4
2.2 Persiapan Probiotik
Pada  penelitian  ini  bakteri  probiotik  yang  digunakan  adalah  bakteri  Vibrio SKT-b  yang  telah  diuji  dapat  menghambat  pertumbuhan  V.  harveyi  secara  in  vitro
dan  in vivo  serta telah diidentifikasi sebagai bakteri  Vibrio alginolyticus  Widanarni et  al.  2003.
Media  yang  digunakan  untuk  persiapan  probiotik  adalah  SWC  Sea Water  Complete.  Terlebih  dahulu  media  SWC  dan  PBS  Phosphate  Buffer
Saline  disiapkan  Lampiran  1.  Tahap  selanjutnya  yaitu  media  SWC  cair  steril sebanyak  25  mL  diinokulasikan  satu  ose  isolat  bakteri  Vibrio  SKT-b  yang
berumur  24  jam  yang  dilakukan  secara  aseptik.  Selanjutnya  hasil  inokulasi tersebut diinkubasi dalam waterbath shaker pada suhu 29-30
o
C dengan kecepatan 140  rpm  selama  24  jam.  Setelah  itu,  suspensi  bakteri  dipindahkan  ke  dalam
tabung corning 25 mL kemudian disentrifuse selama 10 menit dengan kecepatan 5.000  rpm  untuk  memisahkan  pellet  dengan  supernatan.  Padatan  sel  bakteri
pellet  yang  diperoleh  kemudian  dicuci  sebanyak  2  kali  dengan  larutan  PBS  25 mL,  dihomogenisasi  dengan  vortex  dan  disentrifuse  selama  10  menit  dengan
kecepatan  5.000  rpm  dan  supernatan  dibuang.  Setelah  itu,  ditambahkan  kembali larutan PBS sebanyak 10 mL dan dihomogenisasi dengan vortex. Hasil dari vortex
ini adalah probiotik yang akan dicampurkan ke dalam pakan.
2.3  Pengujian Prebiotik, Probiotik, dan Sinbiotik secara In Vivo 2.3.1 Persiapan Wadah
Wadah  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  adalah  15  akuarium  berukuran  60 cm  x  30  cm  x  35  cm.  Sebelum  digunakan,  akuarium  dicuci  terlebih  dahulu
menggunakan  deterjen  dan  dikeringkan.  Kemudian  akuarium  didesinfeksi menggunakan  kaporit  100  ppm  selama  24  jam.  Setelah  itu  dibilas  dengan  air
tawar hingga bersih dan diisi dengan air laut sebanyak 40 L pada masing-masing akuarium.  Air  laut  didesinfeksi  dengan  larutan  klorin  30  mgL  dan  diaerasi  kuat
selama  24  jam.  Kemudian  ditambahkan  sodium  tiosulfat  15  mgL  untuk menetralkan kandungan  klorin dan diaerasi kuat  selama minimal 4 jam.  Masing-
masing  akuarium  dilengkapi  dengan  shelter  sebagai  tempat  udang  berlindung ketika molting.
5
2.3.2  Persiapan Hewan Uji
Hewan  uji  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  adalah  udang  vaname stadia PL Post Larvae 38 yang berasal dari Labuan, Banten. Sebelum perlakuan,
benur dipelihara sampai memiliki bobot 2 gekor. Pemeliharaan udang dilakukan selama 30 hari untuk pengujian nilai sintasan dan respon imun dengan kepadatan
20 ekorakuarium atau 100 ekorm
2
.
2.3.3 Persiapan Pakan Uji
Pakan  yang  digunakan  selama  penelitian  ini  adalah  pelet  komersil  dengan kandungan  protein  40  dan  diberikan  sebanyak  4  kali  sehari.  Dosis  probiotik
yang digunakan sebesar 1 vw dari jumlah pakan yang akan diberikan Wang 2007.  Sedangkan  dosis  prebiotik  yang  digunakan  sebesar  2  vw  dari  jumlah
pakan  yang  akan  diberikan  Mahious  et  al.  2006.  Untuk  pembuatan  sinbiotik dilakukan  dengan  cara  mengkombinasikan  probiotik  dan  prebiotik  pada  pakan
yang akan diberikan dengan menambahkan kuning telur sebanyak 2 vw dari total  pakan  yang  berfungsi  sebagai  perekat  Wang  2007.  Sebelum  diberikan  ke
udang,  pakan  dikeringudarakan  terlebih  dahulu  selama  10-15  menit  untuk mengurangi kelembaban.
2.3.4  Persiapan Ko-infeksi Bakteri dan Virus
Uji tantang  yang dilakukan  dalam penelitian ini  adalah ko-infeksi  bakteri V.  harveyi  dan  IMNV.  Infeksi  V.  harveyi  dilakukan  dengan  metode  perendaman
imersi. Setelah itu udang diinfeksi IMNV dengan metode injeksi. Udang vaname positif  IMNV  didapatkan  dari  Balai  Pengembangan  Budidaya  Air  Payau
BPBAP  Situbondo,  Jawa  Timur.  Pembuatan  ekstrak  IMNV  yang  akan digunakan  untuk  injeksi  berdasarkan  prosedur  yang  dilakukan  Escobedo  et  al.
2006.  Adapun  prosedur  pembuatan  ekstrak  IMNV  yaitu  daging  udang  positif IMNV  dicacah  tanpa  hepatopankreas,  usus,  dan  karapas  dan  kemudian
dilarutkan dalam PBS  dengan perbandingan daging udang dan PBS adalah 1:10. Setelah  itu  disentrifuse  dengan  kecepatan  6.500  rpm  pada  suhu  4
o
C  selama  20 menit.  Supernatan  diambil  dan  dimasukkan  dalam  mikrotube  baru,  kemudian
disentrifuse  dengan  kecepatan  13.000  rpm  4
o
C  selama  20  menit.  Selanjutnya supernatan  diambil  dan  difilter  dengan  syringe  filter  0,45  µm.  Hasil  filter  itu
merupakan  stok  ekstrak  virus  IMNV  dan  disimpan  pada  suhu  -70
o
C.  Udang
6 diinjeksi  dengan  IMNV  pada  bagian  punggung  antara  segmen  3  dan  4  sebanyak
100 µL Tang et al. 2005. Setelah  itu  dilakukan  kultur  bakteri  V.  harveyi  yang  digunakan  untuk
infeksi  secara  imersi.  Kepadatan  bakteri  V.  harveyi  yang  digunakan  adalah  10
6
CFUmL dan imersi dilakukan selama 30 menit di dalam wadah terpisah yaitu 20 ekor  udang2  L  Widagdo  2011.  Pengamatan  dilakukan  selama  14  hari  setelah
dilakukan koinfeksi.
2.3.5  Pengujian Pakan Uji pada Udang Vaname
Pengujian  ini  terdiri  dari  5  perlakuan  dengan  3  kali  ulangan.  Rancangan perlakuan penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel  1  Rancangan  perlakuan  pemberian  prebiotik,  probiotik,  dan  sinbiotik dengan ko-infeksi V. harveyi dan IMNV.
Pemberian  pakan  dilakukan  empat  kali  dalam  sehari  pada  pukul  07.00, 11.00,  15.00,  dan  19.00  WIB.  Jumlah  pakan  yang  diberikan  didasarkan  pada
Feeding Rate FR menurut SNI 01-7246-2006  yaitu 15 menurun hingga 10. Pengelolaan  kualitas  air  dilakukan  dengan  penyiponan  dan  pergantian  air  setiap
pagi hari sebanyak 10 dari total volume akuarium. Pemeliharaan udang dengan perlakuan prebiotik, probiotik dan sinbiotik
dilakukan  selama  30  hari,  kemudian  dilakukan  uji  tantang  dengan  ko-infeksi  V. harveyi  dan  IMNV.  Kemudian  udang  ditempatkan  kembali  ke  dalam  akuarium
pemeliharaan.  Pemeliharaan  pasca  uji  tantang  dan  pengamatan  dilakukan  selama 14  hari.  Parameter  yang  diamati  selama  perlakuan  dan  pasca  uji  tantang  adalah
sintasan,  laju  pertumbuhan  harian  LPH,  rasio  konversi  pakan  FCR,  total hemosit,  diferensial  hemosit,  total  bakteri  dan  total  bakteri  SKT-b,  gejala  klinis,
dan kualitas air.
Perlakuan Keterangan
K + Pemberian pakan komersil tanpa penambahan prebiotik, probiotik, dan sinbiotik
dengan ko-infeksi  V. harveyi dan IMNV. K -
Pemberian pakan komersil tanpa penambahan prebiotik, probiotik, dan sinbiotik tanpa ko-infeksi  V. harveyi dan IMNV.
P1 Pemberian pakan komersil dengan penambahan prebiotik dengan ko-infeksi  V.
harveyi dan IMNV. P2
Pemberian pakan komersil dengan penambahan probiotik dengan ko-infeksi  V. harveyi dan IMNV.
P3 Pemberian  pakan  komersil  dengan  penambahan  sinbiotik  dengan  ko-infeksi    V.
harveyi dan IMNV.
7
2.4    Parameter Uji 2.4.1 Sintasan
Sintasan  atau  kelangsungan  hidup  merupakan  presentase  ikan  yang  hidup,
dengan rumus sebagai berikut Effendi 2004 :
Sintasan Keterangan :
Nt = jumlah individu pada akhir perlakuan hari ke-t
No = jumlah individu pada awal perlakuan hari ke-0
2.4.2    Laju Pertumbuhan Harian
Bobot  udang  diukur  setiap  10  hari  sekali  selama  pemeliharaan,  dan  laju pertumbuhan harian dihitung sebagai berikut Huisman, 1987:
100 1 x
Wo Wt
t LPH
x t
1
Keterangan : LPH  = Laju pertumbuhan harian
Wt = Bobot rata-rata pada akhir perlakuan g
Wo = Bobot rata-rata pada awal perlakuan g
t = Periode pemeliharaan hari
2.4.3    Rasio Konversi Pakan
Rasio konversi pakan  atau Feeding Conversi Ratio FCR selama pemeliharaan dihitung menggunakan rumus Zonneveld et al. 1991 :
Keterangan : FCR = Konversi pakan
F       = Jumlah pakan g Bt      = Biomassa udang pada saat akhir perlakuan g
Bm    = Biomassa udang yang mati saat perlakuan g Bo     = Biomassa udang pada saat awal perlakuan g
100 x
No Nt
8
2.4.4  Total Hemosit
Pengamatan  terhadap  total  hemosit  dilakukan  pada  akhir  perlakuan probiotik,  prebiotik  dan  sinbiotik  hari  ke-29  serta  pasca  ko-infeksi  V.  harveyi
dan  IMNV  hari  ke-44.  Penghitungan  total  hemosit  yaitu  dengan  cara haemolymph diambil sebanyak 0,1 mL  per ekor udang tiap ulangan dari pangkal
kaki  renang  pertama  dengan  menggunakan  syringe  1  mL  yang  sudah  berisi  0,3 mL  antikoagulan  Na-sitrat  3,8.  Kemudian  campuran  tersebut  dihomogenkan,
tetesan  pertama  dibuang  sedangkan  tetesan  selanjutnya  diteteskan  pada haemositometer dan diamati di bawah mikroskop.
2.4.5  Diferensial Hemosit
Pembuatan  preparasi  untuk  diferensial  hemosit  dilakukan  pada  akhir perlakuan probiotik, prebiotik dan sinbiotik hari ke-29 serta pasca ko-infeksi V.
harveyi  dan  IMNV  hari  ke-44.    Tahap  pertama  yaitu  haemolymph  yang  telah diambil  dari  udang  uji  diteteskan  pada  gelas  objek  dan  dibuat  ulasan,  kemudian
dikeringkan.  Setelah  itu  difiksasi  dengan  methanol  100  selama  5  menit  dan dikeringkan di udara kembali. Tahap selanjutnya yaitu preparat tersebut diwarnai
dengan larutan giemsa 10 selama 15 menit dan dikeringkan di udara. Kemudian dicuci  dalam
air  mengalir  selama  30  detik  dan  dibiarkan  kering.
Jumlah  hemosit dihitung  hingga  100  sel  dan  ditentukan  persentase  tiap  jenisnya  hialin  dan
granular. Persentase tiap jenis sel hemosit dihitung dengan rumus: jenis sel hemosit  =
x 100
2.4.6 Total Bakteri dan Total SKT-b Pengamatan total bakteri dilakukan pada akhir perlakuan pada hari ke-30
dan  pasca  uji  tantang  hari  ke-32  dan  hari  ke-45.  Perhitungan  total  bakteri  ini berdasarkan  jumlah  bakteri  dalam  usus  udang.  Usus  diambil  dan  ditimbang
bobotnya,  lalu  dimasukkan  ke  dalam  larutan  PBS  dengan  perbandingan  1:10. Setelah  itu  usus  digerus  sampai  homogen  dengan  larutan  PBS,  lalu  diambil
sebanyak 0,1 mL dan dilakukan pengenceran bertingkat sampai pengenceran 10
-7
. Kemudian  hasil  pengenceran  tersebut  dituang  dalam  cawan  petri  dengan  metode
agar  tuang  pada  media  SWC  dan  TCBS  yang  mengandung  rifampisin  50  µgml TCBS + Rf Widanarni et al. 2003 dan diinkubasi pada suhu ruang selama 24
9 jam. Pada media SWC semua bakteri akan tumbuh, sedangkan pada media TCBS
+ Rf hanya bakteri Vibrio SKT-b  yang akan tumbuh karena telah dibuat resisten terhadap antibiotik rifampisin Ayuzar 2008.
2.4.7  Gejala Klinis
Pengamatan  gejala  klinis  dilakukan  dengan  melihat  perubahan  atau kelainan  pada  anatomi  makro  udang.  Gejala  klinis  yang  diamati  ialah
terbentuknya  otot  berwarna  putih  pada  bagian  ruas  tubuh  udang,  dan  warna kemerahan  pada  bagian  ekor.  Pengamatan  gejala  klinis  ini  dilakukan  pada  awal
dan akhir uji tantang.
2.4.8 Kualitas Air
Kualitas air diukur pada awal dan akhir perlakuan prebiotik, probiotik, dan sinbiotik.  Pengamatan  kualitas  air  dilakukan  pada  air  stok  awal  dan  air  media
pemeliharaan masing-masing perlakuan. Parameter kualitas air yang diukur adalah suhu, pH, DO, salinitas, dan TAN.
2.5      Analisis Data
Penelitian  ini  menggunakan  rancangan  percobaan  berupa  Rancangan  Acak Lengkap  RAL.  Untuk  parameter  laju  pertumbuhan  harian  LPH,  rasio  konversi
pakan  FCR,  gambaran  darah  total  hemosit  dan  diferensial  hemosit,
dan  total bakteri
data  dianalisis  menggunakan  software  Mc.  Excel  2007  dan  SPSS  versi  17 serta  uji  lanjut  untuk  beda  nyata  menggunakan  uji  Duncan.  Sedangkan  untuk
parameter  sintasan  dan  total  bakteri  SKT-b,  data  diolah  menggunakan  software  Mc. Excel 2007 dan dibahas secara deskriptif.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil 3.1.1   Sintasan
Penghitungan  nilai  sintasan  dilakukan  pada  akhir  perlakuan  prebiotik, probiotik,  dan  sinbiotik  serta  pasca  uji  tantang  dengan  ko-infeksi  V.  harveyi  dan
IMNV.  Nilai  sintasan  pada  tahap  perlakuan  dan  pasca  uji  tantang  dapat  dilihat pada Gambar 1.
a                                                                 b
Keterangan : K + kontrol +, K - kontrol -,  P1 prebiotik, P2 probiotik, dan P3 sinbiotik
Gambar 1 Nilai sintasan udang vaname pada akhir perlakuan prebiotik, probiotik, dan  sinbiotik a; Nilai sintasan udang vaname pada pasca uji tantang
dengan ko-infeksi V. harveyi dan IMNV b. Berdasarkan  Gambar  1a,  pada  akhir  perlakuan  prebiotik,  probiotik,  dan
sinbiotik  menunjukkan  bahwa  nilai  sintasan  tertinggi  terdapat  pada  perlakuan probiotik  yaitu  88,33,  kemudian  perlakuan  sinbiotik  yaitu  85,00,  perlakuan
kontrol  dengan  81,67,  dan  sintasan  terendah  terdapat  pada  perlakuan  prebiotik yaitu  76,67.  Sedangkan  pada  pasca  uji  tantang  1b  perlakuan  probiotik
memiliki  nilai  sintasan  tertinggi  yaitu  79,17,  disusul  kemudian  perlakuan prebiotik  dan  K-  yaitu  75,00,  perlakuan  sinbiotik  yaitu  70,83,  dan  sintasan
terendah terdapat pada perlakuan K+ yaitu 50,00.
3.1.2 Laju Pertumbuhan Harian
Penghitungan  laju  pertumbuhan  harian  LPH  udang  vaname  pada penelitian  ini  dilakukan  setelah  30  hari  perlakuan  prebiotik,  probiotik,  dan
sinbiotik yang dapat dilihat pada Gambar 2.
81.67 76.67
88.33 85
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
K P1
P2 P3
Sintasan
50.00 75.00
75.00 79.17
70.83
20 40
60 80
100
K + K -
P1 P2
P3
Sin ta
sa n