2.3 PenggunaanPemanfaatan Merak Hijau Jawa
Merak hijau jawa banyak dimanfaatkan sebagai burung hias dan juga dimanfaatkan bulu hiasnya sebagai aksesoris reog ponorogo. Satu reog ponorogo
menggunakan sedikitnya 1.000 helai bulu merak jawa hijau. Satu ekor merak jawa hijau diketahui memiliki sekitar 150 helai bulu Hernowo, 2010, sehingga untuk
membuat satu reog ponorogo memerlukan sekitar 9-10 ekor merak hijau.
2.4. Penangkaran Merak Hijau Jawa
Di Indonesia, khususnya Pulau Jawa, terdapat beberapa penangkaran merak hijau jawa baik resmi maupun yang tidak resmi. Penangkaran yang resmi
adalah penangkaran yang telah terdaftar oleh pemerintah. Beberapa lokasi penangkaran resmi merak hijau jawa yaitu Taman Burung Taman Mini Indonesia
Indah TMII, Taman Margasatwa Ragunan, Taman Rekreasi Sengkaling Malang, Taman Satwa Taru Jurug TSTJ Solo, dan beberapa lokasi lainya.
2.5 Gangguan terhadap Merak Hijau Jawa
Populasi merak hijau terus berkurang, rusaknya habitat dan perburuan liar. Burung langka yang indah ini diburu untuk diambil bulunya ataupun
diperdagangkan sebagai binatang peliharaan. Untuk menghindari kepunahan burung langka ini dilindungi undang-undang. Di Pulau Jawa kini jumlah merak
hijau diperkirakan tidak lebih dari 800 ekor. Selain habitat dan perburuan liar, gangguan terhadap merak hijau jawa yaitu cuaca. Cuaca yang tidak pasti
berpengaruh terhadap telur-telur merak hijau jawa yang sedang dierami oleh induknya. Jika cuaca lebih sering hujan, maka telur-telur tersebut sulit untuk
menetas bahkan tidak bisa menetas karena suhu dan kelembabannya tidak sesuai.
BAB 3 KONDISI UMUM LOKASI PENGAMATAN
3.1 Taman Burung Taman Mini Indonesia Indah
Awalnya Taman Burung hanya memiliki satu kubah yang dibangun tahun 1975 dan diresmikan tanggal 19 Agustus 1976, namun kemudian dikembangkan
menjadi sembilan kubah dan diresmikan pada tanggal 27 April 1987. Taman Burung terletak di bagian belakang kawasan TMII berdekatan dengan Pusat
Peragaan IPTEK, menempati lahan seluas 6 hektar termasuk fasilitas umum berupa tempat parkir yang cukup luas dan rindang.
Koleksi ditempatkan dalam sangkar-sangkar raksasa kubah; kubah paling besar bergaristengah 68 meter dengan ketinggian 30 meter, sedang yang paling
kecil bergaristengah 20 meter dengan ketinggian 9 meter. Di setiap pinggir kubah dibuat sangkar-sangkar yang menyimpan koleksi, sehingga dapat dinikmati dari
dalam ataupun luar kubah. Sebuah museum yang menjadi pelengkap Taman Burung menyimpan riwayat berbagai jenis burung langka maupun yang sangat
terbatas penyebarannya. Penataan koleksi berdasar zoogeografi atau pola sebaran binatang. Koleksi
Taman dibagi menjadi dua belahan: barat dan timur, sesuai dengan Garis Wallace. Lingkungan vegetasinya pun mengikuti pola ini, di samping pemikiran
pilihan jenis-jenis yang berguna dalam menghasilkan buah-buahan, biji, dan pucuk yang menjadi pakan burung.
Taman Burung berfungsi juga sebagai loka-bina masyarakat perburungan, sehingga taman ini sering dijadikan ajang lomba burung, lomba bagi anak-anak
dan siswa untuk mengenal lebih dalam mengenai burung, serta tempat penelitian bagi para mahasiswa. Dari segi penangkaran dan pelestarian, taman ini telah
berhasil mengembangbiakkan lebih dari 100 jenis, di antaranya sekitar 30 jenis merupakan jenis-jenis yang dilindungi dan langka. Untuk menjaga kesehatan
hewan koleksi, taman dilengkapi sarana karantina sebagai tempat memisahkan burung-burung yang sakit untuk mendapatkan perawatan.
Koleksi burung yang ada di sini merupakan yang terlengkap di Indonesia, terdiri atas 312 jenis dengan jumlah mencapai ribuan ekor, baik yang berasal dari
Indonesia Bagian Barat maupun Indonesia Bagian Timur, di samping sebagian