jenis makanan yang mengandung secara lengkap zat gizi pada menu makanan untuk konsumsi pangan penduduk yang beragam dan sesuai kebutuhan.
Sedangkan skor PPH telah mencapai maksimal atau ideal adalah kelompok pangan umbi-umbian dan minyaklemak pada tahun 2010 tahun dasar telah
memenuhi skor ideal. Proyeksi kontribusi energi terhadap Angka Kecukupan Energi AKE
menurut kelompok pangan disajikan pada Tabel 17. Berdasarkan Tabel 17 menunjukkan bahwa pertumbuhan proyeksi kontribusi energi menurut kelompok
pangan yang masih perlu ditingkatkan konsumsinya setiap tahun adalah kelompok pangan padi-padian, pangan hewani, buahbiji berminyak, kacang-
kacangan, gula, sayur dan buah, dan kelompok pangan lainnya masing-masing adalah 4.26 persen, 3.10 persen, 14.91 persen, 2.91 persen, 1.88 persen, 0.71
persen, dan 16.18 persen agar mencapai kontribusi energi ideal. Hal lain yang perlu di perhatikan dan di waspadai adalah konsumsi pangan sumber minyak
dan lemak yang sudah berlebih. Kelebihan pangan ini akan membawa dampak negatif pada kesehatan terutama penyakit degenerative seperti tekanan darah
tinggi, jantung, dan lain sebagainya. Tabel 17 Proyeksi kontribusi energi terhadap Angka Kecukupan Energi AKE
menurut kelompok pangan
No Kelompok pangan
Tahun Dasar
Kontribusi Energi terhadap AKE AKE
Pertumbuhan 2010
2011 2012
2013 2014
2015
1 Padi-padian
34.1 35.7
37.3 38.9
40.4 42.0
4.26 2
Umbi-umbian 29.9
27.5 25.1
22.7 20.3
17.9 -9.74
3 Pangan hewani
9.1 9.4
9.7 10.0
10.3 10.6
3.10 4
Minyaklemak 11.1
11.0 10.9
10.7 10.6
10.5 -1.10
5 Buahbiji berminyak
1.0 1.2
1.4 1.6
1.8 2.0
14.91 6
Kacang-kacangan 3.9
4.0 4.1
4.2 4.4
4.5 2.91
7 Gula
4.1 4.2
4.3 4.4
4.5 4.5
1.88 8
Sayur dan buah 5.6
5.6 5.7
5.7 5.7
5.8 0.71
9 Lain-lain
0.9 1.1
1.3 1.5
1.7 1.9
16.18
Total 99.6
99.7 99.7
99.7 99.8
99.8 33.10
Proyeksi kontribusi energi kelompok umbi-umbian adalah 29.9 pada tahun 2010 tahun dasar melebihi proporsi ideal Tabel 17, sehingga dilakukan
proyeksi untuk mencapai kontribusi ideal umbi-umbian 6.0 mulai dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015. Hal ini disebabkan karena sebagian besar
penduduk masyarakat di Provinsi Papua terutama di wilayah pedesaan bermata pencaharian sebagai petani atau berkebun dengan tanaman umbi sebagai salah
satu komoditas sebagai makanan pokok. Selain itu juga menunjukkan arah positif karena konsumsi energi tidak hanya bergantung pada kelompok padi-padian saja
sehingga dapat dikatakan konsumsi pangan penduduk telah mengarah pada konsumsi pangan yang beragam.
Skor kelompok pangan padi-padian diproyeksikan meningkat setiap tahun sebesar 0.8. Pada tahun 2010 skor padi-padian mencapai 17.0 dengan proporsi
konsumsi energi 34.1. untuk mencapai skor PPH 90 sesuai Standar Pelayanan Mimimum SPM pada tahun 2015 maka skor padi-padian adalah 21.0 dengan
proporsi konsumsi energi adalah 42.0. Peningkatan skor pangan hewani diproyeksikan 0.6 per tahun sehingga pada tahun 2010 diharapkan dapat
mencapai skor 18.2 dengan proporsi konsumsi energi adalah 9.1. Skor pangan hewani pada tahun 2015 adalah 21.1 dengan kontribusi energi 10.6
sehingga proporsi sesuai standar pelayanan minimum SPM yaitu 10.8 dapat terpenuhi pada tahun 2015. Sedangkan skor pangan minyak dan lemak setiap
tahun adalah stabil yaitu 5.0 dengan proporsi sesuai SPM yaitu 9 pada tahun 2015.
Peningkatan skor pangan buahbiji berminyak diproyeksikan 0.1 per
tahun sehingga pada tahun 2010 diharapkan dapat mencapai skor 0.5 dengan proporsi konsumsi energi adalah 1.0. Skor pangan buahbiji berminyak pada
tahun 2015 adalah 0.8 dengan kontribusi energi yaitu 2.0 sehingga proporsi sesuai SPM adalah 2.7 dapat terpenuhi pada tahun 2015. Kelompok kacang-
kacangan diproyeksikan terjadi peningkatan skor sebesar 0.3. pada tahun 2010 skor kacang-kacangan mencapai 7.8 dengan proporsi 3.5. Skor kacang-
kacangan pada tahun 2015 adalah 8.9 dengan kontribusi energi 4.5 sehingga proporsi sesuai SPM dapat terpenuhi pada tahun 2015.
Target skor dan kontribusi gula pada tahun 2010 adalah 2.0 dan 4.1. Kelompok sayur dan buah diharapkan meningkat 0.2 sehingga skor pada tahun
2010 adalah 27.9 dan kontribusi energi sebesar 5.6. oleh karena itu target skor dan kontribusi pada tahun 2015 masing-masing adalah 28.9 dan 5.8. Sesuai
standar pelayanan minimum SPM sebesar 5.4 target proporsi sudah tercapai pada tahun 2015. Kelompok pangan lain-lainnya yang mencakup minuman dan
bumbu- bumbuan sangat penting peranannya dalam pola konsumsi penduduk yaitu sebagai penambah cita rasa dan pembangkit selera. Pada tahun 2010
konsumsi pangan lainnya mempunyai skor 0 karena bobotratingnya 0 dengan kontribusi 0.9.
Pola konsumsi pangan penduduk di Provinsi Papua pada tahun 2010 juga belum memenuhi kaidah gizi baik dari segi kuantitas, kualitas keragaman
maupun keseimbangan karena masih terjadi ketimpangan terutama pada kelebihan kelompok pangan umbi-umbian, minyak dan lemak, serta sayur dan
buah sedangkan kelompok pangan yang masih perlu ditingkatkan konsumsinya adalah kelompok pangan padi-padian, pangan hewani, buahbiji berminyak,dan
gula. Kondisi ini mencerminkan pola konsumsi pangan di Provinsi Papua masih didominasi oleh kelompok pangan umbi-umbian.
Analisis proyeksi konsumsi pangan dari tahun 2011 sampai 2015 diharapkan meningkat setiap tahun Tabel 18. Tabel 18 menunjukkan bahwa
pada tahun 2010 rata- rata konsumsi energi setiap kelompok pangan di Provinsi Papua masih dibawah standar nasional yaitu 2000 kkalkapitahari yaitu 1993
kkalkapitahari. Namun diharapkan setiap tahunnya terjadi peningkatan hingga mencapai standar nasional sebesar 2000 kkalkapitahari pada tahun 2020 dan
mencapai standar pelayanan minimum pada tahun 2015 di Provinsi Papua sebesar 1996 kkalkapitahari.
Tabel 18 Proyeksi konsumsi pangan menurut kelompok pangan kkalkapitahari
No Kelompok Pangan
Tahun dasar Proyeksi konsumsi kkalkaphr
Pertumbuhan 2010
2011 2012
2013 2014
2015
1 Padi-padian
682 714
745 777
809 841
4.29 2
Umbi-umbian 598
550 502
455 407
359 -9.69
3 Pangan Hewani
182 188
193 199
205 211
3.01 4
Minyak dan Lemak 221
219 217
215 213
211 -0.98
5 BuahBiji Berminyak
21 25
29 33
37 40
14.12 6
Kacang-kacangan 78
81 83
85 87
89 2.61
7 Gula
82 84
85 87
89 91
2.13 8
Sayur dan Buah 112
112 113
114 115
116 0.76
9 Lain-lain
18 22
26 30
35 39
17.28
Total 1993
1993 1993
1994 1995
1996 0.34
Pertumbuhan proyeksi konsumsi pangan umbi-umbian dan minyaklemak harus diturunkan masing-masing 9.69 persen dan 0.98 persen setiap tahun. Hal
ini disebabkan konsumsi pangan kelompok pangan umbi-umbian dan minyaklemak pada tahun 2010 tahun dasar sudah melebihi konsumsi ideal.
Proyeksi konsumsi pangan yang harus ditingkatkan konsumsinya dari tahun 2011 sampai 2015 adalah kelompok pangan padi-padian 4.29, pangan
hewani 3.01, buah biji berminyak 14.12, kacang-kacangan 2.61, gula 2.13, sayur dan buah 0.76, dan pangan lainnya 17.28.
Tabel 19 berikut ini menggambarkan hasil analisis proyeksi konsumsi untuk setiap kelompok pangan dari tahun 2011 sampai 2015. Diharapkan pada
tahun 2015, penduduk di Provinsi Papua mengonsumsi pangan kelompok padi- padian sekitar 231.2 gramkapitahari. Kelompok umbi-umbian sebesar 269.2
gramkapitahari; 123.0 gramkapitahari dari kelompok pangan hewani; 26.3
gramkapitahari dari kelompok minyak dan lemak; 6.7 gramkapitahari dari buahbiji berminyak; 31.2 gramkapitahari dari kelompok kacang-kacangan; 27.3
gramkapitahari dari kelompok gula; 221.9 gramkapitahari dari kelompok sayur dan buah serta 9.7 gramkapitahari berasal dari kelompok pangan lain-lain.
Tabel 19
Proyeksi konsumsi
pangan menurut
kelompok pangan
gramkapitahari
No Kelompok Pangan
Tahun dasar
Proyeksi konsumsi gramkaphr Pertumbuhan
2010 2011
2012 2013
2014 2015
1 Padi-padian
187.4 196.2
205.0 213.7
222.5 231.2
4.29 2
Umbi-umbian 448.4
412.5 376.7
340.9 305.0
269.2 -9.69
3 Pangan Hewani
106.0 109.4
112.8 116.2
119.6 123.0
3.02 4
Minyak dan Lemak 27.7
27.4 27.1
26.9 26.6
26.3 -1.03
5 BuahBiji Berminyak
3.5 4.1
4.8 5.4
6.1 6.7
13.90 6
Kacang-kacangan 27.4
28.2 29.0
29.7 30.5
31.2 2.63
7 Gula
24.5 25.1
25.6 26.2
26.7 27.3
2.19 8
Sayur dan Buah 213.7
215.4 217.0
218.6 220.2
221.9 0.76
9 Lain-lain
4.4 5.4
6.5 7.6
8.6 9.7
17.19
Pertumbuhan konsumsi kelompok pangan umbi-umbian dan minyak lemak harus diturunkan karena sudah melebihi konsumsi ideal dari kelompok
pangan tersebut. Sedangkan kelompok pangan yang harus ditingkatkan konsumsinya adalah kelompok pangan padi-padian, pangan hewani, buahbiji
berminyak, kacang-kacangan, gula, sayur dan buah, serta pangan lainnya masing-masing adalah 4.29 persen, 3.02 persen, 13.90 persen, 2.63 persen,
2.19 persen, 0.76 persen, dan 17.19 persen. Secara rinci proyeksi konsumsi pangan menurut jenis pangan dapat dilihat pada Lampiran 3.
Proyeksi Kebutuhan Konsumsi Pangan Wilayah Berdasarkan Pola Pangan Harapan PPH
Perencanaan pembangunan suatu wilayah seharusnya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dasar bagi penduduknya. Tingkat kebutuhan gizi bagi
konsumsi penduduk dapat digunakan sebagai salah satu standar untuk mengukur kebutuhan dasar penduduk, khususnya dalam hal pangan. Segala
sumber daya yang berhubungan dengan produksi dan penyediaan pangan harus dialokasikan sesuai kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan minimal tersebut
Absari 2007. Perencanaan kebutuhan pangan dengan PPH, selain untuk menyediakan
pangan yang beranekaragam sesuai dengan kecukupan gizi setempat, juga memberi keleluasaan menentukan pilihan jenis pangan yang diinginkan karena
PPH disajikan dalam kelompok pangan. Pemilihan jenis pangan yang diinginkan diantara kelompoknya disesuaikan dengan kondisi sosial budaya aspek pola
konsumsi atau preferensi jenis pangan penduduk dan potensi wilayah setempat Hardinsyah et al 2001.
Kebutuhan konsumsi pangan suatu wilayah selain dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan penduduk
yang cepat merupakan isu sentral yang dihadapi dunia, terlebih di negara berkembang termasuk Indonesia. Konsekuensi dari hal tersebut adalah
peningkatan ketersediaan pangan untuk mengimbangi pertambahan penduduk. Menurut Madanijah 2004 pola konsumsi pangan adalah susunan jenis dan
jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Proyeksi konsumsi pangan aktual penduduk di Provinsi Papua dari
tahun 2011 sampai tahun 2015 dengan harapan pola konsumsi penduduk semakin baik, beragam dan sesuai kebutuhan gizi yang harus dikonsumsi
masyarakat di Provinsi Papua Tabel 20. Tabel 20 Proyeksi kebutuhan konsumsi pangan menurut kelompok pangan
kgkapitatahun
No Kelompok pangan
Tahun dasar
Kgkapitatahun Pertumbuhan
2010 2011
2012 2013
2014 2015
1 Padi-padian
75.3 78.8
82.3 85.8
89.3 92.8
4.27 2
Umbi-umbian 180.0
165.6 151.2
136.9 122.5
108.1 -9.69
3 Pangan hewani
42.7 44.1
45.4 46.8
48.1 49.5
3.00 4
Minyaklemak 11.1
11.0 10.9
10.8 10.7
10.6 -0.92
5 Buahbiji berminyak
1.4 1.6
1.9 2.2
2.4 2.7
14.08 6
Kacang-kacangan 11.0
11.3 11.6
11.9 12.2
12.5 2.59
7 Gula
9.8 10.1
10.3 10.5
10.7 10.9
2.15 8
Sayur dan buah 85.8
86.5 87.1
87.8 88.4
89.1 0.76
9 Lain-lain
1.7 2.2
2.6 3.0
3.5 3.9
18.21
Tabel 20 menunjukkan bahwa pertumbuhan kelompok pangan umbi- umbian dan minyaklemak dari tahun 2011 sampai tahun 2015 harus diturunkan
sedangkan pertumbuhan untuk kelompok pangan yang lain ditingkatkan pemenuhan kebutuhan pangan secara bertahap dari tahun 2011 sampai tahun
2015 yaitu kelompok pangan padi-padian, pangan hewani, buahbiji berlemak, kacang-kacangan, gula, sayur dan buah. Untuk memperoleh beragam kelompok
pangan maka jumlah kelompok pangan yang berlebihan diturunkan hingga mencapai standar pelayanan minimum SPM di tahun 2015 sehingga tercapai
keseimbangan antara masing-masing kelompok pangan. Pertumbuhan kebutuhan konsumsi pangan yang harus dinaikkan setiap
tahunnya adalah kelompok padi-padian 4.27, kelompok pangan hewani 3.00, kelompok buahbiji berlemak 14.08, kelompok kacang-kacangan 2.59 dan
pangan gula 2.15, sayur dan buah 0.76 per tahun. Sedangkan kelompok pangan yang harus diturunkan setiap tahun adalah kelompok umbi-umbian
9.69 dan kelompok minyaklemak 0.92. Proyeksi konsumsi pangan menurut jenis pangan dapat dilihat pada Lampiran 4.
Pola konsumsi pangan penduduk suatu wilayah dapat menunjukkan jenis pangan yang disukai dan dapat diterima oleh penduduk wilayah tersebut
sehingga diperlukan proyeksi kebutuhan akan pangan yang dikonsumsi oleh penduduk yang dipengaruhi oleh jumlah penduduk di wilayah tersebut.
Berdasarkan proyeksi jumlah penduduk di Provinsi Papua diketahui bahwa jumlah penduduk pada tahun 2010 adalah 2.833.381 jiwa dengan laju
pertumbuhan 5,39 persen per tahun. Kemudian diharapkan proyeksi penduduk meningkat dari tahun 2011 sampai tahun 2015 agar kebutuhan konsumsi pangan
penduduk terpenuhi. Selanjutnya dilakukan proyeksi kebutuhan konsumsi pangan penduduk
Provinsi Papua tahun 2011-2015 Ribu ton tahun disajikan pada Tabel 21. Tabel 21 menunjukkan bahwa kebutuhan konsumsi pangan umbi-umbian lebih
tinggi dibandingkan dengan kebutuhan konsumsi padi-padian di Provinsi Papua pada tahun 2010 tahun dasar. Hal ini didukung dengan data produksi kelompok
pangan pada tahun 2009 di Provinsi Papua yaitu kelompok pangan padi-padian adalah 105.30 ribu tontahun sedangkan umbi-umbian adalah 379.82 ribu
tontahun BPS 2010. Tabel 21 Proyeksi kebutuhan konsumsi pangan penduduk Provinsi Papua tahun
2011-2015 Ribu ton tahun
No Kelompok
pangan Tahun
dasar Ribu ton tahun
Petumbuhan 2010
2011 2012
2013 2014
2015
1 Padi-padian
213.29 235.23
258.97 284.59
312.22 341.99
9.90 2
Umbi-umbian 510.06
494.59 475.96
453.90 428.07
398.14 -4.82
3 Pangan hewani
121.02 131.57
142.91 155.09
168.17 182.20
8.53 4
Minyaklemak 31.47
32.85 34.28
35.78 37.33
38.95 4.36
5 Buahbiji
berminyak 3.85
4.85 5.95
7.15 8.46
9.90 20.83
6 Kacang-
kacangan 31.21
33.80 36.58
39.56 42.75
46.18 8.15
7 Gula
27.88 30.04
32.35 34.83
37.48 40.31
7.65 8
Sayur dan buah 243.16
258.22 274.19
291.13 309.10
328.17 6.18
9 Lain-lain
4.93 6.47
8.17 10.03
12.07 14.29
23.80
Proyeksi kebutuhan konsumsi pangan penduduk di Provinsi Papua dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 diharapkan sesuai dengan standar
pelayanan minimum SPM tahun 2015. Agar mencapai standar pelayanan minimum SPM tahun 2015 maka dibutuhkan kelompok pangan padi-padian
adalah 314.99 ribu tontahun, umbi-umbian adalah 398.14 ribu tontahun, pangan hewani adalah 182.20 ribu tontahun, mnyaklemak adalah 38.95 ribu tontahun,
buah biji berminyak adalah 9.90 ribu tontahun, kacang-kacangan adalah 46.18 ribu tontahun, gula adalah 40.31 ribu tontahun, sayur dan buah adalah 328.17
ribu tontahun, dan pangan lainnya adalah 14.29 ribu tontahun. Proyeksi kebutuhan konsumsi pangan penduduk Provinsi Papua
berdasarkan laju pertumbuhan kelompok pangan umbi-umbian harus diturunkan kebutuhan konsumsi pangannya setiap tahun sekitar 4.82 sedangkan
kelompok pangan seperti padi-padian, pangan hewani, minyak dan lemak,
buahbiji berlemak, kacang-kacangan, gula serta sayur dan buah harus ditingkatkan dalam pemenuhan kebutuhan pangan agar sesuai dengan standar
pelayanan minimum SPM pada tahun 2015. Menurut Budi 2003 komoditas
pangan umbi-umbian terutama ubi jalar dapat dijumpai di berbagai wilayah, baik pada dataran rendah maupun dataran tinggi, terutama pada wilayah pegunungan
tengah. Analisis proyeksi kebutuhan konsumsi pangan penduduk di Provinsi
Papua tahun 2011-2015 menunjukkan bahwa kelompok pangan yang harus ditingkatkan yaitu kelompok pangan padi-padian, pangan hewani, minyak dan
lemak, buahbiji berlemak, kacang-kacangan, gula serta sayur dan buah dengan pemenuhan kebutuhan konsumsinya adalah 9.9, 8.5, 4.4, 0.8, 8.1,
7.6, dan 6.2 per tahun. Kualitas pangan dan keragaman pangan yang dikonsumsi penduduk dapat memenuhi kebutuhan konsumsi penduduk Provinsi
Papua tahun 2011 sampai tahun 2015. Secara rinci proyeksi kebutuhan konsumsi pangan menurut jenis pangan dapat dilihat pada Lampiran 4.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hasil analisis situasi konsumsi pangan penduduk di Provinsi Papua menunjukkan bahwa konsumsi energi penduduk di Provinsi Papua pada tahun
2010 adalah 1993 kkal 99.6 AKE dan konsumsi protein adalah 48.1 gramkapitahari 92.7 AKP. Secara kuantitas konsumsi energi dan protein
penduduk di Provinsi Papua masih dibawah standar WNPG 2004. Demikian juga skor PPH pada tahun 2010 adalah 81.0 masih kurang dari standar pelayanan
minimum SPM tahun 2015 yaitu 90. Hasil analisis proyeksi skor Pola Pangan Harapan di Provinsi Papua
harus ditingkatkan minimal 1,9 poin setiap tahunnya sehingga mencapai skor PPH 90 sesuai standar pelayanan minimum SPM pada tahun 2015. Hasil
analisis proyeksi konsumsi pangan di Provinsi Papua yang masih perlu ditingkatkan konsumsi pangannya adalah kelompok pangan padi-padian 4.3,
kelompok pangan hewani 3.0, kelompok buahbiji berlemak 13.9, kelompok kacang-kacangan 2.6, kelompok pangan gula 2.2, dan
kelompok pangan sayur dan buah 0.7. Hasil analisis proyeksi kebutuhan konsumsi pangan penduduk di Provinsi
Papua tahun 2011-2015 menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan kelompok pangan yang masih harus ditingkatkan yaitu kelompok pangan padi-padian,
pangan hewani, minyak dan lemak, buahbiji berlemak, kacang-kacangan, gula serta sayur dan buah masing-masing dinaikkan 9.9, 8.5, 4.4, 0.8, 8.1,
7.65, dan 6.2 per tahun.
Saran
Hasil analisis situasi konsumsi pangan di Provinsi Papua masih kurang dari standar pelayanan minimum SPM tahun 2015 sehingga perlu
adanya upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas konsumsi pangan penduduk agar
mencapai pola konsumsi pangan yang ideal, dan dianalisis lebih lanjut menggunakan data ketersediaan pangan sehingga dapat mendukung
perencanaan ketersediaan pangan dalam pengumpulan dan pengolahan data untuk penyusunan NBM di Provinsi Papua.
Perlu adanya penyuluhan dalam rangka gerakan sadar pangan dan gizi sehingga konsumsi pangan masyarakat mengarah pada beragam, bergizi, dan
berimbang sehingga skor PPH 90 sesuai standar pelayanan minimum SPM tahun 2015 tercapai.
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi yang penting mengenai situasi dan kebutuhan konsumsi pangan di Provinsi Papua sehingga
informasi yang dihasilkan juga diharapkan dapat digunakan oleh pemerintah Provinsi Papua dalam menyusun kebijakan dan implementasi program di bidang
pangan dan gizi.
DAFTAR PUSTAKA
[Bappenas] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2007. Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2006-2010. Jakarta: Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional,
Kementrian Negara
Perencanaan Pembangunan Nasional.
[BBKP] Badan Bimas Ketahanan Pangan. 2003. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 tahun 2002 tentang ketahanan pangan.
Departemen Pertanian. Jakarta. [BPS] Badan Pusat Statistik Povinsi Papua. 2008. Papua dalam angka. Papua:
Badan Pusat Statistik Provinsi Papua. [BPS] Badan Pusat Statistik Povinsi Papua. 2010. Papua dalam angka. Papua:
Badan Pusat Statistik Provinsi Papua. [DKP] Dewan Ketahanan Pangan. 2006. Kebijakan Umum Ketahanan Pangan
2006-2009. Jakarta: Dewan Ketahanan Pangan. [DKP] Dewan Ketahanan Pangan. 2012. Direktori Pengembangan Konsumsi
Pangan. Jakarta: Dewan Ketahanan Pangan. [WKNPG] Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi. 2004. Ketahanan Pangan dan
Gizi, Di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. Jakarta: LIPI Absari, UD. 2007. Perencanaan Produksi Pangan berdasarkan Daya Dukung
Pangan Wilayah untuk Memenuhi Kebutuhan Konsumsi Pangan Penduduk di Kabupaten Nganjuk, Propinsi Jawa Timur [Tesis]. Bogor:
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Anwar, DH. 1996. Proyeksi permintaan pangan di Nusa Tenggara Timur tahun 2005 [Tesis]. Bogor; Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Apomfires Frans. 2002. Makanan pada Komunitas Adat JAE. www.papuaweb.org [3 Juli 2012]
Baliwati YF dan Roosita K. 2004. Sistem Pangan dan Gizi. Di dalam: Baliwati YF, Khomsan A, Dwiriani M, editor. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta:
Penebar Swadaya. Budi, I.M. 2003. Pemanfaatan gandum Papua pokem sebagai sumber pangan
alternatif untuk menunjang ketahanan pangan masya- rakat Papua. hlm. 121−127. Dalam Y.P. Karafir, H. Manutubun, Soenarto, Y.
Abdullah, B. Nugroho, dan M.J. Tokede Ed.. Prosiding Lokakarya Nasional Pendayagunaan Pangan Spesifik Lokal Papua. Kerja Sama
Universitas Papua dengan Pemerintah Provinsi Papua.
Depkes RI. 1996. Panduaan 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang. Jakarta: Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga
Dwidjowijoto RN. 2006. Kebijakan Publik untuk Negara-negara Berkembang: Model Perumusan, Implementasi, dan Evaluasi. Jakarta: PT. Gramedia.
FAO-RAPA. 1989. Report of Regional Expert Consultation of the Asian Network for Food and Nutrition on Nutrition Urbanization. Bangkok. Food and
Agriculture Organizations, Regional Office for Asia and the Pasific FAO-RAPA, 2-5 may 1989.
Hardinsyah, Baliwati Y.F, Martianto D, Rahman H.S, Widodo A, dan Subiyakto. 2001. Pengembangan Konsumsi Pangan dengan Pendekatan Pola
Pangan Harapan. Bogor. Pusat Studi Kebijakan dan Gizi PSKPG-IPB, Lembaga Penelitian IPB dan Pusat Pengembangan Konsumsi Pangan
Badan Bimas Ketahanan Pangan BBKP Departemen Pertanian.
, D. Martianto. 1989. Menaksir kecukupan Energi dan Protein Serta Penilaian Menu Gizi Konsumsi Pangan. Jakarta: Wisari.
, S. Madanijah dan Y.F. Baliwati. 2002. Analisis Neraca Bahan Makanan dan Pila Pangan Harapan untuk Perencanaan Ketersediaan
Pangan. PSKPG-IPB dan Pusat Pengembangan Ketersediaan Pangan, Departemen Pertanian RI. Jakarta.
.1988. Kuantitas dan kualitas konsumsi pangan penduduk menurut strata ekonomi dan wilayah di Indonesia [Tesis]. Bogor: Program
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. . 1996. Measurement and Determinats of Food Diversity: Implications
for Indonesia’s Food and Nutritional Policy [Disertasi]. Medical School, University of Queensland. Brisbane.
Hariyadi P. 2009. Menuju kemandirian pangan: Ketahanan pangan berbasis sumberdaya lokal. Dalam: Ketahanan Pangan sebagai Fondasi
Ketahanan Nasional. Southeast Asian Food an Agricultural Science and Technology SEAFAST Center, IPB, Bogor.
Heryatno Y, Baliwati YF, Martianto D, Herawati T. 2005. Panduaan penggunaan aplikasi komputer analisis situasi dan kebutuhan konsumsi pangan
wilayah. Bogor: Pusat Konstruksi Pangan, Badan Bimas Ketahanan Pangan, Departemen Pertanian, dan Departemen Gizi Masyarakat dan
Sumberdaya Kelurga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Husain. 2004. Konsep dasar potensi pengembangan pangan spesifik lokal di Provinsi Papua. hlm. 33−42. Dalam. Y.P. Karafir, H. Manutubun,
Soenarto, Y. Abdullah, B. Nugroho, dan M.J. Tokede Ed.. Prosiding Lokakarya Nasional Pendayagunaan Pangan Spesifik Lokal Papua.
Kerja Sama Universitas Papua dengan Pemerintah Provinsi Papua.
Kepas. 1990. Analisis Agro-ekosistem untuk Pembangunan Masyarakat
Pedesaan Irian Jaya: Kasus enam desa. Kelompok Penelitian Agro- ekosistem. Badan Penelitian dan Pengembangan Penelitian.
Khumadi M. 1994. Gizi Masyarakat. Jakarta: BPK Gunung Mulia
. 1989. Gizi Masyarakat Bahan Pengajaran. PAU Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Madanijah S. 2004. Pola Konsumsi Pangan. Dalam Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya.
Mahfi T. 2009. Analisis situasi pangan dan gizi untuk perumusan kebijakan operasional ketahanan pangan dan gizi Kabupaten Lampung Barat
[tesis]. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Martianto D dan Ariani M. 2004. Analisis konsumsi pangan rumah tangga.
Prosiding Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. 17-19 Mei. LIPI, Jakarta.
Pudjiadi, S. 2001. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Ed 4. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Pusat Studi Kebijakan Pangan dan Gizi dan Kantor Menteri Urusan Pangan. 1994. Peta Keanekaragaman Pangan Nasional. Bogor. IPB Press
Rimbawan. 1999. Teknik Pengukuran Mutu Pangan dalam Penelitian Pangan dan Gizi Masyarakat. Makalah disajikan dalam Training Peningkatan
Kemampuan Penelitian Bidang Kesehatan dan Gizi Masyarakat. Direktorat Jenderal Pedidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.
Saliem et. al. 2005. Manajemen Ketahanan Pangan Era Otonomi Daerah dan Perum Bulog. Jakarta: Pusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan
pertanian. Sanjur. 1982. Social And Cultural Perspection In Nutrition. New York. Prentice
Hall, Inc. Englewood. Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi, Hidayat Syarief, penelaah. Bogor: Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor. Suryana, A. 2001. Tantangan dan kebijakan ketahanan pangan. Dalam
Pemberdayaan masyarakat untuk mencapai ketahanan pangan dan pemulihan ekonomi Ed Hardinsyah, A Rahardjo, D. Martianto, M.N.
Andrestian. Jakarta: Pusat studi kebijakan pangan dan gizi, Agrindo Aneka Consult.
Wahiah. 2005. Hubungan Faktor-Faktor Social Budaya Dengan Konsumsi Makanan Pokok Rumah Tangga Pada Masyarakat Di Kecamatan
Wamena Kabupaten Jayawiya, Semarang Widjono, A., Y. Mokay, Amisnaipa, H. Lakuy, A. Rouw, A. Resubun, dan P.
Wihyawari. 2000. Jenis-jenis Sagu Beberapa Daerah Papua. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Peta Provinsi Papua
Lampiran 2 Trend skor pola pangan harapan Provinsi Papua tahun 2008, 2009, dan 2010
No Kelompok Pangan
Standar 2008
2009 2010
AKE Bobot
Skor PPH
kkal TKE
Skor PPH
kkal TKE
Skor PPH
kkal TKE
Skor PPH
Perkotaan+pedesaan
1 Padi-padian
50.0 0.5
25.0 701.9
35.1 17.5
700.9 35.0
17.5 681.6
34.1 17.0
2 Umbi-umbian
6.0 0.5
2.5 526.3
26.3 2.5
532.0 26.6
2.5 597.8
29.9 2.5
3 Pangan hewani
12.0 2.0
24.0 189.5
9.5 19.0
181.7 9.1
18.2 182.1
9.1 18.2
4 Minyaklemak
10.0 0.5
5.0 197.4
9.9 4.9
214.5 10.7
5.0 221.3
11.1 5.0
5 Buahbiji berminyak
3.0 0.5
1.0 26.7
1.3 0.7
26.4 1.3
0.7 20.9
1.0 0.5
6 Kacang-kacangan
5.0 2.0
10.0 70.6
3.5 7.1
94.8 4.7
9.5 78.4
3.9 7.8
7 Gula
5.0 0.5
2.5 75.9
3.8 1.9
83.5 4.2
2.1 81.7
4.1 2.0
8 Sayur dan bua
6.0 5.0
30.0 100.7
5.0 25.2
101.7 5.1
25.4 111.5
5.6 27.9
9 Lain-lain
3.0 0.0
0.0 17.2
0.9 0.0
15.0 0.7
0.0 17.5
0.9 0.0
Total 100
100 1906
95.3 78.7