97.4 2.28 Analysis of Food Consumption Situation and Needs in Papua Province

wilayah perkotaan maupun di pedesaan Papua. Konsumsi ideal dari kelompok pangan ini adalah 6.0 dari angka kecukupan dan skornya 2.5. Atas dasar alasan tersebut maka dikatakan bahwa konsumsi pangan di Provinsi Papua belum mencapai jumlah yang ideal. Menurut Martianto dan Ariani 2004, konsumsi yang masih di bawah konsumsi harapan memerlukan upaya-upaya serius untuk meningkatkan kuantitas maupun kualitas konsumsi pangan guna mencapai pola pangan ideal. Upaya ini diantaranya peningkatan pendapatan dan daya beli yang diikuti dengan perbaikan pengetahuan gizi. Peningkatan pengetahuan gizi memungkinkan pengelolaan sumberdaya secara lebih baik, sehingga masyarakat dapat memilih jenis pangan bermutu dengan harga terjangkau. Tabel 14 Kontribusi energi menurut kelompok pangan pangan Provinsi Papua tahun 2008-2010 No Kelompok pangan AKE ideal AKE Pertumbuhan 2008 2009 2010 1 Padi-padian 50.0 35.1 35.0 34.1 -1.43 2 Umbi-umbian 6.0 26.3 26.6 29.9 6.77 3 Pangan hewani 12.0 9.5 9.1 9.1 -2.11 4 Minyaklemak 10.0 9.9 10.7 11.1 5.91 5 Buahbiji berminyak 3.0 1.3 1.3 1.0 -11.54 6 Kacang-kacangan 5.0 3.5 4.7 3.9 8.63 7 Gula 5.0 3.8 4.2 4.1 4.07 8 Sayur dan buah 6.0 5.0 5.1 5.6 5.90 9 Lain-lain 3.0 0.9 0.7 0.9 3.17 Total 100.0

95.3 97.4

99.7 2.28

Tabel 14 menunjukkan bahwa kontribusi energi meningkat dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 dengan pertumbuhan 2.28 persen setiap tahun. Kontribusi energi dari kelompok umbi-umbian masih mendominasi konsumsi penduduk dari tahun 2008 sampai 2010 masing-masing adalah 26.3 AKE, 26.6AKE, dan 29.9 AKE. Oleh karena itu, pertumbuhan kontribusi energi kelompok pangan umbi-umbian harus diturunkan sebesar 6.77 persen setiap tahun agar mencapai kontribusi energi ideal. Menurut Apomfires 2002 yang dilakukan di salah satu kabupaten di Provinsi Papua yaitu Kabupaten Merauke, sagu bie dan umbi-umbian merupakan makanan pokok yang dikonsumsi masyarakat, biasanya diselingi dengan makanan lain seperti pisang, dan nasi yang merupakan makanan yang telah dikenal dan biasa dikonsumsi. Walaupun ada makanan selingan, tetapi sagu dan umbi-umbian tetap diutamakan, karena beberapa orang menyatakan bahwa mengkonsumsi sagu dan umbi-umbian membuat kenyang lebih lama dibandingkan mengonsumsi pisang dan nasi. Kontribusi energi kelompok pangan minyaklemak, kacang-kacangan gula, sayur dan buah, dan pangan lain-lainnya mengalami peningkatan dari tahun 2008 sampai 2010 dengan pertumbuhan masing-masing adalah 5.91, 8.63, 4.07, 5.90, dan 3.17. Namun kontribusi energi dari kelompok pangan minyaklemak, kacang-kacangan gula, sayur dan buah, dan pangan lain- lainnya masih belum sesuai dengan kontribusi ideal masing-masing kelompok pangan tersebut. Kontribusi energi dari kelompok pangan padi-padian, pangan hewani, buahbiji berminyak mengalami penurunan dari tahun 2008 sampai 2010 dengan pertumbuhan masing-masing adalah 1.43, 2.11, dan 11.54. Menurut Hardinsyah et al 2001 bahwa dengan terpenuhinya kebutuhan energi dari berbagai kelompok pangan sesuai pola pangan harapan PPH, maka secara implisit kebutuhan zat gizi akan terpenuhi kecuali untuk zat gizi yang sangat defisit dalam suatu kelompok pangan. Tabel 15 Skor PPH menurut kelompok pangan Provinsi Papua tahun 2008-2010 No Kelompok pangan Skor PPH Pertumbuhan Ideal 2008 2009 2010 1 Padi-padian 25.0 17.5 17.5 17.0 -1.43 2 Umbi-umbian 2.5 2.5 2.5 2.5 0.00 3 Pangan hewani 24.0 19.0 18.2 18.2 -2.11 4 Minyaklemak 5.0 4.9 5.0 5.0 1.02 5 Buahbiji berminyak 1.0 0.7 0.7 0.5 -14.29 6 Kacang-kacangan 10.0 7.1 9.5 7.8 7.95 7 Gula 2.5 1.9 2.1 2.0 2.88 8 Sayur dan buah 30.0 25.2 25.4 27.9 5.32 9 Lain-lain 0.0 0.0 0.0 0.0 0.00 Total 100

78.7 80.8