1. Metode destruktif pemanenan
a. Metode pemanenan individu tanaman
Metode ini digunakan pada tingkat kerapatan individu tumbuhan cukup rendah dan komunitas tumbuhan dengan jenis sedikit.
b. Metode pemanenan kuadrat
Metode ini mengharuskan memanen semua individu pohon dalam suatu unit contoh dan menimbangnya.
c. Metode pemanenan individu pohon yang mempunyai luas bidang dasar
rata-rata. Metode ini biasanya diterapkan pada tegakan yang memiliki ukuran
seragam.
2. Metode non destruktif tidak langsung
a. Metode hubungan allometrik
Persamaan allometrik dibuat dengan mencari korelasi yang paling baik antara dimensi pohon dengan biomassanya. Pembuatan persamaan
tersebut dengan cara menebang pohon yang mewakili sebaran kelas diameter dan ditimbang.
b. Crop meter
Penduga biomassa metode ini dengan cara menggunakan seperangkat peralatan elektroda listrik yang kedua kutubnya diletakkan di atas.
2. 5. Tinjauan Hasil Penelitian Tentang Karbon
Lasco 2006 melakukan penelitian mengenai simpanan karbon pada ekosistem hutan di Asia tenggara salah satunya di Nueva Ecija, Philipina yang
hasilnya seperti disajikan pada Tabel 1, namun Lasco mengkonversi karbon dari 45 biomassanya, berbeda dengan Brown yang mengkonversi karbon dari 50
biomassa.
Tabel 1. Biomassa dan kerapatan karbon di Nueva Ecija, Philipina Spesies
Umur tahun
Rata-rata dbh cm
Biomassa tonha
Karbon tonha
Acacia auriculiformis 9
8,71 32
14,4 Tectona grandis
13 5,5
8,7 3,92
Gmelina arborea 6
7,33 17,22
7,75 Pinus kesiya
13 12,53
107,83 48,52
Sumber : Lasco 2006 Hendri 2001 menduga biomassa bagian-bagian pohon Jati dengan
menggunakan metode destruktif pemanenan individu pohon yang dilakukan pada 24 pohon contoh pada tegakan Jati Tectona grandis Linn. F Kesatuan
Pemangkuan Hutan KPH Cepu Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah memperoleh persamaan biomassa dari bagian-bagian pohon Jati Tectona grandis
Linn. F yang berada dalam kawasan tersebut sebagaimana dalam Tabel 2.
Tabel 2. Persamaan biomassa bagian-bagian pohon Jati dan biomassa total Jati di kawasan hutan KPH Cepu Hendri, 2001
Biomassa bagian pohon Persamaan allometrik
R
2
Batang Y = 0,11246 D
2,34
95,2 Cabang
Y = 0,00331 D
2,83
92,6 Ranting
Y = 0,00977 D
2,24
86,0 Daun
Y = 0,15848 D
1,05
60,6 Tunggak
Y = 0,10069 D
1,85
84,3 Total pohon di atas
tanah Y = 0,20091 D
2,30
95,4 Akar
Y = 0,03199 D
2,30
72,9 Total keseluruhan
Y = 0,22029 D
2,28
95,3 Keterangan :
Y = Biomassa tonha D = Diameter cm
R
2
= Nilai koefisien determinasi
2. 6. Tinjauan Umum Jati Tectona grandis Linn. F
Tanaman Jati Tectona grandis Linn. F merupakan tanaman tropika dan subtropika yang sejak abad ke-9 telah dikenal sebagai pohon yang memiliki
kualitas tinggi dan bernilai jual tinggi. Jati Tectona grandis Linn. F merupakan
salah satu jenis tanaman yang memiliki kayu bernilai ekonomis tinggi dan serbaguna Martawijaya et al., 1981.
Jati termasuk famili Verbenaceae yang menggugurkan daun pada musim kemarau. Di Indonesia Jati dikenal dengan nama yang berbeda-beda, diantaranya
deleg, dodokan, jate, jatih, jatos, kiati, dan kuludawa. Sedangkan di negara lain dikenal dengan nama giati Venezuela, teak Birma, India, Thailand, USA,
Jerman, teck Perancis, dan tea Brazil Martawijaya et al., 1981. Menurut Sumarna 2001 bahwa dalam sistem taksonomi, tanaman Jati
mempunyai penggolongan sebagai berikut: Divisi
: Spermatophyta Kelas
: Angiospermae Sub kelas
: Dicotyledonae Ordo
: Verbenales Famili
: Verbenaceae Genus
: Tectona Spesies
: Tectona grandis Linn. F Jati merupakan tumbuhan asli India, Burma, Thailand, dan Vietnam serta
menyebar di Jawa dan beberapa pulau di Indonesia Departemen Kehutanan, 1991. Ada indikasi Jati dikenal ke pulau Jawa sekitar 400-600 tahun yang lalu.
Di Indonesia sendiri sampai tahun 1975 tercatat ada sekitar 774.000 ha tanaman Jati yang menyebar mulai Jawa, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Maluku,
Lampung, Bali, hingga NTB Sumarna, 2003. Jati tumbuh baik di daerah dengan musim kering yang nyata, tipe curah
hujan C sampai F, jumlah hujan rata-rata 1200-2000 mmtahun dan ketinggian tempat sampai 700 mdpl. Jati Tectona grandis Linn. F dapat tumbuh pada
berbagai macam formasi geologi dan tidak terikat pada satu jenis tanah tertentu, tetapi memerlukan tanah yang berdrainase baik dan beraerasi cukup. Pada tanah-
tanah yang dangkal, padat, serta becek pertumbuhannya kurang baik dan mudah terserang hama penyakit Martawijaya et al., 1981.
Pohon Jati Tectona grandis Linn. F dapat tumbuh besar selama ratusan tahun dengan ketinggian 40-45 m dengan diameter 1,8-2,4 meter. Namun, pohon
Jati rata-rata mencapai ketinggian 9-11 m, dengan diameter 0,9-1,5 m. Pohon Jati
Tectona grandis Linn. F yang dianggap baik adalah pohon yang beraris lingkar besar, berbatang lurus, dan sedikit cabangnya. Kayu Jati terbaik biasanya berasal
dari pohon yang berumur lebih dari 80 tahun Martawijaya et al., 1981. Kayu Jati Tectona grandis Linn. F memiliki berat jenis rata-rata 0,67
0,62-0,75 dengan kelas awet I-II, kelas kuat II. Selain itu, kayu Jati memiliki warna teras berwarna kuning emas kecoklatan sampai coklat kemerahan, mudah
dibedakan dari gubal yang berwarna putih agak keabu-abuan. Kegunaan dari kayu Jati adalah untuk bahan bangunan, rangka pintu dan jendela, panel pintu, bantalan
kereta api, perabot rumah tangga, serta vinir yang indah Mandang dan Pandit, 2002.
III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN