Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan dan optimasi harga tiket taman margasatwa Ragunan Jakarta
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN DAN OPTIMASI HARGA TIKET TAMAN MARGASATWA RAGUNAN
JAKARTA
FACHRUNNISA
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
(2)
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kunjungan dan Optimasi Harga Tiket Taman Margasatwa Ragunan Jakarta adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Juni 2011
Fachrunnisa H44070020
(3)
RINGKASAN
Fachrunnisa. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kunjungan dan Optimasi Harga Tiket Taman Margasatwa Ragunan Jakarta.
Dibimbing Oleh AHYAR ISMAIL.
Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik wisatawan Taman Margasatwa Ragunan, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan Taman Margasatwa Ragunan, mengestimasi harga tiket optimum sesuai pengelolaan taman margasatwa yang mandiri dan harga tiket yang dapat direalisasikan oleh pengelola menuju pengelolaan yang mandiri. Pengambilan data lapang dilakukan pada Maret-April 2011 di Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan. Responden berjumlah 100 wisatawan domestik yang ditentukan dengan teknik accidental sampling. Data yang digunakan data primer menggunakan kuisioner dan data sekunder dari instansi terkait. Analisis data dengan regresi linear berganda. Hasil analisis karakteristik wisatawan TMR diperoleh sebagian besar adalah wanita, berumur antara 17-27 tahun, belum menikah, pendidikan terakhir SMU, pekerjaan pegawai swasta, penghasilan Rp 9.000.000,00-Rp 24.000.000,00/tahun, tidak memiliki tanggungan, dan daerah asal adalah Jakarta Selatan. Selain itu, sebagian besar biaya perjalanan wisatawan kurang dari atau sama dengan Rp 20.000,00/orang.
Model persamaan fungsi permintaan rekreasi ke TMR adalah Y = 6,663 – 0,2735F – 0,04159D – 0,2521B + 0,03583A – 2,1632J + 0,5056N.Penelitian ini menggunakan taraf uji 20%. Variabel yang berpengaruh nyata secara positif adalah umur (A) dan status pernikahan (N). Variabel jumlah tanggungan (F), jarak (D), waktu di lokasi (B), dan pekerjaan (J) berpengaruh nyata secara negatif.
Berdasarkan analisis laporan keuangan TMR diperoleh rata-rata subsidi dari Pemerintah Daerah untuk TMR selama tahun 2006-2010 adalah Rp 38.380.573.068,00 atau sebesar 66,65% dari total realisasi penerimaan rata-rata per tahun. Harga tiket optimum (tanpa disubsidi) adalah Rp 19.000,00 / orang, baik dewasa maupun anak-anak. Ada delapan alternatif skenario kenaikan harga tiket. Berdasarkan maksimum kesanggupan membayar wisatawan terbanyak, kenaikan harga tiket yang direkomendasikan untuk direalisasikan oleh pengelola adalah Rp 10.000,00 untuk dewasa, dan Rp 7.000,00 untuk anak-anak. Namun, harga tersebut baru mengurangi setengah dari subsidi mula-mula.
Kata kunci : Taman Margasatwa Ragunan, fungsi permintaan, harga tiket optimum, rekomendasi harga tiket.
(4)
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN DAN OPTIMASI HARGA TIKET TAMAN MARGASATWA RAGUNAN
JAKARTA
FACHRUNNISA H44070020
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
(5)
Judul Skripsi : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kunjungan dan Optimasi Harga Tiket Taman Margasatwa Ragunan Jakarta
Nama : Fachrunnisa NIM : H44070020
Disetujui Dosen Pembimbing,
Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr NIP. 19620604 199002 1 001
Diketahui
Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan,
Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT NIP.19660717 199203 1 003
(6)
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan terimakasih kepada ;
1. Kedua orangtua Bapak Susilo,S.E dan Alm.Ibu Yus Suhartini,S.Pd untuk segala dukungan dan harapan yang merupakan motivasi terbesar bagi saya. Saya yakin almarhumah selalu tersenyum di surga. Adik saya tercinta Muhammad Fachrein, serta keluarga besar untuk doa dan kasih sayangnya. 2. Bapak Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr sebagai Pembimbing Skripsi untuk
kesabaran, kebaikan, bimbingan, dan nasehatnya yang sangat berarti.
3. Ibu Meti Ekayani,S.Hut,M.Sc sebagai dosen penguji utama dan Bapak Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si sebagai dosen wakil Komisi Pendidikan untuk sarannya. 4. Pihak-pihak Taman Margasatwa Ragunan: Ibu Marsawitri Gumay, Bapak
Bambang, Ibu Titis, Ibu Berliana, Bapak Ramon, Bapak Putra, Mas Lanang, Bapak Khairul, Bapak Tohadi, Bapak Yudi, Ibu Nunung, Bapak Arif, Bang Arman, dan Mba Yani.
5. Dosen KSHE: Ibu Eva Rachmawati S.Hut, M.Si, Ibu Dr.Ir.Arzyana Sungkar,M.Sc, dan Bapak Dr.Ir.Burhanudin Masy’ud, MS atas diskusinya. 6. Sahabat penulis: Abdul Rahim, Chichi Rizky, Norita Vibriyanto, Putri Ayu,
Erin, Raisa, Fenny, Neina Febrianti, Atik Wuryani, Asih Ratnasih, Iffa, Maya Wulan, Choirunnisa, Laras Mutiara, Fiandra, Moko, dan Agung K. 7. Teman-teman ESL 44 dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu
(7)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan nikmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Tugas akhir ini berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kunjungan dan Optimasi Harga Tiket Taman Margasatwa Ragunan Jakarta”. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik wisatawan, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan, mengestimasi harga tiket optimum sesuai pengelolaan taman margasatwa yang mandiri, dan harga tiket yang dapat direalisasikan oleh pengelola menuju Taman Margasatwa Ragunan yang mandiri, serta memenuhi syarat tugas akhir.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya bagi pengelola Taman Margasatwa Ragunan guna membuat kebijakan harga tiket menuju pengelolaan yang mandiri sehingga mampu mengurangi subsidi dari pemerintah, bagi pemerintah dalam alokasi anggaran perencanaan pengembangan Taman Margasatwa Ragunan sebagai obyek wisata potensial, serta bagi masyarakat agar lebih memperhatikan manfaat dan kelestarian satwa bagi kesejahteraan manusia.
Bogor, Juni 2011
Fachrunnisa H44070020
(8)
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI ... i
RINGKASAN ... ii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...1
1.2 Perumusan Masalah ...6
1.3 Tujuan Penelitian ...7
1.4 Manfaat Penelitian ...7
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ...8
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata ...9
2.1.1 Permintaan Wisata ...10
2.1.2 Penawaran Wisata ...11
2.2 Konservasi Eksitu ...12
2.3 Kebun Binatang ...14
2.4 Taman Margastawa ...16
2.5 Badan Layanan Umum (BLU) ...17
2.6 Penelitian Terdahulu ...20
III. KERANGKA PEMIKIRAN ...23
IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ...27
4.2 Populasi dan Sampel ...27
4.3 Metode dan Prosedur Analisis ...28
4.3.1 Pengujian Hipotesis ...36
V. GAMBARAN UMUM 5.1 Sejarah Taman Margasatwa Ragunan ...41
5.2 Karakteristik Kawasan ...42
(9)
5.2.2 Iklim dan Jenis Tanah ...42
5.3 Visi dan Misi Taman Margasatwa Ragunan ...43
5.4 Sasaran Taman Margasatwa Ragunan ...44
5.5 Kedudukan Taman Margasatwa Ragunan ...44
5.6 Tugas Pokok dan Fungsi Taman Margasatwa Ragunan ...44
5.7 Sarana Prasarana dan Aksesibilitas ...46
5.8 Sumberdaya Alam dan Sumberdaya Manusia di TMR ...46
5.9 Jumlah Wisatawan Taman Margasatwa Ragunan ...49
5.10 Struktur Organisasi Taman Margasatwa Ragunan ...50
5.11 Karakteristik Responden Wisatawan Taman Margasatwa Ragunan ...51
5.11.1 Waktu Luang ...56
5.11.2 Motivasi Kunjungan ...57
5.11.3 Cara Kedatangan ...57
5.11.4 Jumlah Orang dalam Rombongan ...58
5.11.5 Biaya Perjalanan ...59
5.11.6 Frekuensi Kunjungan ...61
5.11.7 Lama Kunjungan ...62
5.11.8 Jarak Tempuh dan Waktu Tempuh ...63
5.11.9 Tempat Alternatif ...64
5.12 Persepsi Responden Wisatawan tentang Lokasi TMR ...65
VI. FUNGSI PERMINTAAN REKREASI DAN OPTIMASI HARGA TIKET 6.1 Fungsi Permintaan Rekreasi Taman Margasatwa Ragunan ...70
6.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Rekreasi ke Taman Margasatwa Ragunan ...73
6.2.1 Jumlah Tanggungan Keluarga (F) ...73
6.2.2 Jarak (D) ...74
6.2.3 Waktu di Lokasi (B) ...74
6.2.4 Umur (A) ...75
6.2.5 Pekerjaan (J) ...76
6.2.6 Status Pernikahan (N) ...78
6.3 Pola Keuangan Taman Margasatwa Ragunan Tahun 2006-2010 ...79
6.4 Estimasi Harga Tiket Optimum Sesuai Pengelolaan Taman Margasatwa Ragunan yang Mandiri ...82
(10)
6.5 Estimasi Harga Tiket yang Dapat Direalisasikan oleh Pengelola Taman
Margasatwa Ragunan ...86
VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan ...89
7.2 Saran ...90
DAFTAR PUSTAKA ...91
LAMPIRAN ...94
(11)
DAFTAR TABEL
Halaman 1. Perolehan Devisa dari Kunjungan Wisatawan Mancanegara Tahun2004-2009 1
2. Nama Kebun Binatang Milik Pemda beserta Keterangannya ...4
3. Matriks Keterkaitan Tujuan Penelitian, Jenis Data, Metode Pengambilan Data dan Metode Analisis Data ...30
4. Data Jumlah Pegawai Taman Margasatwa Ragunan ...47
5. Data Koleksi Satwa per 31 Desember 2010...48
6. Estimasi Data Satwa Hidup Liar di TMR per 31 Desember 2010 ...48
7. Jumlah Wisatawan TMR Tahun 2006-2010 ...49
8. Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Demografi ...51
9. Sebaran Responden Wisatawan TMR Menurut Waktu Luang ...57
10. Sebaran Responden Wisatawan TMR Menurut Tujuan Kunjungan ...57
11. Sebaran Responden Wisatawan TMR Menurut Cara Kedatangan ...58
12. Sebaran Responden Wisatawan TMR Menurut Jumlah Orang dalam Rombongan ...59
13. Sebaran Responden Wisatawan TMR Menurut Biaya Perjalanan ...60
14. Rincian Biaya Perjalanan per Responden Wisatawan TMR ...61
15. Sebaran Responden Wisatawan TMR Menurut Frekuensi Kunjungan ...62
16. Sebaran Responden Wisatawan TMR Menurut Lama Kunjungan ...63
17. Sebaran Responden Wisatawan TMR Menurut Jarak Tempuh ...63
18. Sebaran Responden Wisatawan TMR Menurut Waktu Tempuh ...64
19. Sebaran Responden Wisatawan TMR Menurut Alternatif Rekreasi ...65
20. Deskripsi Penilaian Responden terhadap Pelayanan Taman Margasatwa Ragunan ...66
21. Deskripsi Penilaian Responden terhadap Kualitas Lingkungan Taman Margasatwa Ragunan ...69
22. Hasil Regresi Fungsi Permintaan Rekreasi Taman Margasatwa Ragunan ...72
23. Anggaran, Realisasi Pengeluaran, Realisasi Penerimaan, Retribusi, Subsidi, dan Selisih Realisasi dari Anggaran Taman Margasatwa Ragunan Tahun 2006-2010 ...80
24. Penerimaan Rata-rata TMR dari Tiket Masuk Tahun 2006-2010 ...82
25. Skenario Kenaikan Harga Tiket Taman Margasatwa Ragunan Bebas Subsidi 100% dengan Acuan Rata-rata Anggaran Pengeluaran yang Seharusnya Tahun 2006-2010 ...83 26. Skenario Kenaikan Harga Tiket TMR Bebas Subsidi 100% dengan
(12)
Acuan Rata-rata Pengeluaran Tahun 2006-2010 ...84
27. Jumlah Wisatawan Rata-rata Tahun 2006-2010 Berdasarkan Kategori Tiket Masuk ...85
28. Sebaran Responden Wisatawan Menurut Kesanggupan Membayar Tiket Masuk Seharga X Rupiah ...85
29. Alternatif-alternatif Skenario Kenaikan Harga Tiket ...86
30. Skenario Kenaikan Harga Tiket 8 ...87
31. Rincian Harga Tiket yang Dapat Direalisasikan oleh Pengelola TMR ...88
(13)
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1. Alur Kerangka Pemikiran ...26 2. Grafik Jumlah Wisatawan TMR per Bulan di Tahun 2010 ...48
(14)
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Deskripsi Statistik Variabel Fungsi Permintaan TMR Tahun 2011 ...95
2. Hasil Analisis Regresi Model Permintaan Wisata TMR Tahun 2011 ...96
3. Hasil Uji Homoskedastisitas Model Permintaan Wisata TMR ...97
4. Hasil Uji Normalitas Model Permintaan Wisata TMR ...98
5. Skenario Kenaikan Harga Tiket ...99
6. Peraturan Daerah (Perda) DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2006 tentang Retribusi Daerah dalam Rombongan ...102
7. Bagan Susunan Organisasi Unit Pengelola Taman Margasatwa Ragunan ...103
8. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian di Taman Margasatwa Ragunan 104 9. Kuisioner ...105
(15)
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Pariwisata telah menjadi bagian penting dari kebutuhan dasar masyarakat negara maju dan sebagian kecil masyarakat negara berkembang. Pariwisata semakin berkembang sejalan perubahan-perubahan sosial, budaya, ekonomi, teknologi, dan politik. Sebagai suatu aktivitas manusia, pariwisata adalah fenomena pergerakan manusia, barang, dan jasa yang sangat kompleks. Ia terkait erat dengan organisasi, hubungan-hubungan kelembagaan dan individu, kebutuhan layanan, dan sebagainya (Damanik dan Weber, 2006).
Sumber devisa negara Indonesia dari sektor pariwisata cukup besar. Tabel 1 di bawah ini menunjukkan penerimaan devisa negara dari kunjungan wisatawan mancanegara dari tahun 2004 sampai 2009.
Tabel 1. Perolehan Devisa dari Kunjungan Wisatawan Mancanegara Tahun 2004-2009
Tahun Wisatawan Mancanegara
Perolehan Devisa (Juta US$)
Cadangan Devisa (Juta US$)
Persentase dari Cadangan Devisa
(%)
2004 5.321.165 4.797,88 36.320,48 13,21
2005 5.002.101 4.521,89 34.723,69 13,02
2006 4.871.351 4.447,98 42.586,33 10,44
2007 5.505.759 5.345,98 56.920,13 9,39
2008 6.429.027 7.377,39 51.639,31 14,29
2009 6.452.259 6.302,50 66.104 9,53
Sumber : Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, 2010
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta No. 20/06/31/Th. XII, 1 Juni 2010, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke DKI Jakarta pada bulan April 2010 mencapai 179.343 kunjungan,
(16)
mengalami penurunan sebesar 5,22% dibandingkan kunjungan wisman bulan Maret 2010 yang berjumlah 189.222 kunjungan. Namun jika dibandingkan dengan kunjungan wisman bulan yang sama tahun 2009, jumlah kunjungan wisman bulan April 2010 lebih tinggi 75,60%.
Wisatawan hanya akan berkunjung ke tempat tertentu jika di tempat tersebut terdapat kondisi yang sesuai dengan motif wisata. Kondisi yang sesuai dengan motif wisata itu akan menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk mengunjungi tempat-tempat tersebut. Orang yang mengadakan perjalanan diasumsikan pasti mempunyai alasan atau motif untuk mengadakan perjalanan. (Soekadijo, 2000).
Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki sumberdaya fauna yang sangat beragam. Setiap pulau di Indonesia memiliki keanekaragaman satwa yang bebeda-beda. Kekayaan sumberdaya hayati fauna yang dimiliki bangsa Indonesia hendaknya dilestarikan dan dikembangkan menjadi sumber ekonomi yang tangguh untuk pembangunan nasional. Indonesia sebagai negara berkembang juga telah berupaya untuk mencegah punahnya keanekaragaman hayati, diantaranya dengan melakukan upaya konservasi insitu seperti adanya hutan lindung, cagar alam, suaka margasatwa, dan taman nasional. Upaya konservasi lainnya yaitu secara eksitu, seperti taman safari, taman burung, kebun botani, dan kebun binatang.
Berdasarkan IndonesianBiodiversity Strategy and Action Plan 2003-2020, konservasi eksitu dilakukan untuk pelestarian spesies di luar habitat alaminya, biasanya di kebun binatang, kebun raya, serta arboreta. Indonesia memiliki 4 kebun raya (dikelola oleh LIPI), 21 kebun binatang, 2 taman safari, 17 kebun
(17)
botani, 14 taman hutan raya, 36 penangkaran satwa, 3 taman burung, 4 lokasi rehabilitasi orangutan, dan 6 pusat pelatihan gajah. Semuanya ini merupakan upaya pelestarian keanekaragaman spesies dan genetis.
Berdasarkan tujuan kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah DKI Jakarta, pertumbuhan ekonomi sampai dengan tahun 2030 adalah sekitar 7% sampai dengan 8% per tahun, dengan basis ekonomi Kota Jakarta melalui sektor perdagangan, jasa, industri kreatif, industri teknologi tinggi dan non pencemar, serta pariwisata. Di dalam masterplan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kota DKI Jakarta 2030 semua kebutuhan masyarakat ini telah dijabarkan melalui pembagian wilayah sesuai kegunaaannya. Pembangunan Provinsi DKI Jakarta diarahkan menuju visi mewujudkan Jakarta sebagai kota jasa yang sejahtera, nyaman, dan berkelanjutan melalui salah satu misinya yaitu menyerasikan kehidupan perkotaan dengan lingkungan hidup. Lingkungan hidup mencerminkan adanya interaksi antara manusia dengan makhluk hidup lainnya seperti tumbuhan dan satwa.
Sebagai kota yang telah berkembang menjadi pusat berbagai macam kegiatan, maka sudah sewajarnya Kota Jakarta melengkapi dirinya dengan tempat rekreasi guna memenuhi kebutuhan masyarakat akan hiburan. Salah satu tempat hiburan berbentuk taman rekreasi yang ada di Kota Jakarta adalah taman margasatwa, yaitu bentuk yang lebih modern dari kebun binatang.
Status kepemilikan kebun binatang di Indonesia terdiri dari milik Pemerintah Daerah (Pemda), swasta, yayasan, serta kerjasama (Pemda dan swasta). Kebun binatang milik non pemerintah relatif lebih baik dalam hal pengelolaannya dan lebih mahal harga tiket masuknya. Kebun binatang yang
(18)
dikelola oleh swasta antara lain, Taman Safari Indonesia oleh PT. Taman Safari Indonesia, Gelanggang Samudra oleh PT. Pembangunan Jaya Ancol, dan Bali Zoo oleh CV. Bali Harmoni. Kebun binatang yang dikelola oleh yayasan antara lain, Taman Burung TMII oleh Yayasan Harapan Kita, Kebun Binatang Tamansari Bandung oleh Yayasan Tamansari, Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta oleh Yayasan Gembira Loka, sedangkan kerjasama (Pemda dan swasta) adalah Taman Hewan Pematangsiantar, Sumatera Utara.
Terdapat 42 kebun binatang di Indonesia yang tergabung dalam anggota Persatuan Kebun Binatang Se Indonesia. Enam diantaranya dimiliki oleh Pemerintah Daerah, selebihnya oleh swasta, yayasan, serta kerjasama (Pemda dan swasta). Koleksi, luas area, dan harga tiket masuk kebun binatang milik Pemda masing-masing dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Nama Kebun Binatang milik Pemda beserta Keterangannya
No Nama Kebun Binatang Koleksi (ekor) Luas (ha) Status
Kepemilikan Harga Tiket
1 Taman Marga Satwa dan Budaya
”Kinantan” Bukittinggi
204 7 Pemda Bukittinggi
Anak Rp 5000, dewasa Rp 8000
2 Taman Satwa Bengkulu
83 2,5 Pemda
(Dinas Pertanian dan Peternakan)
Rp 6000
3 Taman Satwa Jurang Kencono Kendal, Jawa Tengah
58 3 Pemerintah Daerah (Dinas Pariwisata)
Rp 7500
4 Taman Rekreasi Margasatwa
Serulingmas, Banjarnegara, Jawa Tengah
45 5,5 Pemda (Dinas Pariwisata)
Libur Rp 5000, biasa Rp 3500
5 Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan
3.200 140 Pemda DKI Jakarta (Dinas Kelautan dan Pertanian)
Anak Rp 3000, dewasa Rp 4000
6 Taman Margasatwa Semarang
278 65 Pemda Semarang Libur Rp 7500 biasa Rp 5000 Sumber : Perhimpunan Kebun Binatang Se Indonesia, 2007
(19)
Tabel 2 tersebut menunjukkan bahwa Taman Margasatwa Ragunan yang terletak di wilayah Kelurahan Ragunan, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan adalah kebun binatang yang memiliki koleksi satwa terbanyak (3.200 ekor), area terluas (140 ha), namun harga tiketnya relatif lebih murah bila dibandingkan dengan kebun binatang lainnya. Selain itu, dari Tabel 2 juga diketahui bahwa status kepemilikan TMR di bawah Pemerintah Daerah DKI Jakarta dan secara teknis melalui Dinas Kelautan dan Pertanian.
Pelayanan masuk tempat rekreasi TMR berdasarkan Peraturan Daerah Khusus Ibukota Jakarta No.1 Tahun 2006 dan instruksi Gubernur Propinsi DKIJ No. 44 tahun 2006 tentang retribusi daerah: tiket dewasa Rp 4.000,00, tiket anak (3-12 tahun) Rp 3.000,00, asuransi per orang Rp 500,00, parkir motor Rp 2.500,00, parkir bus/truk Rp 10.000,00, parkir mobil Rp 5.000,00, dengan asuransi sebesar Rp 500,00 per kendaraan, serta terdapat retribusi untuk berbagai sarana wisata, pedagang, dan shooting film.
TMR yang berstatus milik Pemda dan berbentuk BLUD (Badan Layanan Umum Daerah) memiliki dilema dalam hal pendanaan. Dasar hukum penetapan BLUD tersebut adalah Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 323/2010 tentang Penetapan Unit Pengelola Taman Margasatwa Ragunan sebagai Unit Kerja Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta yang Menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD). Keputusan Gubernur tersebut ditetapkan pada tanggal 23 Februari 2010. Satu sisi TMR harus melaksanakan kewajiban usaha konservasi eksitu dengan mengutamakan kesejahteraan satwa, namun di satu sisi pemerintah juga harus
(20)
menjadi fasilitator layanan publik dalam hal penetapan harga tiket yang terjangkau atau sesuai dengan ekonomi masyarakat.
1.2 Perumusan Masalah
Perkembangan usaha wisata dapat dihadirkan lewat keindahan dan keunikan satwa sehingga dapat menjadi obyek hiburan. Keindahan dan keunikan satwa ini dapat ditampilkan lewat berbagai tempat penangkaran dan pemeliharaan satwa yang memiliki nilai estetika sebagai obyek hiburan yang dapat menarik wisatawan dari dalam maupun luar negeri dan dapat menunjang kepariwisataan Indonesia.
Konservasi eksitu atau yang lebih dikenal dengan pelestarian spesies/jenis di luar habitat alaminya memang memberikan manfaat dalam membantu perlindungan jenis, tetapi ada beberapa keterbatasan atau kekurangan jika dibandingkan konservasi insitu. Salah satu keterbatasan konservasi eksitu adalah memerlukan biaya yang sangat besar untuk menjaga keberlanjutannya.
Keberlanjutan suatu proses pengelolaan satwa liar secara eksitu seperti kebun binatang memang tidak terlepas dari permasalahan dana. Dana yang dikeluarkan untuk kegiatan pengelolaan ini sangat tidak sedikit. Misalnya saja untuk pakan satwa, kebersihan, medis, gaji/upah pegawai dan sebagainya.
Saat ini sumber penerimaan TMR yang utama dan terbesar berasal dari dana APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah), namun bila hanya mengandalkan dana APBD tidak akan menutupi biaya pengelolaan, sehingga bentuk TMR sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) diarahkan mampu mandiri secara finansial kedepannya. Penerimaan kedua adalah dari tiket masuk, sedangkan penerimaan lainnya adalah dari pihak ketiga. Dana pihak ketiga
(21)
sifatnya tidak pasti bila dibandingkan dengan penerimaan dari tiket masuk. Harga tiket masuk TMR saat ini dinilai tidak relevan dengan biaya pengelolaannya yang sangat besar sehingga sampai saat ini pemerintah masih memberikan subsidi yang cukup besar untuk TMR.
Berdasarkan uraian tersebut maka timbul pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana karakteristik wisatawan yang berkunjung ke TMR ?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan ke TMR? 3. Berapa harga tiket optimum sesuai pengelolaan taman margasatwa yang
mandiri ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan antara lain :
1. Mengidentifikasi karakteristik wisatawan yang berkunjung ke TMR
2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan ke TMR
3. Mengestimasi harga tiket optimum sesuai pengelolaan taman margasatwa yang mandiri
4. Merekomendasikan harga tiket yang dapat direalisasikan oleh pengelola TMR
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Pihak pengelola untuk membuat kebijakan pengelolaan TMR dalam menentukan harga tiket menuju pengelolaan yang mandiri sehingga mampu mengurangi subsidi dari pemerintah
(22)
2. Pemerintah DKI Jakarta dalam alokasi anggaran perencanaan pembangunan dan pengembangan TMR sebagai objek wisata yang potensial
3. Masyarakat umum untuk lebih memperhatikan manfaat dan kelestarian satwa bagi kesejahteraan manusia
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah :
1. Penelitian dilakukan hanya pada kawasan TMR dan tidak membandingkan dengan obyek wisata lain di Provinsi DKI Jakarta
2. Responden yang diambil berumur minimal 17 tahun, tingkat penghasilan yang digunakan bagi pelajar/mahasiswa merupakan jumlah uang (dalam bentuk uang saku, pemberian, beasiswa, hadiah) yang diterima dalam satu tahun. Tanggungan keluarga atas biaya perjalanan yang dikeluarkan diperoleh dari Kepala Keluarga
(23)
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pariwisata adalah segala hal yg berhubungan dengan perjalanan untuk rekreasi; pelancongan; turisme. Berpariwisata berarti melancong; bertamasya. Pariwisata adalah industri gaya baru yang mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal kesempatan kerja, penghasilan, taraf hidup, dan dalam mengaktifkan sektor produksi lain di dalam negara penerima wisatawan. Pariwisata juga merupakan sektor yang kompleks, meliputi industri-industri dalam arti yang klasik, seperti misalnya industri kerajinan tangan dan industri cenderamata. Penginapan dan transportasi secara ekonomi juga dipandang sebagai industri (Wahab, 1992).
Selanjutnya Wahab (1992) menjelaskan pariwisata sebagai suatu gejala yang terwujud dalam beberapa bentuk. Pertama, menurut jumlah orang yang bepergian, terdiri dari pariwisata individu dan pariwisata rombongan. Kedua, menurut maksud bepergian, terdiri dari pariwisata rekreasi atau pariwisata santai, pariwisata budaya, pariwisata pulih sehat, pariwisata sport, dan pariwisata temu wicara. Ketiga, menurut alat transportasi, terdiri dari pariwisata darat, tirta, dan dirgantara. Keempat, menurut letak geografis, terdiri dari pariwisata domestik nasional, pariwisata regional, dan pariwisata internasional. Kelima, menurut umur, terdiri dari pariwisata remaja dan dewasa. Keenam, menurut jenis kelamin terdiri dari pariwisata pria dan wanita. Ketujuh, menurut tingkat harga dan tingkat sosial terdiri dari pariwisata taraf lux, menengah, dan jelata.
Menurut Wardiyanta (2006), pengembangan pariwisata di suatu tempat dapat menimbulkan implikasi yang beragam, mulai dari yang positif, yakni
(24)
menguntungkan sampai yang negatif, yakni merugikan. Hal ini dapat menjadi sumber permasalahan penelitian pariwisata yang potensial. Oleh karena keberadaannya memiliki banyak dimensi, maka untuk dapat memahaminya secara menyeluruh dapat menggunakan berbagai pendekatan ilmu, antara lain manajemen, sosiologi, sejarah, politik, antropologi, psikologi, lingkungan, hukum, dan lain-lain. Terdapat sepuluh pendekatan yang digunakan dalam penelitian pariwisata, yaitu pendekatan institusional, pendekatan produk, pendekatan historis, pendekatan manajerial, pendekatan ekonomis, pendekatan sosiologis, pendekatan hukum, pendekatan geografis, pendekatan budaya, dan pendekatan interdisipliner.
2.1.1 Permintaan Wisata
Unsur-unsur penting dalam permintaan wisata menurut Damanik dan Weber (2006) adalah wisatawan dan penduduk lokal yang menggunakan sumberdaya (produk dan jasa) wisata. Basis utamanya adalah ketersediaan waktu dan uang pada kelompok tersebut. Waktu luang, uang, sarana dan prasarana merupakan permintaan potensial wisata. Permintaan potensial ini harus ditransformasikan menjadi permintaan riil, yakni pengambilan keputusan wisata. Pengambilan keputusan berlangsung secara bertahap, mulai dari tahap munculnya kebutuhan, kesediaan untuk berwisata, sampai keputusan itu sendiri. Masing-masing fase ini mempunyai kegiatan yang spesifik. Faktor kepribadian, daya tarik ODTW (Obyek dan Daya Tarik Wisata), ketersediaan sumberdaya, jarak dan kondisi lingkungan wisata, semuanya ikut menentukan keputusan tersebut. Namun, terkadang dalam beberapa kasus diketahui bahwa keputusan wisatawan untuk berwisata kerap kali tidak terpengaruh oleh jarak obyek wisata dengan tempat tinggal (Ross, 1994).
(25)
2.1.2 Penawaran Wisata
Elemen penawaran wisata sering disebut sebagai triple A’s yang terdiri dari atraksi, aksesibilitas, dan amenitas. Secara singkat atraksi dapat diartikan sebagai objek wisata (baik yang bersifat tangible maupun intangible) yang memberikan kenikmatan kepada wisatawan. Atraksi dapat dibagi menjadi tiga, yakni alam, budaya, dan buatan. Atraksi alam meliputi pemandangan alam, udara sejuk dan bersih, hutan perawan, sungai, gua, dan lain-lain. Singkatnya, pemandangan alam, kekayaan flora dan fauna. Atraksi budaya meliputi peninggalan sejarah seperti candi dan adat-istiadat masyarakat. Adapun atraksi buatan dapat dimisalkan Kebun Raya Bogor, Taman Safari, Taman Margasatwa Ragunan, Taman Impian Jaya Ancol, Disneyland, dan sebagainya. Unsur lain yang melekat dalam atraksi ini adalah hospitally, yakni jasa akomodasi atau penginapan, restoran, biro perjalanan, dan sebagainya (Damanik dan Weber, 2006).
Aksesibilitas mencakup keseluruhan infrastruktur transportasi yang menghubungkan wisatawan dari, ke, dan selama di daerah tujuan wisata (Inskeep, 1994) dalam (Damanik dan Weber, 2006). Lebih lanjut Damanik dan Weber menjelaskan bahwa amenitas adalah infrastruktur yang sebenarnya tidak langsung terkait dengan pariwisata tetapi sering menjadi bagian dari kebutuhan wisatawan seperti bank, penukaran uang, telekomunikasi, usaha persewaan (rental), penerbit dan penjual buku panduan wisata, seni pertunjukan (teater, bioskop, pub, dan lain-lain) dapat digolongkan ke dalam bagian ini.
Pariwisata rekreasi adalah pariwisata yang maksud kepergiannya untuk memulihkan kemampuan fisik dan mental setiap peserta wisata dan memberikan
(26)
kesempatan rileks bagi mereka dari kebosanan dan keletihan kerja selama di tempat rekreasi (Wahab, 1992). Pariwisata rekreasi lebih ke arah mencari hiburan.
Soekadijo (2000) menjelaskan bahwa untuk menjalani hidupnya menurut alam, manusia dibekali dengan kemampuan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya, yang dapat diklasifikasikan menjadi kebutuhan fisik, psikis, dan sosial. Kebutuhan fisik itu antara lain makan, dan minum, beristirahat, kesehatan, mandi, dan sebagainya. Diantara kebutuhan psikis dapat disebut hasrat ingin tahu, hasrat untuk menyelidiki, kebosanan yang menimbulkan keinginan untuk mencari kesenangan, dan lainnya. Mengenai kebutuhan sosial, Plato sudah mengatakan bahwa manusia itu suatu ”zoon politicon”, makhluk sosial dengan hasrat untuk berkawan dan yang hanya dapat mencapai kesempurnaannya dalam pergaulan dengan sesama manusia.
Manusia merasa perlu atau merasa terdorong untuk mengadakan perjalanan ke suatu tempat dimana hasratnya secara konkret diharapkan akan dapat dipenuhi. Hasrat pembawaan dalam bentuknya yang konkret, yang berupa keperluan atau dorongan atau alasan tertentu itulah yang dimaksud dengan motif perjalanan atau motif wisata. Sudah tentu motif perjalanan itu berbeda menurut tingkat kebudayaan orang yang mengadakan perjalanan. Makin tinggi kebudayaannya, makin beraneka ragam kebutuhan orang dan makin beraneka ragam pula motif perjalanannya. Sedangkan apa yang diharapkan akan dapat memenuhi keperluan atau motif itu disebut atraksi wisata (Soekadijo, 2000). 2.2 Konservasi Eksitu
Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.53/MENHUT-II/2006 tentang Lembaga Konservasi dijelaskan bahwa konservasi eksitu adalah konservasi tumbuhan dan atau satwa yang dilakukan di luar habitat alaminya.
(27)
Muntasib (2003) menjelaskan bahwa bentuk-bentuk konservasi eksitu antara lain kebun binatang, kebun raya, arboretum, taman hutan raya, taman safari, kebun botani, taman burung, taman kupu-kupu, dan berbagai penangkaran satwa. Konservasi eksitu dimaksudkan untuk ikut mendorong pengembangan konservasi flora dan fauna dengan cara :
1. Pada periode tertentu flora dan fauna hasil konservasi eksitu dapat dilepaskan kembali ke habitat alaminya untuk memelihara jumlah dan variabilitas genetik (terpeliharanya keanekaragaman genetik) di dalam populasinya di alam atau biasa disebut restocking.
2. Hasil-hasil penelitian dari populasi eksitu dapat memberikan manfaat sebagai dasar-dasar biologi untuk menentukan strategi atau upaya-upaya konservasi baru.
3. Populasi eksitu dapat digunakan untuk atraksi satwa, seperti di kebun binatang atau taman safari.
4. Hasil pengembangan populasi di kawasan konservasi eksitu dapat digunakan untuk berbagai keperluan penelitian sehingga tidak perlu mengganggu populasi di alam.
5. Kawasan konservasi eksitu juga dapat digunakan sebagai tempat atau media pendidikan dan penelitian bagi masyarakat.
Selanjutnya Muntasib (2003) juga menjelaskan meskipun konservasi eksitu memberikan manfaat dalam membantu perlindungan jenis, namun ada beberapa keterbatasan/kekurangan jika dibandingkan dengan konservasi insitu, yaitu : 1. Ukuran populasi dalam kawasan konservasi eksitu biasanya terbatas.
(28)
3. Kemampuan spesies (jenis) agar tetap bertahan hidup berkurang karena biasanya segala kebutuhan hidupnya tersedia sehingga tidak ada kemampuan mencari (berjuang) untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
4. Mudah beradaptasi dengan perubahan lingkungan buatan sehingga ketika dilepas ke alam yang sebenarnya maka daya hidupnya sangat menurun.
5. Biasanya terkonsentrasi pada tempat-tempat tertentu saja, sehingga lebih tahan terhadap gangguan dan mudah terancam akan perubahan atau tekanan lingkungan
6. Untuk menjaga keberlanjutan konservasi eksitu, maka diperlukan dana dan biaya yang besar, fasilitas yang memadai, dan tenaga terlatih. Ketiga hal tersebut seringkali menjadi masalah utama pelaksanaan konservasi eksitu, terutama biaya pengelolaannya yang sangat besar.
2.3 Kebun Binatang
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.53/MENHUT-II/2006 tentang Lembaga Konservasi menjelaskan bahwa kebun binatang adalah suatu tempat atau wadah yang mempunyai fungsi utama sebagai lembaga konservasi yang melakukan upaya perawatan dan pengembangbiakan berbagai jenis satwa berdasarkan etika dan kaidah kesejahteraan satwa dalam rangka membentuk dan mengembangkan habitat baru, sebagai sarana perlindungan dan pelestarian jenis melalui kegiatan penyelamatan, rehabilitasi dan reintroduksi alam dan dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan, penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sarana rekreasi yang sehat.
Menurut Direktorat Jenderal Kehutanan (1977), kebun binatang adalah satu-satunya tempat dimana penduduk kota dapat menyaksikan satwa liar dan
(29)
segala aspek hidupnya, misalnya bentuk dan tingkah lakunya, (etologi), termasuk kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan terhadap satwa tersebut yaitu penelitian dan studi-studi. Dengan demikian, kebun binatang merupakan sarana penghubung satu-satunya antara masyarakat dan satwa liar. Kebun binatang menurut peragaannya dapat digolongkan dalam tiga kategori, yaitu bentuk manageri, bentuk peragaan satwa yang di tempatkan disuatu tempat/kurungan atau ruang yang berpagar, dan bentuk taman margasatwa. Bentuk manageri berupa kumpulan satwa yang ditempatkan dalam kurungan sempit, bentuk ini sudah tidak digunakan lagi sedangkan bentuk taman margasatwa mempertontonkan satwa pada keadaan mendekati habitat alaminya dan diusahakan menurut jenis satwanya.
Fungsi kebun binatang dalam SK Dirjen Kehutanan No. 20/Kpts/DJ/1978 adalah untuk perlindungan dan pelestarian satwa liar, sarana pendidikan dan penelitian ilmiah, sarana rekreasi dan hiburan alamiah. Tugas pokok kebun binatang antara lain melakukan penangkaran satwa liar untuk menghindari kepunahan, memperagakan binatang untuk kepentingan pendidikan budaya ilmiah, penelitian, dan rekreasi, serta memberi pelayanan kepada pengunjung dan menjaga keamanan serta keselamatannya.
Salah satu landasan yuridis teknis pemanfaatan sumberdaya alam pada umumnya atau satwa pada khususnya adalah Undang-Undang No.4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup yang menegaskan antara lain: (1) Sumberdaya alam dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat (Pasal 10 ayat 1), dan (2) Konservasi sumberdaya alam adalah pengelolaan sumberdaya alam yang
(30)
menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan bagi sumberdaya terbaharui menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya (Pasal 1, ayat 11).
2.4 Taman Margasatwa
Taman menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah tempat untuk bersenang-senang. Margasatwa menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan memiliki arti perlindungan terhadap binatang liar yang perlu dilestarikan keberadaannya.
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.53/MENHUT-II/2006 tentang Lembaga Konservasi menjelaskan bahwa taman satwa adalah kebun binatang yang melakukan upaya perawatan dan pengembangbiakan terhadap jenis satwa yang dipelihara berdasarkan etika dan kaidah kesejahteraan satwa sebagai sarana perlindungan dan pelestarian jenis dan dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan, penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sarana rekreasi yang sehat.
Peragaan yang dilakukan di dalam taman margasatwa bertujuan untuk mengusahakan suatu keadaan lingkungan yang mendekati keadaan habitat alamiahnya. Kebun binatang di dunia pada masa sekarang ini lebih mengarah kepada bentuk taman margasatwa. Hal ini disebabkan karena tuntutan kebutuhan yang lebih modern untuk lebih meningkatkan fungsi kebun binatang.
Kriteria taman satwa dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.53/MENHUT-II/2006 tentang Lembaga Konservasi meliputi :
a. Koleksi satwa yang dipelihara sekurang-kurangnya 2 kelas, baik yang dilindungi maupun yang tidak dilindungi undang-undang dan atau
(31)
ketentuan Convention of International Trade on Endangered Spesies of Flora Fauna (CITES)
b. Memiliki lahan seluas sekurang-kurangnya 1 (satu) hektar c. Memiliki ketersediaan sumber air dan pakan yang cukup
d. Memiliki sarana pemeliharaan satwa, antara lain: kandang pemeliharaan, kandang perawatan, kandang karantina, kandang pengembangbiakan/ pembesaran dan prasarana pendukung pengelolaan satwa yang lain
e. Memiliki Kantor Pengelola dan sarana pengelolaan pengunjung
f. Tersedia tenaga kerja sesuai bidang keahliannya antara lain tenaga medis, ahli biologi konservasi, kurator, perawat, dan tenaga keamanan
2.5 Badan Layanan Umum (BLU)
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, pada Bab I Pasal 1 Ayat 1 tentang Ketentuan Umum dijelaskan bahwa Badan Layanan Umum (BLU), adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Pada ayat 2 dijelaskan bahwa Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-BLU) adalah pola pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagaimana diatur
(32)
dalam Peraturan Pemerintah ini sebagai pengecualian dan ketentuan pengelolaan keuangan negara pada umumnya.
Selanjutnya di dalam Peraturan Pemerintah yang sama, pada Bab IV tentang Standar dan Tarif Layanan bagian pertama tentang Standar Layanan, Pasal 8 dijelaskan bahwa instansi pemerintah yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-BLU) menggunakan standar pelayanan minimum, yang ditetapkan oleh menteri/ pimpinan lembaga/ gubernur/ bupati/ walikota sesuai dengan kewenangannya dengan mempertimbangkan kualitas layanan, pemerataan dan kesetaraan layanan, biaya serta kemudahan untuk mendapatkan layanan. Sedangkan pada bagian kedua tentang Tarif Layanan ayat 1 dijelaskan bahwa BLU dapat memungut biaya kepada masyarakat sebagai imbalan atas barang/jasa layanan yang diberikan, pada ayat 5 dijelaskan bahwa tarif layanan sebagaimana dimaksud harus mempertimbangkan:
a. kontinuitas dan pengembangan layanan; b. daya beli masyarakat;
c. asas keadilan dan kepatutan; dan d. kompetisi yang sehat
Pengelolaan BLU dari sisi keuangan sangat terkait dengan sumber pendapatannya. Dalam Peraturan Pemerintah yang sudah disebutkan di atas, pada Bab V bagian ketiga tentang Pendapatan dan Belanja, Pasal 14 Ayat 1 dijelaskan bahwa penerimaan anggaran yang bersumber dari APBN/APBD diberlakukan sebagai pendapatan BLU. Ayat 2 menjelaskan bahwa pendapatan yang diperoleh dari jasa layanan yang diberikan kepada masyarakat dan hibah tidak terikat yang diperoleh dari masyarakat atau badan lain merupakan pendapatan operasional
(33)
BLU. Ayat 3 menjelaskan bahwa hibah terikat yang diperoleh dari masyarakat atau badan lain merupakan pendapatan yang harus diperlakukan sesuai dengan peruntukan. Pendapatan pada ayat (2) dan (3) dilaporkan sebagai pendapatan negara bukan pajak kementerian/lembaga atau pendapatan bukan pajak pemerintah daerah.
Direktorat Pembinaan Pengelolaan Keuangan BLU menyatakan bahwa BLU adalah alat untuk meningkatkan kinerja pelayanan publik melalui penerapan manajemen keuangan berbasis pada hasil, dan bukanlah semata-mata sarana untuk mengejar fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan. Sehingga untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat/publik dengan tarif/harga layanan yang terjangkau masyarakat dengan kualitas layanan yang baik, cepat, efisien dan efektif dapat diterapkan. Pengelolaan Keuangan BLU dengan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktik-praktik bisnis yang sehat.
BLU harus dikelola secara profesional seperti bisnis, oleh karena itu, pegawai BLU harus tenaga profesional. Tenaga profesional ini bisa PNS maupun Non PNS. Komposisi jumlah PNS maupun Non PNS dalam suatu BLU dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
Salah satu agenda reformasi keuangan negara menurut Direktorat Pembinaan Pengelolaan Keuangan BLU adalah adanya pergeseran dari pengganggaran tradisional menjadi pengganggaran berbasis kinerja. Dengan basis kinerja ini, arah penggunaan dana pemerintah tidak lagi berorientasi pada input, tetapi pada output. Perubahan ini penting dalam rangka proses pembelajaran untuk menggunakan sumber daya pemerintah yang makin terbatas, tetapi tetap dapat memenuhi kebutuhan yang makin tinggi. BLU ini diharapkan dapat menjadi
(34)
langkah awal dalam pembaharuan manajemen keuangan di sektor publik, sehingga mampu meningkatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat.
2.6 Penelitian Terdahulu
Wibawa (2005) menganalisis permintaan wisata dan menduga surplus konsumen pengunjung Taman Margasatwa Ragunan menggunakan pendekatan kontingensi. Diperoleh hasil bahwa jumlah rata-rata kesediaan membayar pengunjung TMR dengan asumsi kualitas lingkungan yang lebih baik adalah Rp 8.240,00/orang/tahun. Nilai total kesediaan membayar dari seluruh pengunjung sebesar Rp 26.102.722.000,00 pertahun. Nilai total menunjukkan besarnya nilai manfaat rekreasi TMR berdasarkan kesediaan membayar pengunjung.
Surplus konsumen yang terbentuk pada kondisi TMR yang lebih baik kualitasnya pada harga tiket Rp 3.000,00/orang adalah Rp 16.178.063.500,00/ tahun dengan rata-rata Rp 5.100,00/orang. Surplus konsumen ini didapat dari selisih nilai manfaat rekreasi dan penerimaan yang diperoleh TMR dari hasil penjualan tiket dalam kurun waktu lima tahun terakhir.
Penelitian lainnya dilakukan oleh Zulkarnain (2001), yaitu mengenai karakteristik pengunjung dan pendugaan permintaan rekreasi di Kebun Binatang Ragunan. Umumnya, pengunjung yang datang adalah laki-laki (65,15%), dengan kisaran umur terbanyak berada pada selang 20-29 tahun (57,58%). Sebagian besar berasal dari daerah Jakarta Selatan (49,93%) dan Botabek (24,24%). Tingkat pendidikan rata-rata adalah perguruan tinggi/akademi (48,48%), dan SLTA/sederajat (45,45%). Pekerjaan pokok pengunjung umumnya adalah pegawai swasta (50,00%), dengan pendapatan pokok terbanyak berkisar antara Rp
(35)
750.000,00-Rp 1.000.000,00 perbulan (27,27%). Sebanyak 72,73 % dari total responden mengaku telah berkeluarga sedangkan selebihnya belum menikah.
Model permintaan rekreasi dibentuk berdasarkan hasil regresi linear berganda terhadap delapan faktor yang diduga mempengaruhi tingkat kunjungan wisata di lokasi Kebun Binatang Ragunan antara lain, jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan pokok, status perkawinan, tempat tinggal, pendapatan , dan biaya rekreasi. Peubah yang berpengaruh nyata pada taraf 95% adalah pekerjaan pokok, status perkawinan, tempat tinggal, pendapatan pokok, dan biaya rekreasi rata-rata.
Pada tahun 2006, Mulyani menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan ke kawasan wisata Pantai Carita Kabupaten Pandeglang. Karakteristik wisatawan di tempat wisata tersebut adalah kelompok muda (sebagian besar masih berumur 20 tahunan), dengan pekerjaan utama sebagai pegawai swasta dan pendapatan kurang dari Rp 12.000.000,00 per tahun. Sebagian besar wisatawan di Pantai Carita berasal dari Jakarta dan tingkat pendidikan akhir SLTA. Umumnya responden merupakan bagian dari rombongan wisata teman dengan jumlah rombongan yang bervariasi.
Berdasarkan hasil analisis, faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah kunjungan ke Kawasan Wisata Pantai Carita untuk responden yang tidak menginap adalah biaya perjalanan, pendapatan, jarak tempuh, dan pendapatan keluarga. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah kunjungan ke Kawasan Wisata Pantai Carita untuk responden yang menginap adalah biaya perjalanan, biaya penginapan, tingkat pendidikan, waktu luang, jumlah rombongan, jarak tempuh, dan daya tarik.
(36)
Selanjutnya Dewi (2005) di dalam skripsinya dengan judul Fungsi Permintaan Taman Safari Indonesia (TSI) dengan Metode Biaya Perjalanan, memperoleh hasil bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan, berumur 22-35 tahun, berpendidikan tinggi, memiliki pekerjaan pegawai swasta dengan pendapatan diatas Rp 12 juta per tahun dan berasal dari daerah Jakarta, Depok, Bogor, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh pengunjung berkisar antara Rp 45.000,00-Rp 625.000,00 per orang per kunjungan. Sebagian besar pengunjung mengeluarkan biaya perjalanan antara Rp 112.500,00-Rp 225.000,00 per orang per kunjungan (43,48%). Biaya perjalanan total dari 92 responden sebesar Rp 16.084.675,00 per kunjungan, dengan komponen biaya terbesar adalah biaya transportasi yaitu Rp 5.884.587,00 (36,37% dari total biaya perjalanan). Biaya transportasi per orang sebesar Rp 63.528,00.
(37)
III. KERANGKA PEMIKIRAN
Konservasi eksitu merupakan salah satu cara melestarikan keanekaragaman hayati bangsa Indonesia. Selain itu juga sebagai alternatif pariwisata potensial yang mampu memberikan hiburan sekaligus pendidikan. Alternatif pariwisata ini mampu menambah wawasan wisatawan akan keanekaragaman sumberdaya hayati yang ada. Salah satu kawasan konservasi eksitu yang menyajikan keanekaragaman sumberdaya fauna adalah Taman Margasatwa Ragunan.
Karakteristik individu wisatawan dan kondisi daerah tujuan wisata pada dasarnya mempengaruhi keputusan seseorang untuk memilih daerah tujuan wisata. Karakteristik wisatawan yang dianalisis adalah jenis kelamin, umur, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dan daerah asal. Faktor yang diduga mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan ke TMR antara lain biaya perjalanan, penghasilan, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan, waktu luang, jarak tempuh, waktu di lokasi, lama mengetahui keberadaan TMR, umur, pekerjaan, dan status pernikahan.
Pengetahuan mengenai karakterisktik wisatawan dan faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut dapat berguna bagi pengelola tempat wisata terutama yang berhubungan dengan kawasan wisata untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan yang dapat diberikan di kawasan wisata tersebut sehingga kawasan itu dapat dijadikan alternatif pilihan wisata bagi masyarakat untuk menyeimbangkan hidup atau hanya untuk sekedar melakukan wisata dan membuat wisatawan tertarik untuk datang kembali ke kawasan wisata tersebut.
(38)
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Shapiro seperti yang dikutip oleh Kotler dan Fox (1985: 243) dalam Yoeti (2002) menyebutkan bahwa wisatawan cenderung lebih sering percaya pada harga dalam membuat keputusan penting, terutama pada waktu mereka hilang kepercayaan dirinya dalam membuat keputusan. Hal demikian bisa saja terjadi pada wisatawan, mereka ragu tentang perjalanan wisata yang sedang ia ikuti yang dirasakan kurang menarik dibandingkan dengan apa yang ia lakukan pada daerah tujuan wisata lain.
Taman Margasatwa Ragunan (TMR) merupakan tempat rekreasi berupa kebun binatang modern dengan berbagai koleksi satwa dan sarana hiburan lainnya. TMR sebagai kebun binatang terluas (140 ha) dan terbanyak koleksinya (3.200 ekor) memerlukan biaya pengelolaan yang tidak sedikit.
Survey yang pernah dilakukan oleh TMR tahun 2010 atas rata-rata keinginan membayar (williingness to pay) wisatawan adalah sebesar Rp 6.000,00-Rp 8.000,00, bahkan tidak sedikit yang mampu membayar sebesar 6.000,00-Rp 10.000,00. Saat ini, tiket masuk TMR hanya sebesar Rp 4.000,00, padahal tempat wisata eksitu lain di DKI Jakarta, seperti Sea World sudah mencapai Rp 50.000,00-Rp 60.000,00/orang. TMR sudah seharusnya menaikkan harga tiket masuk yang sesuai dengan standar pengelolaan eksitu yang baik namun tetap terjangkau oleh masyarakat.
Bentuk TMR sebagai Badan Layanan Umum (BLU) harus menjadi landasan bagi pengelola untuk tetap menetapkan harga tiket yang terjangkau. Oleh sebab itu, pembiayaan dalam pengelolaan harus diperhatikan demi keberlanjutan satwa yang ada, kepuasaan pengunjung, serta mengurangi beban pemberian subsidi dari pemerintah.
(39)
Sumber pembiayaan dalam pengelolaan sangat penting untuk diperhatikan. Subsidi dari APBD yang diberikan oleh pemerintah untuk biaya operasional TMR cukup besar. Sudah seharusnya TMR dapat menutupi biaya operasionalnya sendiri dengan meningkatkan penerimaan operasional dari retribusi tiket, sehingga dapat diestimasi harga tiket yang optimum. Selanjutnya, dari manajemen pengelolaan dan keputusan wisatawan dapat diperoleh harga tiket yang tepat menuju pengelolaan TMR yang mandiri. Kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
(40)
Gambar 1. Alur Kerangka Pemikiran
: Objek Penelitian Karakteristik :
Jenis Kelamin Umur
Status Pernikahan Pendidikan Pekerjaan Penghasilan Daerah asal
Faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan
Rekomendasi Kebijakan Pengelolaan TMR Konservasi Eksitu
Taman Margasatwa Ragunan
Manajemen Pengelolaan Wisatawan
Pembiayaan
Retribusi Tiket, dll Subsidi
(41)
IV. METODOLOGI PENELITAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di objek wisata Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan. Penelitian lapang dilakukan selama dua bulan, yaitu Maret-April 2011. Pengambilan data dilakukan pada hari kerja dan hari libur dengan jumlah proporsi responden yang hampir sama sehingga diharapkan populasi dapat terwakili dengan baik pada hari kerja maupun hari libur. Pengambilan data dilakukan pada siang hari sampai sore hari sekitar pukul 10.00 sampai pukul 16.00 WIB.
Pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) karena TMR memiliki koleksi satwa terbanyak dan area terluas bila dibandingkan dengan kebun binatang milik Pemda lainnya, namun harga tiket yang berlaku relatif lebih rendah dibandingkan harga tiket kebun binatang lain. Selain itu, bentuk TMR sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) memungkinkan TMR untuk menaikkan tarif masuk pengunjung.
4.2 Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah wisatawan yang memenuhi syarat yaitu berakal sehat, mampu berkomunikasi dengan baik serta minimal berumur 17 tahun (batas minimum potensial) karena pada usia tersebut dianggap telah memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan sendiri dalam hal berekreasi dan memiliki kemampuan membayar. Pengambilan sampel dilakukan secara non random sampling dengan teknik accidental sampling, yaitu pengambilan responden yang kebetulan ditemui, memenuhi kriteria, dan bersedia diwawancarai (Nasution, 2003). Jumlah sampel yang diambil ditentukan dengan rumus Slovin (Sevilla, 1993) :
(42)
N n =
1+Ne2 keterangan :
n = jumlah sampel N = populasi pengunjung e = batas kesalahan
Jumlah pengunjung rata-rata TMR selama lima tahun terakhir adalah 3.250.901 orang per tahun, dengan tingkat kesalahan 10%. Berdasarkan rumus di atas didapatkan jumlah sampel sebanyak 99,99 atau dibulatkan menjadi 100 responden.
4.3 Metode dan Prosedur Analisis
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan pengamatan dan wawancara langsung terhadap pengunjung TMR dengan bantuan kuesioner serta wawancara dengan pengelola (key person) dari Subbagian Tata Usaha, Seksi Pelayanan Pengunjung, Seksi Peragaan dan Kesejakteraan Satwa, tenaga medis, keeper, dan pegawai lainnya. Sedangkan data sekunder diperoleh dari pihak pengelola dan dari studi literatur yang berkaitan dengan objek wisata TMR serta dari instansi-instansi terkait. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Keseluruhan biaya yang dikeluarkan dalam pengelolaan TMR dalam lima tahun terakhir (tahun 2006-2010),
b. Keseluruhan penerimaan yang diperoleh pengelola TMR dalam lima tahun terakhir (tahun 2006-2010),
c. Karakteristik sosial ekonomi pengunjung seperti intensitas kunjungan, biaya perjalanan, umur, jarak tempuh dari tempat tinggal ke TMR, lama di lokasi,
(43)
tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan per tahun, jumlah tanggungan keluarga, motivasi kunjungan, lama mengetahui TMR, jumlah rombongan, waktu tempuh, jenis kelamin, status pernikahan, dan alternatif wisata,
d. Harga tiket yang berlaku selama lima tahun terakhir (tahun 2006-2010), e. Jumlah pengunjung selama lima tahun terakhir (tahun 2006-2010),
f. Jumlah rata-rata penerimaan TMR dari hasil penjualan tiket selama lima tahun terakhir (tahun 2006-2010),
g. Jumlah rata-rata penerimaan TMR dari selain tiket (penggunaan fasilitas/sarana) selama lima tahun terakhir (tahun 2006-2010).
Data yang diperoleh akan diolah dengan menggunakan program komputer Minitab 14 dan Microsoft Office Excel, kemudian diinterpretasikan secara manual. Data yang bersifat kualitatif diambil berdasarkan data fakta yang ditemukan di lapangan yang diperoleh dari wawancara dan pengamatan. Setelah itu, data yang telah diperoleh diinterpretasikan secara deskriptif sehingga dapat menjelaskan fenomena yang ada. Pada Tabel 3 akan diuraikan matriks keterkaitan antara sumber data dan metode analisis data yang digunakan untuk menjawab tujuan-tujuan dalam penelitian ini.
(44)
Tabel 3. Matriks Keterkaitan Tujuan Penelitian, Jenis Data, Metode Pengambilan Data, dan Metode Analisis Data
No Tujuan Penelitian Jenis Data
Metode Pengambilan Data Metode Analisis Data 1 Identifikasi karakteristik wisatawan TMR Jenis kelamin,umur, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, daerah asal Data primer melalui wawancara langsung dengan wisatawan dengan bantuan kuesioner Analisis deskriptif
2 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata ke TMR Biaya perjalanan, penghasilan, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan, waktu luang, jarak tempuh, waktu di lokasi, lama mengetahui keberadaan TMR, umur, pekerjaan, status pernikahan Data primer melalui wawancara langsung dengan wisatawan dengan bantuan kuisioner Analisis regresi berganda dengan Minitab 14 3 Mengestimasi harga tiket optimum sesuai pengelolaan taman margasatwa yang mandiri Rincian penerimaan dan pengeluaran aktual dalam pengelolaan TMR Data sekunder dari bagian keuangan TMR dan deep interview dengan pengelola (key person)
Analisis kuantitatif dengan Microsoft Office Excel 2007 4 Merekomendasikan harga tiket yang dapat
direalisasikan oleh pengelola TMR
Rincian penerimaan dan pengeluaran aktual dalam pengelolaan TMR dan kesanggupan membayar wisatawan Data sekunder dari bagian keuangan TMR dan data primer melalui wawancara langsung dengan Analisis kuantitatif dengan Microsoft Office Excel 2007
(45)
wisatawan
Data primer dan data sekunder yang akan diperoleh, dianalisis dengan metode statistik deskriptif dan metode statistik inferensia. Metode statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan karakteristik wisatawan, sedangkan metode statistik inferensia digunakan untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan ke TMR, yaitu model regresi linier berganda dengan metode pendugaan kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square) yang didasarkan pada beberapa asumsi:
1. Nilai rata-rata pengganggu sama dengan nol, yaitu E (
ε
i) = 0, untuk setiap i, dimana i = 1, 2, 3,...,n, artinya nilai yang diharapkan bersyarat dariε
i tergantung pada Xi tertentu adalah 0.2. Varian (
ε
i) = E (ε
i2) = σ2, sama untuk semua kesalahan pengganggu (asumsi Homoskedastisitas), artinya varianε
i untuk setiap i yaitu varian bersyarat untukε
i adalah suatu angka konstan positif yang sama dengan σ2.
3. Tidak ada autokorelasi antara kesalahan pengganggu, berarti Cov (
ε
i ,ε
j) = 0, untuk i ≠ j.4. Variabel bebas X1, X2,...,Xk konstan dalam sampling yang terulang dan bebas dari kesalahan pengganggu
ε
i , E (Xiε
i) = 05. Tidak ada multikolinearitas, yang berarti tidak ada hubungan linier yang nyata antara variabel-variabel bebas.
Dengan dipenuhi asumsi-asumsi di atas, maka koefisien regresi yang diperoleh merupakan pendugaan linier terbaik yang tidak bias (BLUE = Best Linear
(46)
Unbiased Estimators) (Juanda, 2009). Secara umum, fungsi regresi dapat dituliskan sebagai berikut :
Y = a0 + ∑ai Xi + εi keterangan :
Y = peubah tak bebas a0 = intersep
Xi = peubah bebas yang menjelaskan peubah tak bebas Y ai = parameter penduga Xi
ε i= error term (pengaruh sisa)
i = 1, 2, 3,...,n yaitu banyaknya peubah bebas dalam fungsi tersebut.
Untuk menduga faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan ke TMR maka digunakan fungsi permintaan rekreasi sebagai berikut :
Y = a-β1TC+ β2I- β3F+ β4E+ β5FT- β6D+ β7B- β8L- β9A+ β10J + β11N+ε keterangan :
Y = Frekuensi kunjungan ke TMR dalam lima tahun terakhir (kali / 5 tahun) TC = Biaya perjalanan (Rp/Kunjungan)
I = Tingkat penghasilan responden (Rp/tahun) F = Jumlah tanggungan keluarga (orang) E = Tingkat pendidikan (tahun)
FT = Waktu luang responden dalam satu tahun (hari) D = Jarak tempuh dari tempat tinggal ke TMR (Km) B = Waktu yang dihabiskan di lokasi (jam/kunjungan)
L = Lama mengetahui TMR (1=lebih dari 5 tahun, 2=kurang dari 5 tahun) A = Umur responden (tahun)
(47)
J = Pekerjaan (1=tidak bekerja, 2=sudah bekerja)
N = Status pernikahan (1=sudah menikah, 2=belum menikah) β1 – β11 = Koefisien regresi
ε = Error
Faktor yang diduga meningkatkan jumlah kunjungan adalah tingkat penghasilan, tingkat pendidikan, pekerjaan, waktu luang, lamanya berada di lokasi, dan status pernikahan. Semakin lama berada di lokasi maka akan semakin menggambarkan persepsi positif akan tempat wisata tersebut. Sedangkan faktor yang diduga akan menurunkan jumlah kunjungan adalah daerah asal karena terkait dengan jarak tempat tinggal dengan TMR, biaya perjalanan, jumlah tanggungan keluarga, umur, dan lamanya mengetahui TMR.
Pendekatan untuk mengestimasi harga tiket yang optimum dalam penelitian ini menggunakan pendekatan manajerial. Menurut Wardiyanta (2006), pendekatan penelitian pariwisata dengan pendekatan manajerial bersifat mikro, yaitu berorientasi pada perusahaan pariwisata. Fokus kepada aktivitas manajemen seperti perencanaan, penelitian, penetapan harga, promosi, pengontrolan, dan seterusnya. Pendekatan ini banyak digunakan dalam penelitian pariwisata lebih merupakan sebuah industri.
Selanjutnya Wardiyanta (2006) menjelaskan bahwa pada umumnya semua perusahaan pariwisata dengan bagian penelitian dan pengembangannya melakukan penelitian untuk mengetahui berbagai masalah yang ada di perusahaan atau yang terkait dengannya. Tujuannya adalah mempersiapkan data yang akan dipakai sebagai pendukung pembuatan kebijakan pimpinan manajemen dalam mengoperasikan perusahaan. Perhitungan yang digunakan dalam penelitian ini
(48)
untuk mengestimasi harga tiket yang optimum, harga tiket yang dapat direalisasikan, serta subsidi yang diberikan pemerintah sebelum dan sesudah dilakukan simulasi skenario kenaikan harga tiket adalah sebagai berikut.
Realisasi keuangan TMR dapat diketahui dari laporan keuangan tahunan. Anggaran, realisasi pengeluaran dan penerimaan, serta besarnya retribusi dapat dicermati di dalam laporan keuangan. Estimasi besarnya subsidi didapat dari pengeluaran yang terealisasi dikurangi dengan retribusi.
RS = RK – RR dimana : RS = realisasi subsidi
RK = realisasi pengeluaran rata-rata per tahun RR = retribusi rata-rata per tahun
Selain itu, dari besarnya penerimaan yang dianggarkan dengan penerimaan yang terealisasi dapat memperlihatkan ada atau tidaknya kekurangan dari pembiayaan yang seharusnya.
Harga tiket yang optimum bebas subsidi 100% didapat dari penerimaan seharusnya dari tiket masuk dibagi dengan jumlah wisatawan rata-rata dari tahun 2006-2010. Acuan yang digunakan adalah anggaran pengeluaran yang seharusnya atau dapat juga menggunakan realisasi pengeluaran rata-rata tahun 2006-2010.
TO = (RA-RZ) / W dimana : TO = harga tiket optimum
RA = anggaran rata-rata per tahun
RZ = retribusi rata-rata per tahun selain dari tiket masuk W = jumlah wisatawan rata-rata per tahun
(49)
Total penerimaan TMR didapat dari penjumlahan retribusi tiket dan retribusi selain tiket (penggunaan fasilitas/sarana). Retribusi dari tiket dikategorikan menjadi tiket dewasa, tiket anak, rombongan dewasa dan anak (potongan 25% dari harga asli). Realisasi pengeluaran rata-rata selama lima tahun terakhir (tahun 2006-2010) didapat dari laporan keuangan TMR. Pengeluaran yang belum tertutupi dari tiket sehingga harus ditutupi dengan subsidi merupakan selisih dari total penerimaan dengan pengeluaran. Semua uraian yang digunakan menggunakan nilai rata-rata selama lima tahun terakhir (tahun 2006-2010).
Subsidi rata-rata per tahun diperoleh dari realisasi pengeluaran rata-rata selama lima tahun terakhir dikurangi dengan total retribusi rata-rata per tahun dari tiket dan selain tiket. Hasil ahir berupa persentase subsidi yang harus diberikan oleh pemerintah yaitu selisih dari pengeluaran yang belum tertutupi (yang harus disubsidi) dikurangi dengan realisasi pengeluaran rata-rata per tahun dikalikan 100%. Perhitungan yang digunakan untuk mendapatkan persentase subsidi yang nantinya diberikan oleh pemerintah berdasarkan skenario kenaikan harga tiket adalah sebagai berikut :
TN = D + A + RD + RA + RZ dimana : TN = total penerimaan setelah adanya kenaikan tiket
D = penerimaan rata-rata per tahun dari tiket dewasa A = penerimaan rata-rata per tahun dari tiket anak
RD = penerimaan rata-rata per tahun dari tiket rombongan dewasa RA = penerimaan rata-rata per tahun dari tiket rombongan anak RZ = retribusi rata-rata per tahun selain dari tiket masuk
(50)
SN = (S / RK) x 100%
dimana : SN = estimasi persentase subsidi setelah ada kenaikan harga tiket S = pengeluaran rata-rata per tahun yang belum tertutupi
RK = realisasi pengeluaran rata-rata per tahun
Skenario kenaikan harga tiket (sebanyak X kali lipat) harus disesuaikan dengan karakteristik wisatawan, faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan, dan kesanggupan wisatawan untuk membayar. Ada kemungkinan harga tiket berada di bawah harga tiket optimum, meskipun harga tiket tersebut sudah dinaikkan. Implikasinya, pemerintah juga tetap harus mensubsidi TMR meskipun tidak sebanyak subsidi mula-mula atau hanya terjadi pengurangan subsidi dari rata-rata subsidi sebelumnya.
4.3.1 Pengujian Hipotesis
Model akan diuji berdasarkan hipotesis yang diajukan. Pengujian hipotesis berdasarkan statistik bertujuan untuk melihat nyata tidaknya variabel-variabel bebas yang dipilih terhadap variabel-variabel tak bebas, dapat dilihat pada nilai-P (P-value). Berdasarkan nilai-P diketahui sampai berapa persen variabel-variabel bebas berpengaruh terhadap variabel tak bebas (Irianto, 2008).
Pengujian model regresi keseluruhan dilakukan dengan terlebih dahulu membuat tabel sidik ragam untuk menghitung F statistik dan R2 (koefisien determinasi). R2 dapat menjelaskan kemampuan peubah bebas bersamaan juga menjelaskan varian dari peubah tak bebas, sedangkan F statistik untuk melihat interval keyakinan kemampuan tersebut. Menurut Juanda (2009), koefisien determinasi dari model adalah rasio dari jumlah kuadrat regresi dan total jumlah kuadrat, sebagaimana tercantum dalam rumus berikut :
(51)
R2 = Jumlah Kuadrat Regresi = JKR Total Jumlah Kuadrat JKT
Nilai F statistik digunakan untuk melihat apakah parameter bebas yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebasnya. F statistik adalah rasio dari jumlah kuadrat regresi dibagi dengan jumlah peubah bebas dengan kuadrat sisa dibagi dengan jumlah observasi dikurangi dengan jumlah peubah bebas dan dikurangi satu, sebagimana tercantum pada rumus berikut :
F = ∑ yi2 ∑ ei2/(n-k-1)
F statistik digunakan untuk menguji koefisien regresi secara menyeluruh dengan menggunakan hipotesis sebagai berikut :
H0 = b1 = b2 =...= bk = 0
H1 = paling sedikit ada satu nilai bi yang tidak sama dengan nol Pada model dilakukan uji-F. Adapun uji statistiknya adalah : Jika F statistik > F tabel, maka tolak H0
Jika F statistik < F tabel, maka terima H0
Pengujian koefisien regresi secara individual dilakukan untuk membuktikan bahwa koefisien regresi suatu model regresi itu secara statistik signifikan atau tidak. Pengujian ini menunjukkan apakah peubah-peubah yang digunakan secara satu per satu berpengaruh nyata terhadap peubah tak bebas. Pengujian koefisien regresi secara individu dilakukan dengan statistik t (uji t), dengan terlebih dahulu diajukan hipotesis sebagai berikut :
(52)
H0 = bi = 0
Hi = bi > 0 atau bi < 0 ; i = 1,2,3,...,k
Pengujian dengan perhitungan t statistik sebagai berikut :
Pada model dilakukan uji-t. Adapun uji statistiknya adalah : Jika t statistik > t tabel, tolak Ho
Jika t statistik < t tabel, terima Ho
Model yang diperoleh diuji apakah sudah termasuk (BLUE = Best Linear Unbiased Estimators) atau belum. Model yang termasuk BLUE harus memenuhi asumsi kenormalan, homoskedastisitas, non autokorelasi, dan non multikoleniaritas. Iriawan dan Astuti (2006) menjelaskan mengenai pemenuhan keempat asumsi tersebut, yaitu sebagai berikut :
Normalitas. Uji ini dilakukan dengan membuat histogram dan scatterplot, apabila histogram membentuk lonceng dan keberdaan titik-titik pada scatterplot menyebar, serta pada Probability Plot of Residual diketahui nilai statistik Kolmogorov-Smirnov (KS) yang diperoleh dari pengamatan kurang dari P-value, maka dapat disimpulkan residual model regresi linear yang dibuat mengikuti distribusi normal.
Non Multikoleniaritas. Uji ini dapat dilihat dari nilai VIF (Varian Inflation Factor) pada masing-masing variabel bebas. Jika nilai VIF kurang dari 10 menunjukkan bahwa persamaan tersebut tidak mengalami multikolinearitas.
(53)
Sebaliknya jika nilai VIF variabel-variabel bebasnya lebih besar dari 10 maka persamaan tersebut mengalami multikolinearitas.
Homoskedastisitas. Homoskedastisitas adalah kesamaan varians atau penyebaran yang sama. Pendektesi kesamaan varians salah satunya dapat dilakukan dengan uji Park. Apabila nilai P hasil uji lebih dari α 0,20 maka model memenuhi syarat homoskedastisitas. Nilai 0,20 tersebut disesuaikan dengan taraf uji 20% yang digunakan dalam penelitian ini.
Non Autokorelasi. Uji ini dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya korelasi antara serangkaian data menurut waktu (time series) atau menurut ruang (cross section). Pendeteksian autokorelasi dilakukan dengan pengujian Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut.
1. 1,65 < DW < 2,35 maka non autokorelasi
2. 1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW < 2,79, maka tidak dapat disimpulkan (inconclusive), dan
3. DW < 1,21 atau DW > 2,79 maka terjadi autokorelasi.
Berdasarkan perumusan masalah, tujuan penelitian, dan kerangka pemikiran yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat disimpulkan hipotesis pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Biaya perjalanan, jarak tempuh, jumlah tanggungan, umur, dan lamanya mengetahui TMR berpengaruh negatif terhadap jumlah kunjungan ke TMR. Artinya kenaikan biaya perjalanan, jarak tempuh, jumlah tanggungan, umur, dan lamanya mengetahui TMR akan menurunkan
(54)
2. Tingkat penghasilan, tingkat pendidikan, pekerjaan, waktu luang, lamanya berada di lokasi, dan status pernikahan berpengaruh positif terhadap jumlah kunjungan ke TMR. Artinya tingkat penghasilan, tingkat pendidikan, pekerjaan, waktu luang, lamanya berada di lokasi, dan status pernikahan akan meningkatkan jumlah kunjungan ke TMR.
3. Harga tiket TMR yang berlaku saat ini masih belum optimum dari sisi proporsi penerimaan subsidi dan retribusi. Artinya, harga tiket TMR masih dapat dinaikkan menuju batas pengelolaan yang mandiri namun tetap terjangkau oleh masyarakat. Harga tiket yang dapat direalisasikan lebih rendah dari harga tiket optimum.
(55)
V. GAMBARAN UMUM 5.1 Sejarah Taman Margasatwa Ragunan
Sekitar 147 tahun yang lalu di Batavia (kini Jakarta) pelukis ternama Indonesia yaitu Bapak Raden Saleh menghibahkan lahan seluas 10 Ha di Jalan Cikini Raya No.73 Jakarta Pusat untuk Taman Margasatwa yang kemudian tepatnya pada tanggal 19 September 1864 diresmikan dengan nama ”Planten en Dierentuin” dan dikelola oleh perhimpunan penyayang flora dan fauna Batavia (Culture Vereniging Panten en Dierentuin of Batavia).
Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamirkan oleh Ir. Soekarno, maka pada tahun 1949 ”Planten en Dierentuin” diubah namanya menjadi ”Kebun Binatang en Dierentuin”. Pada saat itu pembangunan dan perkembangan Kota Jakarta terus dilakukan sehingga menyebabkan wilayah Cikini yang terletak di pusat Kota Jakarta tidak cocok lagi sebagai lokasi untuk Kebun Binatang. Untuk itu pada tahun 1964 oleh Dr. Soemarmo, Gubernur DCI (Daerah Chusus Ibukota) Jakarta pada saat itu, dibentuk Badan Persiapan Pelaksanaan Pembangunan Kebun Binatang dengan diketuai drh. T.H.E.W Umboh dengan tugas utama memindahkan Kebun Binatang Cikini ke Ragunan Pasar Minggu Jakarta Selatan, pada lahan seluas 30 Ha yang merupakan hibah dari Pemda DKI Jakarta.
Pada tanggal 22 Juni 1966 Kebun Binatang diresmikan oleh Gubernur DCI (Daerah Chusus Ibukota) Jakarta, Mayor Jenderal Ali Sadikin, dengan nama Taman Margasatwa Ragunan. Koleksi satwa saat itu sebanyak 450 ekor yang dibawa dari Kebun Binatang Cikini. Pada tahun 1993 Taman Margasatwa Ragunan menjalani perubahan manajemen sehingga berubah menjadi Badan Pengelola (BP) Kebun Binatang Ragunan. Pada tahun 2001, BP berubah menjadi
(56)
Kantor Taman Margasatwa Ragunan sampai tahun 2008 dan awal tahun 2009 berubah lagi menjadi Unit Pelayanan Teknis (UPT) Taman Margasatwa Ragunan. Pada awal tahun 2010 namanya menjadi Unit Pelayanan Teknis Badan Layanan Umum Daerah (UPT BLUD) Taman Margasatwa Ragunan.
5.2 Karakteristik Kawasan
Taman Margasatwa Ragunan sebagai sarana konservasi satwa dan hutan kota di DKI Jakarta memiliki karakteristik kondisi yang cocok untuk dijadikan kawasan konservasi di tengah kota. Karakteristik Taman Margasatwa Ragunan dapat dilihat berdasarkan letak geografis dan topografi kawasan, serta iklim dan jenis tanahnya.
5.2.1 Letak Geografis dan Topografi Kawasan
TMR terletak di daerah Pasar Minggu, sekitar 20 km dari pusat Kota Jakarta. Secara geografis TMR terletak pada 104o 48lBT dan 106o
15l LS. TMR
berada pada ketinggian 50 m di atas permukaan laut. TMR memiliki empat pintu masuk, yaitu Pintu Utara, Pintu Selatan, Pintu Timur, dan Pintu Barat. Pintu Utara berbatasan dengan Kelurahan Ragunan, Pintu Selatan berbatasan dengan Kelurahan Jagakarsa yang terletak di Jalan Sagu, Pintu Timur berbatasan dengan Kelurahan Kebagusan yang terletak di Jalan Jatipadang dan Pintu Barat berbatasan dengan Kelurahan Ragunan yang terletak di Jalan Raya Cilandak KKO.
5.2.2 Iklim dan Jenis Tanah
Karakteristik lingkungan TMR memiliki kelembaban pertahunnya antara 60-80% dan curah hujan sekitar 2.291-2.300 mm dengan temperatur udara rata-rata sepanjang tahun 27,2oC. Angin pada musim kemarau bertiup dari arah Timur
(57)
Laut menuju Barat Daya, pada musim hujan angin bertiup dari Barat Daya ke Barat Laut.
TMR memiliki jenis tanah latosol merah yang bersifat netral dan berwarna merah. Tanah tersebut mengalami pelapukan yang akan menghasilkan top soil tebal sehingga tanaman dapat tumbuh subur. Lahan TMR saat ini adalah milik Pemda DKI Jakarta. Luas areal keseluruhan TMR adalah 147 ha yang digunakan untuk konservasi satwa.
5.3 Visi dan Misi Taman Margasatwa Ragunan
Visi TMR adalah mewujudkan Taman Margasatwa Ragunan sejajar dengan Kebun Binatang di kota-kota besar di negara maju yang dihuni oleh satwa yang sejahtera. Misi Taman Margasatwa Ragunan yaitu :
1. Meningkatkan kualitas kesejahteraan satwa mendekati habitatnya
2. Meningkatkan pengetahuan tentang satwa kepada masyarakat dalam rangka sosialisasi konservasi eksitu
3. Meningkatkan kerjasama ilmiah dan informasi satwa baik dalam dan luar negeri
4. Meningkatkan hubungan antar daerah atau negeara melalui program tukar-menukar satwa antar kebun binatang dalam dan luar negeri
5. Meningkatkan pelestarian dan keindahan fauna-flora sebagai suatu ekosistem yang terpadu
6. Meningkatkan fungsi Taman Margasatwa Ragunan sebagai wilayah resapan air dan pengendalian run-off melalui pembuatan dan pendalaman waduk/danau.
(58)
5.4 Sasaran Taman Margasatwa Ragunan
Taman Margasatwa Ragunan memiliki tujuh sasaran dalam pengelolaannya, yaitu sebagai berikut:
1. Meningkatnya jumlah koleksi flora dan fauna berdasarkan kelangkaannya 2. Meningkatnya jenis satwa berdasarkan berhasilnya pengembangbiakan
satwa
3. Meningkatnya partisipasi program insitu
4. Tertatanya kawasan melalui perencanaan tata ruang 5. Tertanganinya masalah limbah
6. Meningkatnya angka kunjungan wisata 7. Meningkatnya kualitas SDM
5.5 Kedudukan Taman Margasatwa Ragunan
Sesuai dengan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No.135 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pengelola TMR Provinsi DKI Jakarta, kedudukan tugas dan fungsi TMR adalah sebagai berikut : 1. Unit Pengelola TMR merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kelautan
dan Pertanian dalam pelaksanaan pengelolaan TMR.
2. Unit pengelola dipimpin oleh seorang Kepala Unit yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas.
5.6 Tugas Pokok dan Fungsi Taman Margasatwa Ragunan
Sesuai dengan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No.135 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pengelola TMR
(59)
Provinsi DKI Jakarta, tugas TMR adalah melaksanakan pengelolaan TMR. Sedangkan fungsi Unit Pengelola TMR adalah sebagai berikut:
1. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Unit Pengelola
2. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Unit Pengelola
3. Pelaksanaan pengelolaan, pengembangan dan pelestarian lingkungan khusus dalam kawasan TMR.
4. Penyelenggaraan pengadaan dan pemeliharaan/perawatan keanekaragaman satwa dan flora
5. Pengelolaan kegiatan rekreasi di TMR
6. Penyelenggaraan promosi dan pameran fauna dan habitatnya
7. Pemungutan, pencatatan, pembukuan, penyetoran, pelaporan, dan pertanggungjawaban penerimaan retribusi TMR
8. Pelaksanaan kerjasama dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (UKPD) dan/atau instansi pemerintah/swasta dalam rangka pengembangan TMR 9. Penghimpunan, pengolahan, pemeliharaan, penyajian, pengembangan, dan
pemanfaatan data dan informasi mengenal satwa/fauna, flora dan habitat 10. Pelaksanaan publikasi kegiatan Unit Pengelola TMR
11. Penelitian dan pendidikan lingkungan yang berkenaan dengan satwa/fauna, flora, habitat, dan konservasi.
12. Pengelolaan kepegawaian, keuangan, dan barang
13. Pelaksanaan kegiatan kerumahtanggaan dan ketatausahaan 14. Pelaksaan upacara dan pengaturan acara Unit Pengelola TMR
(1)
Skenario Kenaikan Harga Tiket 7
Uraian
Harga
(Rp)
Penerimaan
(RP)
Tiket Dewasa Dinaikkan Menjadi
10.000 24.800.990.000
Tiket Anak Dinaikkan Menjadi
6.000
4.703.625.000
Tiket Rombongan Dewasa
7.500
505.518.750
Tiket Rombongan Anak
4.500
374.428.125
Retribusi rata-rata di luar tiket
7.341.937.414
Total 37.726.499.289
Realisasi Pengeluaran rata-rata
57.590.960.332
Pengeluaran yang belum tertutupi (subsidi)
19.864.461.043
% Subsidi yang harus diberikan oleh pemerintah
34,492
Sumber : Diolah dari Data Sekunder, 2011Skenario Kenaikan Harga Tiket 8
Uraian
Harga
(Rp)
Penerimaan
(RP)
Tiket Dewasa Dinaikkan Menjadi
10.000 24.800.990.000
Tiket Anak Dinaikkan Menjadi
7.000
5.487.562.500
Tiket Rombongan Dewasa
7.500
505.518.750
Tiket Rombongan Anak
5.250
436.832.812,5
Retribusi rata-rata di luar tiket
7.341.937.414
Total 38.572.841.476
Realisasi Pengeluaran rata-rata
57.590.960.332
Pengeluaran yang belum tertutupi (subsidi)
19.018.118.856
% Subsidi yang harus diberikan oleh pemerintah
33,022
Sumber : Diolah dari Data Sekunder, 2011(2)
Kuisioner Wawancara
Pengunjung yang terhormat, mohon maaf sebelumnya bila acara rekreasi Anda terganggu dengan adanya kuisioner ini. Anda dimohon untuk mengisi kuisioner ini guna bahan penelitian “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kunjungan dan Optimasi Harga Tiket Taman Margasatwa Ragunan Jakarta” yang dilakukan oleh mahasiswi Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Kami mohon Anda dapat memberikan data yang sebenar-benarnya tanpa dipengaruhi oleh pihak manapun agar dapat memperoleh data yang akurat. Informasi yang Anda berikan akan kami jamin kerahasiaannnya. Atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terimakasih dan selamat berekreasi.
Fachrunnisa – H44070020
Nomor Kode :
Hari/Tanggal wawancara :
Status hari : Libur / Biasa
Waktu/jam :
Lokasi/spesifikasi tempat : Karakteristik Responden
1. Jenis kelamin Anda ?
a. Laki-laki b. Perempuan
2. Umur Anda (berdasarkan ulang tahun terakhir) adalah...tahun 3. Alamat Anda saat
ini... 4. Apakah pekerjaan Anda saat ini
a. Pelajar e. Pegawai swasta i. PNS (Pegawai Negeri Sipil)
b. Mahasiswa f. Wiraswasta j. Buruh pabrik c. ABRI g. Ibu rumah tangga k.
Lainnya...
d. Pensiunan h. Pengangguran
5. Apakah pendidikan terakhir Anda ?
a. SD d. Akademi/Diploma
b. SMP e. Perguruan Tinggi (S1) c. SMU f. Pasca sarjana (S1/S2)
6. Apakah Anda sudah bekerja ?
a. Sudah (dengan hari kerja sebanyak : ...hari dalam seminggu) b. Belum
Jika ”sudah” lanjutkan kepertanyaan no. 7, jika ”belum” silahkan lanjutkan ke pertanyaan no. 8
7. Berapakah penghasilan Anda per bulan ?...
8. Apakah istri/suami Anda bekerja ? a. Ya, dengan penghasilan per bulan Rp...
b. Tidak 9. Apakah Anda sudah berkeluarga ?
(3)
Jika ”sudah” lanjutkan kepertanyaan no. 9, jika ”belum” silahkan lanjutkan ke pertanyaan no. 10
10. Berapakah jumlah tanggungan Anda (istri/suami, anak, saudara, orang lain) yang hidup bersama Anda ?
a. 1 orang d. 4 orang
b. 2 orang e. 5 orang
c. 3 orang f. 6 orang
g. lainnya...orang
11. Tempat rekreasi apakah yang biasanya Anda kunjungi ?
a. Pegunungan c. Pantai
b. Adventure (petualangan) d. Taman bermain e. Lainnya... 12. Sudah berapa lama Anda mengetahui TMR ?
a. Satu tahun lalu c. Tiga tahun lalu
b. Dua tahun lalu d. Lainnya... Karakteristik Kunjungan
pertanyaan no.12 wajib diisi
13. Selama 5 tahun terakhir sudah berapa kali Anda berkunjung ke TMR ?...kali 14. Bagaimana cara Anda datang ke TMR ?
a. Sendirian d. Bersama teman b. Keluarga e. Rombongan wisata keluarga c. Rombongan wisata teman f. Rombongan wisata pekerjaan
14. Jika Anda tidak sendiri, berapa jumlah anggota rombongan Anda (termasuk anda) ? a. 2 orang d. 5 orang
b. 3 orang e. 6 orang c. 4 orang f. 7 orang g. lainnya...orang
15. Berapakah kira-kira jarak TMR dari tempat tinggal Anda ?...KM 16. Apakah tujuan Anda ke TMR ?
a. Rekreasi / piknik c. Kebetulan lewat
b. Mengantar tamu / kerabat d. Lainnya... 17. Apakah jenis kendaraan yang Anda gunakan ?
a. Berjalan kaki d. Kendaraan umum (bus, angkutan kota) b. Mobil pribadi e. Kendaraan dinas
c. Kendaraan charter f. Motor pribadi 18. Bagaimanakah menurut Anda perjalanan menuju TMR ?
a. Mudah b. Sedang c. Sulit
19. Berapa lama waktu perjalanan Anda dari rumah hingga ke TMR ?
a. ½ jam c. 1,5 jam e. 2,5 jam g. Lainnya...jam b. 1 jam d. 2 jam f. 3 jam
20. Rincian biaya yang Anda keluarkan untuk melakukan rekreasi pada hari ini (tetapi tidak termasuk harga tiket masuk) adalah sebagai berikut :
Ongkos pulang-pergi : ...
(jika Anda membawa kendaraan sendiri, ongkos pulang - pergi merupakan biaya bahan bakar dan parkir)
Biaya konsumsi di TMR : ... Biaya konsumsi sehari-hari : ... Biaya dokumentasi : ...
(4)
21. Apakah Anda memiliki tempat alternatif untuk rekreasi ?
a. Ya b. Tidak
22. Selain ke Taman Margasatwa Ragunan, kemanakah tempat alteratif Anda ? a. Ancol/Dufan d. Pulau Seribu g. Setu babakan
b. Pantai e. Museum h. Gedung Kesenian Jakarta
c. Kota tua f. TMII i. Lainnya... 23. Mengapa Anda tidak memilih tempat alternatif rekreasi di atas sebagai tempat tujuan
utama ?
a. Jarak yang jauh c. Waktu tempuh yang lama
b. Biaya yang lebih mahal d. Lainnya... 24. Berapa lama waktu yang Anda habiskan di TMR ?...jam
Persepsi Responden terhadap Taman Margasatwa Ragunan dan pelayanannya 25. Berikan tanda (X) pada kolom berikut !
No Keterangan Penilaian pelayanan TMR
1 Keadaan keamanan objek wisata
a. sangat
aman b. aman
c. kurang aman
d.sangat aman 2 Penyediaan fasilitas
rekreasi
a. sangat
memadai b. memadai
c. kurang memadai
d. sangat memadai 3 Penerimaan pengunjung
(keramahan petugas) a. sangat baik b. baik
c. kurang baik
d. sangat kurang 4 Penyediaan informasi
(buku petunjuk, peta, dll)
a. sangat
memadai b. memadai
c. kurang memadai
d. tidak ada 5 Kemudahan mencapai
lokasi
a. sangat
mudah b. mudah c. sulit
d. sangat sulit
6 Kebersihan a. sangat
bersih b. bersih
c. kurang bersih
d. sangat kotor 7 Kondisi Satwa a. sangat baik b. baik c. kurang
baik
d. sangat buruk
No. Keterangan Penilaian kualitas lingkungan 8 Pencemaran udara a. sangat
tinggi b. tinggi c. sedang
d. sedikit masalah
e. tidak ada masalah 9 Tingkat
kebisingan
a. sangat
tinggi b. tinggi c. sedang
d. sedikit masalah
e. tidak ada masalah 26. Menurut Anda fasilitas dan objek apa saja yang perlu ditambahkan dan diperbaiki
agar tempat rekreasi ini lebih baik ? ¾ Yang perlu ditambahkan adalah :
a. Tempat bangunan untuk berteduh d. Penjual makanan
b. WC umum e. Tempat sampah
c. Tempat ibadah f. Arena bermain anak
g. Lainnya……….
¾ Yang perlu diperbaiki adalah :
(5)
27. Apakah Anda bersedia kembali mengunjungi Taman Margasatwa Ragunan dimasa yang akan datang ?
a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu
28. Saat ini tiket masuk TMR sebesar Rp 4.000, menurut Anda tiket tersebut ... a. Terlalu murah b. Murah c. Mahal
29. Berapa harga tiket maksimum yang bersedia Anda bayar jika pelayanan / fasilitas TMR ditingkatkan ?
a. >Rp 15.000,00 (yaitu Rp...) e. Rp 12.000,00 i. Rp 8.000,00 b. Rp 15.000,00 f. Rp 11.000,00 j. Rp 7.000,00 c. Rp 14.000,00 g. Rp 10.000,00 k. Rp 6.000,00 d. Rp 13.000,00 h. Rp 9.000,00 l. Rp 5.000,00 30. Apa saran Anda untuk Taman Margasatwa Ragunan ?
………...……… ……… ……… ………
(6)