2.3. Integrasi Pasar
Sifat pasar dan peranannya dalam penentuan harga adalah hal pokok dalam ekonomi. Letak geografis pasar, terutama bagi sektor pertanian sangat relevan
karena produk-produk pertanian bersifat amba bulky dan atau mudah rusak perishable, serta area produsen dan konsumen terpisah jauh, sehingga biaya
transportasi sangat menentukan. Batas-batas geografis adalah penting dalam mengukur permintaan dan penawaran, pembentukan harga dan struktur kompetisi.
Menurut Sexton et. al., 1991, studi-studi tentang ekonomi pasar biasanya berdasarkan definisi dasar dari Cournot dan Marshall yang menyatakan bahwa
dua kawasan regions dikatakan sama secara ekomoni pasar, jika perbedaan harga barang homogen tersebut tepat sesuai dengan besar biaya transportasi
transfer antar kedua kawasan tersebut. Pernyataan alternatif yang sama untuk semua konsep arbitrase arbitrage tersebut, adalah: 1 pasar antar kawasan
adalah terintegrasi, dan 2 berlakunya the law of one price LOP antar kawasan. Menurut Ardeni 1989, definisi umum untuk arbitrase komoditi adalah
jika harga ekspor ditambah dengan biaya transportasi adalah sama dengan harga impor dalam unit mata uang yang sama, hal ini yang dikatakan sebagai LOP.
Kegagalan dua pasar atau lebih untuk berlakunya LOP dapat dijelaskan berdasarkan alasa-alasan berikut: 1 kawasan tidak terikat secara arbitrase, berarti
masing-masing kawasan memiliki asar yang autarki, 2 terjadnya halangan untuk arbitrase yang efisien karena hambatan perdagangan, informasi tidak sempurna
atau risk aversion, atau 3 terjadinya kompetisi tidak sempurna pada satu atau lebih pasar tersebut Faminow dan Benson, 1990.
Pada model penawaran di banyak literatur, misalnya pada pasar kayu log, diasumsikan bahwa pasar terintegrasi baik pada tingkat internasional, regional
ataupun nasional. Asumsi ini terpenuhi jika harga-harga dalam pasar tersebut memenuhi LOP, akan tetapi asumsi tersebut tidak pernah diuji. Jika pasar tidak
terintegrasi secara spasial, agresi tingkat nasional atau regional akan banyak kehilangan informasi spesifik pada pasar individual. Oleh karenanya, inferensia
dan kesimpulan yang didapatkan dari analisis pada pasar-pasar tersebut tidak validsahih. Jika pasar terintegrasi, kondisi pasar persaingan sempurna PPS tidak
terpenuhi antar pasar yang tersegmentasi. Jika pasar bukan PPS, mungkin pasar
dalam kondisi monopoli, monopsoni, oligopoli atau oligopsoni, dan karenanya kesimpulan yang diturunkan dari asumsi PPS tidak sesuai bagi analisis kebijakan.
Struktur suatu pasar dapat dipahami melalui suatu studi integrasi dari setiap pasar dengan menggunakan analisis harga Nagubadi et. al., 2001
Tingkatderajat dan perluasan dari integrasi spasial mempunyai beberapa implikasi terhadap pasar. Hal tersebut dapat memberikan informasi penting
sehubungan dengan kekuatan atau kelemahan dari tingkat persaingan di masing- masing pasar Nagubadi et. al., 2001. Akan tetapi dalam Faminow dan Benson
1990 ditunjukkan bahwa sulit mencari sebab yang spesifik dari kegagalan LOP. Alternatifnya pasar kawasan mungkin terkait melalui oligopoli oligopsoni yang
independen, di mana perusahaan berkompetisi harga pada kawasan pelayanan yang terbatas.
Metode tradisional untuk studi integrasi pasar adalah berdasarkan korelasi pasangan bivariate correlation harga antar wilayah region. Dalam metode ini,
korelasi dan koefisien regresi diduga dari deret data harga spot pada lokasi pasar yang berbeda. Akan tetapi, menurut Ravallion 1986 ada beberapa kelemahan
inferensia dari metode ini seperti hubungan harga antar lokasi diasumsikan dalam bentuk fungsi linier dengan sudut kemiringan slope yang sama dengan satu
unity. Selanjutnya, Ardeni 1989 berargumen bahwa pendekatan konvensional untuk pengujian integrasi spasial adalah tidak tepat karena mengabaikan sifat-sifat
data deret waktu dari data kawasan. Secara spesifik, korelasi serial akan menyebabkan uji empiris integrasi pasar spasial terganggu karena tidak konsisten
dan bias. Lebih jauh, analisis penggunaan diferensiasi harga mungkin terganggu karena perbedaan transformasi dan filter yang kurang tepat bagi data deret harga
yang digunakan. Di samping itu, ada kemungkinan persamaan regresi yang digunakan semu spurious.
Menurut Ravallion 1986, integrasi pasar dapat dipisahkan dalam jangka pendek dan jangka panjang untuk model dinamik diferensiasi harga spasial.
Dengan demikian, integrasi spasial dan segmentasi pasar dapat ditunjukkan dalam bentuk umum dan diuji dalam bentuk restriksi. Dengan model dinamik dapat
diungkap lebih banyak lagi tentang informasi pasar daripada model tradisional
atau konvensional yang bersifat statik, akan tetapi model Ravallion tidak mengakomodasi sifat non stasioner dari deret data harga.
Prosedur alternatif untuk mengevaluasi integrasi pasar spasial telah dikembangkan oleh Engle dan Granger 1987 dengan konsep kointegrasi untuk
deret data non stasioner, sebagai contoh Goodwin dan Schroder 1991 melakukan analisis kointegrasi untuk pasar ternak di Amerika Serikat, serta Ismet et. al.
1998 untuk pasar beras di Indonesia. Prosedur kointegrasi secara umum menunjukkan bahwa deviasi dari keseimbangan antara dua variabel ekonomi yang
masing-masing non stasioner adalah stasioner. Uji kointegrasi membuktikan, khususnya pada kerangka kerja terjadinya keterkaitan harga jangka panjang di
antara pasar dalam kawasan, di samping keterkaitan harga jangka pendek. Dalam Mohanty et. al. 1996 ditunjukkan bahwa dari pengujian integrasi
harga dengan uji kausalitas Granger akan diperoleh hasil yang menyesatkan misleading. Selain itu, pendekatan dengan model VAR Vector Autoregression
tampaknya seperti termispesifikasi misspecified, dan analisis yang dilakukan tersebut terfokus pada sifat dinamik jangka panjang. Selanjutnya, disarankan
untuk melihat hubungan harga suatu komoditi dengan menggunakan Error Correction Model ECM yang mengakomodasi studi hubungan jangka pendek
dan jangka panjang secara simultan, selain itu dapat dilihat informasi apakah ada kepemimpinan harga price leadership dan struktur pasar pada tingkat pasar
dunia. Perkembangan lebih lanjut dari aplikasi kointegrasi, seperti prosedur
kemungkinan maksimum maximum likelihood dari analisis kointegrasi peubah ganda multivariate analysis, yang mana peneliti dapat melihat cakrawala baru
dari penelitian yang dilakukan terhadap mekanisme pasar dari suatu komoditi. Toppinen dalam Nagubadi et. al. 2001 memperlihatkan bahwa hubungan
kointegrasi dapat diakomodasikan pada model pasar komoditi kayu log jangka pendek untuk memperoleh informasi penting mengenai pembentukan harga dan
kuantitas serta proyeksinya forecasting. Kritik yang menarik tentang pengukuran integrasi dan efisiensi pada pasar
produk pertanian internasional, dikemukakan oleh Barrett 2001 sebagai berikut: 1 ekonom harus memisahkan antara konsep integrasi dan efisiensi, di mana
pengukuran integrasi berdasarkan indikator flow-based dari komoditas yang diperdagangkan tradeability, sedangkan pendugaan efisiensi berdasarkan uji
price-based dari keseimbangan pasar spasial. 2 pengujian hipotesis nol dari efisiensi pasar menghadapai kendala ketakcukupan data terutama data biaya-biaya
perdagangan internasional, hal ini yang menyebabkan hipotesis keseimbangan pada pasar persaingan sempurna PPS selalu ditolak, yang mana informasi ini
sebagai prasyarat untuk kebijakan peningkatan kesejahteraan, secara empiris uji yang dilakukan hanya pada harga saja, sehingga pengujian ini dengan asumsi
yang kuat bahwa biaya-biaya transaksi perdagangan antar dua pasar adalah konstan antar waktu, dan 3 walaupun efisiensi pasar dipenuhi dan keuntungan
marjinal untuk arbitrase adalah sama dengan nol, akan tetapi masih ada ketakefisienan sosial yang disebabkan oleh hambatan perdagangan dan besar-
besarnya biaya perdagangan. Menurut Barret 2001, metode analisis harga telah mengalami
peningkatan dalam 10-15 tahun terakhir, data deret waktu yang mempunyai masalah otokorelasi atau non stasioner dapat ditanggulangi dengan metode yang
mulai diperkenalkan pada akhir tahun 1980. Metode yang banyak digunakan oleh ekonom adalah kointegrasi, kausalitas Granger, dan mekanisme koreksi galat
error correction mechanisms pada integrasi pasar, hukum satu harga law of one priceLOP dan paritas daya beli purchasing power parityPPP. Metode tersebut
digunakan untuk menguji: 1 adanya hubungan jangka panjang antar harga di dua pasar, 2 adanya hubungan satu atau dua arah untuk kekuatan proyeksi harga
pasar, dan 3 penyesuaian dinamik deviasi keseimbangan jangka pendek dari keseimbangan jangka panjang. Metode-metode tersebut mempunyai kelemahan
yang fundamental, karena asumsi yang digunakan, yaitu biaya-biaya transaksi perdagangan antara dua lokasipasar adalah konstan. Pengujian hipotesis efisiensi
pasar tidak dipisahkan dengan pengujian dari kebenaran asumsi tersebut yang mengganggu spesifikasi model.
2.4. Kebijakan Nasional Perberasan