II. TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Karbon
Karbon adalah bahan penyusun dasar semua senyawa organik. Pergerakannya dalam suatu ekosistem berbarengan dengan pergerakan energi
melalui zat kimia lain : karbohidrat dihasilkan selama fotosintesis dan CO
2
dibebaskan bersama energi selama respirasi. Dalam siklus karbon, proses timbal balik fotosintesis dan respirasi seluler menyediakan suatu hubungan antara
lingkungan atmosfer dan lingkungan terestrial. Tumbuhan mendapatkan karbon, dalam bentuk CO
2
, dari atmosfer melalui stomata daunnya dan menggabungkan nya ke dalam bahan organik biomassanya sendiri melalui proses fotosintesis.
Sejumlah bahan organik tersebut kemudian menjadi sumber karbon bagi konsumen Campbell et al., 2004.
2. 2. Biomassa
Biomassa didefinisikan sebagai jumlah bahan total bahan organik hidup di atas tanah pada pohon termasuk daun, ranting, cabang, batang utama dan kulit
yang dinyatakan dalam berat kering oven ton per unit area Brown, 1997. Menurut Whitten et al., 1984 biomassa hutan adalah jumlah total bobot kering
semua bagian tumbuhan hidup, baik untuk seluruh atau sebagian tubuh organisme, produksi atau komunitas dan dinyatakan dalam berat kering per satuan luas
tonha. Menurut Chapman 1976 biomassa adalah berat bahan organik suatu organisme per satuan unit area pada suatu saat, berat bahan organik umumnya
dinyatakan dengan satuan berat kering dry weight atau kadang-kadang dalam berat kering bebas abu ash free dry weight.
Menurut Kusmana 1993, biomassa dapat dibedakan ke dalam dua kategori yaitu, biomassa tumbuhan di atas permukaan tanah above ground
biomass dan biomassa di bawah permukaan tanah below ground biomass. Lebih jauh dikatakan biomassa di atas permukaan tanah adalah berat bahan unsur
organik per unit luas pada waktu tertentu yang dihubungkan ke suatu fungsi sistem produksi, umur tegakan hutan dan distribusi organik.
Biomassa tumbuhan bertambah karena tumbuhan menyerap CO
2
dari udara dan mengubah zat tersebut menjadi bahan organik melalui proses
fotosintesis. Laju pengikatan biomassa disebut produktivitas primer bruto. Hal ini tergantung pada luas daun yang terkena sinar matahari, intensitas penyinaran,
suhu, dan ciri-ciri jenis tumbuhan masing-masing. Sisa dari hasil respirasi yang dilakukan tumbuhan disebut produktivitas primer bersih.
Biomassa hutan menyediakan penaksiran gudang karbon dalam tumbuhan hutan karena sekitar 50 dari biomassa adalah karbon. Karena itu, biomassa
menunjukkan jumlah potensial karbon yang dapat dilepas ke atmosfer sebagai karbon dioksida ketika hutan ditebang dan atau dibakar. Sebaliknya, melalui
penaksiran biomassa dapat dilakukan perhitungan jumlah karbondioksida yang dapat dipindahkan dari atmosfer dengan cara melakukan reboisasi atau dengan
penanaman Brown, 1997. Pendugaan biomassa hutan dibutuhkan untuk mengetahui perubahan
cadangan karbon untuk tujuan lain. Pendugaan biomassa diatas permukaan tanah sangat penting untuk mengkaji cadangan karbon dan efek dari deforestasi serta
penyimpanan karbon dalam keseimbangan karbon secara global Ketterings et al., 2001. Karbon tiap tahun biasanya dipindahkan dari atmosfer ke dalam ekosistem
muda, seperti hutan tanaman atau hutan baru setelah penebangan, kebakaran atau gangguan lainnya Hairiah et al., 2000. Sehingga jangka panjang penyimpanan
karbon di dalam hutan akan sangat tergantung pada pengelolaan hutannya sendiri termasuk cara mengatasi gangguan yang mungkin terjadi Murdiyarso, 2003.
Selain itu menurut Hairiah et al., 2000, potensi penyerapan karbon ekosistem dunia tergantung pada tipe dan kondisi ekosistemnya yaitu komposisi jenis,
struktur, dan sebaran umur khusus untuk hutan. Peningkatan penyerapan cadangan karbon dapat dilakukan dengan a
meningkatkan pertumbuhan biomasa hutan secara alami, b menambah cadangan kayu pada hutan yang ada dengan penanaman pohon atau mengurangi pemanenan
kayu, dan c mengembangkan hutan dengan jenis pohon yang cepat tumbuh Karbon yang diserap oleh tanaman disimpan dalam bentuk biomassa kayu,
sehingga cara yang paling mudah untuk meningkatkan cadangan karbon adalah dengan menanam dan memelihara pohon Rahayu et al., 2004.
2. 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Biomassa