2. 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Biomassa
Faktor  iklim  seperti  suhu  dan  curah  hujan  merupakan  faktor  yang mempengaruhi laju peningkatan karbon biomassa pohon Kusmana, 1993. Selain
curah  hujan  dan  suhu  yang  mempengaruhi  besarnya  biomassa  yang  dihasilkan adalah umur dan kerapatan tegakan, komposisi dan struktur tegakan, serta kualitas
tempat tumbuh Satoo  Madgwick, 1982. Biomassa tegakan hutan dipengaruhi oleh umur tegakan hutan, sejarah perkembangan vegetasi, komposisi dan struktur
tegakan Lugo  Snedaker, 1974. Semakin tinggi suhu akan menyebabkan kelembaban udara relatif semakin
berkurang. Kelembaban udara relatif bisa mempengaruhi laju fotosintesis. Hal ini disebabkan udara relatif  yang tinggi akan  memiliki tekanan udara uap air parsial
yang  lebih  tinggi  dibanding  dengan  tekanan  udara  pasial  CO
2
sehingga memudahkan  uap  air  berdifusi  melalui  stomata.  Akibat  selanjutnya  laju
fotosintesis akan menurun Siringo  Ginting 1997 dalam Ojo 2003.
2. 4.  Pengukuran dan Pendugaan Biomassa
Menurut Brown 1997 ada dua pendekatan untuk menduga biomassa dari pohon  yaitu  pertama  berdasarkan  pendugaan  volume  kulit  sampai  batang  bebas
cabang  yang  kemudian  dirubah  menjadi  jumlah  biomassa  tonha,  sedangkan yang kedua secara langsung dengan menggunakan persamaan regresi biomassa.
Tetapi  yang  menjadi  kelemahan  persamaan  regresi  penduga  biomassa terbaru  yang  berlaku  di  daerah  tropik  yang  dibuat  Brown  tidak  menyertakan
penduga biomassa per bagian pohon seperti untuk batang, cabang, daun, dan kulit. Pendekatan  pertama  oleh  Brown  1997  menggunakan  persamaan  di
bawah ini. Biomassa di atas tanah tonha = VOB x WD x BEF
Dimana : VOB =  Volume batang bebas cabang dengan kulit m
3
ha WD
=  Kerapatan kayu BEF
=  Faktor  ekspansi  Perbandingan  total  biomassa  pohon kering  oven  di  atas  tanah  dengan  biomassa  kering  oven
volume  inventarisasi  hutan.  Nilai  BEF  untuk  Jati sebesar 1,26 Hendri, 2001.
Dalam  penelitian  ini  pendugaan  biomassanya  pada  dasarnya  juga menggunakan  pendekatan  volume  seperti  yang  diusulkan  Brown  1997,  namun
dengan  beberapa  penyesuaian  diantaranya  pendugaan  volume  dengan menggunakan  Tarif  Volume  Lokal  TVL  Jati  KPH  Cianjur  yang  telah
mencantumkan keliling cm dan volumenya m
3
. Pendekatan yang kedua dengan menggunakan persamaan regresi biomassa
yang  didasarkan  atas  diameter  batang  pohon.  Dasar  dari  persamaan  regresi  ini adalah hanya mendekati biomassa rata-rata per pohon menurut sebaran diameter,
menggabungkan  sejumlah  pohon  pada  setiap  kelas  diameter,  dan  menjumlahkan total seluruh pohon untuk seluruh kelas diameter.
Pengukuran biomassa vegetasi dapat memberikan informasi tentang nutrisi dan  persediaan  karbon  dalam  vegetasi  secara  keseluruhan,  atau  jumlah  bagian-
bagian tertentu seperti kayu yang sudah diekstraksi. Mengukur  biomassa  vegetasi  pohon  tidaklah  mudah,  khususnya  hutan
campuran  dan  tegakan  tidak  seumur.  Pengumpulan  data  biomassa  dapat dikelompokkan  dengan  cara  dekstruktif  dan  non  destruktif  tergantung  jenis
parameter vegetasi yang diukur Hairiah et al., 2001. Brown  1997  telah  membuat  model  penduga  biomassa  di  hutan  tropika
dengan  model pangkat Y = a D
b
atau dengan  model polynominal  Y =  a +  bD  + cD
2
berdasarkan  zona  wilayah  hujan  kering,  lembab  dan  basah.  Model  yang disulkan Brown untuk zona lembab adalah:
Y = 1,242 D
2
– 12,8 D + 42,69 nilai R
2
= 84 untuk model polynomial Y = 0,118 D
2,53
nilai R
2
= 97 untuk model pangkat Dimana: Y = Biomassa pohon kg
D = Diameter rata-rata pada setiap kelas diameter cm R
2
= Nilai koefisien determinasi Dimana : a, b, c merupakan konstanta
Chapman  1976  dalam  Ojo  2003  mengelompokkan  metode pendugaan  dan  pengukuran  biomassa  diatas  tanah  above  ground  biomass
kedalam dua kelompok besar yaitu:
1. Metode destruktif pemanenan
a. Metode pemanenan individu tanaman
Metode  ini  digunakan  pada  tingkat  kerapatan  individu  tumbuhan cukup rendah dan komunitas tumbuhan dengan jenis sedikit.
b. Metode pemanenan kuadrat
Metode  ini  mengharuskan  memanen  semua  individu  pohon  dalam suatu unit contoh dan menimbangnya.
c. Metode pemanenan individu pohon yang mempunyai luas bidang dasar
rata-rata. Metode  ini  biasanya  diterapkan  pada  tegakan  yang  memiliki  ukuran
seragam.
2. Metode non destruktif tidak langsung
a. Metode hubungan allometrik
Persamaan allometrik dibuat dengan mencari korelasi yang paling baik antara  dimensi  pohon  dengan  biomassanya.  Pembuatan  persamaan
tersebut  dengan  cara  menebang  pohon  yang  mewakili  sebaran  kelas diameter dan ditimbang.
b. Crop meter
Penduga  biomassa  metode  ini  dengan  cara  menggunakan  seperangkat peralatan elektroda listrik yang kedua kutubnya diletakkan di atas.
2. 5. Tinjauan Hasil Penelitian Tentang Karbon