak di bagian timur Indonesia juga merupakan wilayah sensitif El Niño. Gambar 9 menjelaskan secara skematik mekanisme sirkulasi global seperti El Niño ikut mempengaruhi curah hujan Indonesia. Tabel 1 Faktor–faktor yang Mempengaruhi Cuaca dan Iklim Indonesia Faktor Global Faktor Regional Faktor Lokal Skala Besar Skala Sedang Skala Kecil Interannual Seasonal Intra Seasonal Pemanasan Global Monsoon Dingin Asia Topografi dan Geografi Daratan Monsoon Panas Asia Monsoon Dingin Australia Monsoon Panas Australia ENSO Seruak Laut Cina Selatan Orografi Seruak Pantai Barat Australia Angin Pasat Trade wind Sirkulasi Laut di Indonesia Angin Lokal Angin Darat dan Laut Osilasi Madden Julian ITCZ Interaksi harian Daratan dan Lautan Sirkulasi Global Walker– Hadley ARLINDO Siang dan Malam Sumber: Purwandani et al. 1998 Pada saat ini, kemungkinan memperoleh data curah hujan yang diperlukan dalam berbagai aplikasi ilmiah dapat diperoleh dari satelit meteorologi. Satelite meteorologi dapat menyediakan data hujan dengan sebaran yang lebih baik serta dengan penggabungan berbagai jenis satelite dan data dari pos pengamatan hujan dalam suatu model iklim akan lebih mampu meningkatkan keakuratan data yang dihasilkan oleh satelite meteorologi. Karena sebaran keberadaan pos penakar hujan tidak merata khususnya di daerah dengan topografi sulit, daerah tidak berpenghuni, dan di daerah sekitar lautan mengakibatkan berkurangnya tingkat keakuratannya dalam menampilkan sebaran pola spasial curah hujan As–Syakur 2010. Gambar 9 Skema faktor pengendali curah hujan wilayah Indonesia. BMKG 2011

III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Pemodelan Iklim Moklim Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional LAPAN Bandung dan Laboratorium Klimatologi Departemen Geofisika dan Meteorologi IPB selama bulan Maret–September 2011. 3.2 Alat dan Bahan Seperangkat Personal Computer dan perangkat lunak; Microsoft office, Matlab versi R2008a, SPSS versi 16, GrADS 2.0 adalah alat yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun data yang digunakan sebagai berikut: a. Data utama berupa data EMI dan curah hujan. ¾ Data El Niño Modoki Index EMI, berupa data deret waktu anomali suhu muka laut bulanan ⁰C hasil perhitungan tiga wilayah formulasi El Niño Modoki dengan periode waktu 1970–2010. Data EMI diperoleh dari website JAMSTEC Jepang: http:www.jamstec.go.jpfrcgcresearc hd1iodDATAemi.monthly.txt ¾ Data observasi curah hujan rata-rata bulanan mmbulan beberapa wilayah bertipe hujan monsun di Indonesia, yaitu Lampung Sumatera, Indramayu Jawa Barat, Makassar Sulawesi Selatan, Banjar Baru Kalimantan Selatan, dan Sumbawa Besar Nusa Tenggara Barat periode 1970–2000. Data pengamatan tersebut merupakan data stasiun meteorologiklimatologi setempat, bersumber dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika BMKG. ¾ Data curah hujan bulanan satelit TRMM 3B43 tahun 1998 – 2010, dapat diperoleh di website: ftp:disc2.nascom.nasa.govdataTRM MGridded3B43_V6 Data satelit TRMM 3B43 memiliki resolusi temporal bulanan dan resolusi spasial 0.25°x0.25° NASDA 2001. Cakupan pengamatan datanya adalah global, 50°N– 50°S dan 180°E–180°W, dan tersedia dari bulan Januari 1998 sampai sekarang. Namun dalam penelitian ini, data TRMM 3B43 yang digunakan dibatasi pada periode 1998–2010. Wilayah kajian yang dipilih adalah: ¾ Lampung Sumatera, ¾ Indramayu Jawa Barat, ¾ Makassar Sulawesi Selatan, ¾ Banjar Baru Kalimantan Selatan, ¾ Sumbawa Besar Nusa Tenggara Barat, Kelima wilayah yang dipilih dianggap mewakili daerah di Benua Maritim Indonesia BMI yang bertipe curah hujan monsunal. b. Data pendukung, berupa data aSML empat wilayah Niño. ¾ Data anomaly SML wilayah Niño periode 1970–2010, merupakan data anomali suhu permukan laut bulanan di sepanjang Samudera Pasifik tropis bagian timur dan tengah yang terdiri atas Niño1+2, Niño3, Niño4, Niño3.4 dan dapat diperoleh di website: http:www.cpc.ncep.noaa.govdataind icesSSToi.indices

3.3 Metode Penelitian