Transmisi Harga Pembentukan dan Transmisi Harga

seimbang dengan biaya yang harus dikeluarkan, dan sangat mungkin dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingan khusus. Namun, kebanyakan negara mengabaikan literatur tersebut, terutama negara-negara Asia. Alasannya didasarkan bahwa rata-rata konsumen masih tergolong miskin dibandingkan negara-negara lain. Menurut Timmer 1992, negara-negara yang paling berhasil menjaga stabilisasi harga adalah negara yang paling berkembang perekonomiannya di dunia. Bila harga pangan tidak berhasilkan dijaga kestabilannya, maka stabilitas politik dan pertumbuhan ekonomi menjadi terancam. Ada perubahan nyata yang luput dari pembahasan para ekonom dan mikro ekonomi yang mendasarkan pandangannya pada model yang dirancang untuk menjelaskan pengaruh harga yang stabil adalah dimensi penting kontribusi stabilitas pada kesejahteraan sosial Timmer, 1997.

2.2. Pembentukan dan Transmisi Harga

2.2.1. Transmisi Harga

Dinamika jangka pendek harga komoditas pertanian di daerah konsumen pada umumnya memiliki pola yang sama dengan dinamika harga di daerah produsen karena permintaan yang dihadapi petani di daerah produsen merupakan turunan dari permintaan di daerah konsumen. Jika terjadi kenaikan harga di pasar konsumen akibat naiknya permintaan maka pedagang akan meneruskan kenaikan harga tersebut kepada petani sehingga harga di pasar produsen juga mengalami peningkatan. Akan tetapi proses transmisi harga dari pasar konsumen ke pasar produsen tersebut umumnya tidak sempurna dan bersifat asimetris, artinya jika terjadi kenaikan harga di pasar konsumen maka kenaikan harga tersebut diteruskan kepada petani secara lambat dan tidak sempurna, sebaliknya jika terjadi penurunan harga. Pola transmisi harga seperti ini menyebabkan fluktuasi harga di pasar konsumen cenderung lebih tinggi dibanding fluktuasi harga di pasar produsen dan perbedaan fluktuasi harga tersebut akan semakin besar apabila transmisi harga yang terjadi semakin tidak sempurna Simatupang, 1999. Dalam pemasaran komoditas pertanian transmisi harga dari pasar konsumen ke pasar produsen yang relatif rendah merupakan salah satu indikator yang mencerminkan adanya kekuatan monopsoni atau oligopsoni pada pedagang. Hal ini karena pedagang yang memiliki kekuatan monopsoni atau oligopsoni dapat mengendalikan harga beli dari petani sehingga walaupun harga di tingkat konsumen relatif tetap tetapi pedagang tersebut dapat menekan harga beli dari petani untuk memaksimumkan keuntungannya. Begitu pula jika terjadi kenaikan harga di tingkat konsumen maka pedagang dapat meneruskan kenaikan harga tersebut kepada petani secara tidak sempurna, dengan kata lain kenaikan harga yang diterima petani lebih rendah dibanding kenaikan harga yang dibayar konsumen. Pola transmisi harga seperti ini tidak menguntungkan bagi petani karena kenaikan harga yang terjadi di tingkat konsumen tidak sepenuhnya dapat dinikmati petani, sebaliknya jika terjadi penurunan harga. Dalam jangka panjang harga komoditas cenderung naik akibat naiknya permintaan konsumen. Namun laju kenaikan harga di tingkat konsumen dapat berbeda dengan laju kenaikan harga di tingkat petani, dan tergantung kepada perilaku pedagang dalam melakukan transmisi harga dari konsumen kepada petani. Pada pasar yang bersaing sempurna pedagang akan meneruskan setiap kenaikan harga di tingkat konsumen dengan besaran yang relatif sama kepada petani, dengan kata lain kenaikan harga di tingkat konsumen relatif sama besar dengan kenaikan harga di tingkat petani. Tetapi pada pasar dengan kekuatan monopsoni atau oligopsoni kenaikan harga di tingkat petani akan lebih kecil dibanding kenaikan harga di tingkat konsumen akibat perilaku pedagang yang berusaha memaksimumkan keuntungannya dengan memberikan informasi harga yang tidak sempurna untuk menekan harga beli dari petani. Variasi transmisi harga tersebut secara umum dipengaruhi oleh dua faktor yaitu: 1. Pertama, adanya kekuatan monopsoni atau oligopsoni pada pedagang sehingga mereka memiliki kekuatan untuk mengendalikan harga beli dari petani atau harga di tingkat produsen. Adanya kekuatan monopsoni pada pedagang menyebabkan kenaikan harga yang terjadi di tingkat konsumen tidak selalu diteruskan kepada petani secara sempurna. Kekuatan monopsoni atau oligopsoni tersebut dapat terbentuk melalui beberapa cara yaitu: a kerjasama di antara para pedagang dalam menentukan harga pembelian dari petani, b menciptakan hambatan bagi pedagang lain untuk terlibat dalam pemasaran komoditas yang bersangkutan, dan c menciptakan ketergantungan petani untuk hanya memasarkan hasil panennya kepada para pedagang tertentu. Cara yang terakhir tersebut biasanya ditempuh pedagang dengan memberikan pinjaman modal atau pinjaman input usahatani kepada para petani dengan kesepakatan petani harus menjual hasil panennya kepada pedagang yang memberikan pinjaman modal. 2. Kedua, rantai pemasaran yang semakin panjang yang memungkinkan terjadinya akumulasi bias transmisi harga yang semakin besar. Rantai pemasaran yang semakin panjang antara lain dapat disebabkan oleh jarak pemasaran yang semakin jauh antara daerah produsen dan daerah konsumen. Jarak pemasaran yang lebih jauh dapat terjadi karena produksi komoditas terkonsentrasi di daerah-daerah tertentu sedangkan daerah konsumennya relatif tersebar dalam lingkup wilayah yang lebih luas. Transmisi harga tertinggi terjadi pada pemasaran padi dimana sekitar 81 persen kenaikan harga yang terjadi di daerah konsumen diteruskan kepada petani di daerah produsen. Tingginya transmisi harga beras tersebut dapat terjadi akibat dua faktor yaitu : 1 Adanya intervensi pemerintah dalam mengendalikan harga padi melalui kebijakan harga dasar gabah sehingga kekuatan monopsonioligopsoni yang dimiliki para pedagang padi dapat ditekan. 2 Karena merupakan bahan pangan pokok maka daerah produsen beras relatif tersebar menurut wilayah sehingga jarak antara daerah produsen dan daerah konsumen relatif dekat.

2.2.2. Efektivitas Pemasaran