5 piran
meq tokolang anakmeq?
[piran me?
tokola η
anakme?] kapan
kamu duduk-sfk anak-prnmn?
kapan kamu dudukkan anakmu?
Pada contoh di atas, kata tokolang memiliki objek yang menyatakan pengalam, sedangkan pada kata tokolin objeknya menyatakan tempat.
4.2.3.3 Produktivitas Pola DV
2
-in
Pola ini merupakan pola yang produktif. Hal ini dapat dibuktikan dengan jumlah data yang membentuk pola ini. Lihat daftar data pada lampiran 1, di sana
terlihat bahwa sebagian besar verba kelas II dapat berdistribusi dengan sufiks {-in}.
4.2.4. Pola ke-DV
2
- an
Pola ini merupakan perpaduan konlfikss {ke-an} dengan dasar verba kelas II. Afiks {ke-an} dikatakan sebagai konlfikss karena afiks {ke-} dan afiks {-an}
secara bersama-sama melekat pada morfem dasar dan membentuk satu fungsi atau satu makna. Misalnya dari data yang ditemukan kata kemiluan [k
∂miluan] yang berasal dari morfem dasar milu [milu] tidak berasal dari kata miluan atau kemilu
dulu tapi dua afiks tersebut secara bersama-sama melekat pada bentuk dasar membentuk kata kemiluan [k
∂miluan]. Berbeda dengan bentuk tetindoqang [tetindo?a
η], kata tersebut berawal dari kata tindoqang [tindo?aη] tidurkan kemudian mendapatkan imbuhan berupa prefiks {te-} dan membentuk kata
tetindoqang [t ∂tindo?aη] ditidurkan. Afiks {te-} dan {-ang} merupakan dua afiks
yang dibubuhkan satu persatu pada bentuk dasar tindoq. Perhatikan data-data berikut ini.
Tabel 20
Data Pembentukan Verba Pola ke-DV-an Kata Jadian
Glos Morfem Dasar
Glos k
∂lalowan terlelap
lalo pergi
k ∂r∂ndotan
ketingalan ∂ndot
tinggal k
∂miluwan terbawa
milu ikut
Dari data yang didapatkan ternyata ditemukan juga pola ke-D-an yang merupakan kombinasi dari afiks gabung yaitu prefiks {ke-} dan sufiks {-an}
dengan morfem dasar yang berfungsi membentuk kata benda. Misalnya, kata kebeleqan [k
∂b∂lE?an] kebesaran yang menyatakan makna sangat besar. Kata tersebut berasal dari kata beleq [b
∂lE?] besar, morfem dasar beleq tersebut mendapatkan imbuhan berupa sufiks {-an} menjadi beleqan [b
∂le?an] lebih besar. Kemudian kata beleqan mendapat imbuhan berupa prefiks {ke-} menjadi
kebeleqan. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa afiks {ke-} dan {- an} pada kata kebeleqan merupakan afiks gabung dan bukan konlfikss. Jadi afiks
{ke-an} pada kerendotan dan afiks {ke-an} pada kebeleqan merupakan dua afiks yang berbeda.
Dalam tesis ini hanya dibahas masalah pola ke-D-an yang berkombinasi dengan konlfikss {ke-an} bukan gabungan prefiks {ke-} dan sufiks {-an}.
Mengingat tesis ini hanya membahas masalah pola yang membentuk verba bukan yang membentuk nomina, karena pola ke-D-an yang merupakan kombinasi dari
afiks gabung berfungsi membentuk nomina dan pola yang dihasilkan dengan
kombinasi afiks gabung inipun akan berkategori nomina maka pola ini tidak diuraikan lebih lanjut.
4.2.4.1. Fungsi konlfikss {ke-an} pada Pola ke-DV
2
-an
Dari analisis yang dilakukan ditemukan bahwa konlfikss ini berfungsi untuk membentuk kata kerja pasif. Hal ini dapat dilihat data-data yang
dikumpulkan. Misalnya, morfem dasar tindoq [tindo?] tidur yang merupakan verba dasar intransitif akan berubah menjadi kata ketindoqan [ketindo?an] tidak
sengaja tidurtertidur. Kata ketindoqan ini dapat digolongkan menjadi verba pasif. Untuk pola ke-D-an yang berkategori verba ini, data tidak banyak
ditemukan, sedangkan untuk pola yang berdistribusi dengan afiks gabung, yang merupakan gabungan dari prefiks {ke-} dan sufiks {-an} cukup banyak
ditemukan. Sehingga penulis harus lebih berhati-hati untuk membedakan kedua pola tersebut.
4.2.4.2. Arti atau Nosi Konlfikss {ke-an} pada Pola ke-DV
2
-an
Arti atau nosi dari konlfikss ini adalah menyatakan ketidak sengajaan melakukan apa yang dinyatakan D. Misalnya, kerendotan [k
∂r∂ndotan], kemiluan [k
∂miluan]. Data tersebut jika dikonstruksikan dalam kalimat akan tampak sebagai berikut.
1 kerendotan
lampak naengku
[k ∂r∂ndotan
lampak nae
ηku] knfk-tinggal-knfk
telapak kaki-prnmn ketinggalan
telapak kakiku
2 araq kemiluan
barangku? [ara? k
∂miluan bara
ηku] ada sfks-ikut-sfks
barang-prnmn? ada
yang ketinggalan barangku?
Ditemukan juga data yang serupa dengan kata kelantongan pada pola ke- ND
1
-an yaitu kata kelaloan [k ∂laloan]. Kata tersebut berasal dari morfem dasar
yaitu kata lalo [lalo] pergi. Kenapa penulis katakan istimewa? Karena data ini setelah berdistribusi dengan konlfikss {ke-an} berubah maknanya, atau dengan
kata lain maknanya jauh berubah dari leksem dasarnya. Kata kelaloan yang berasal dari kata lalo yang berarti pergi berubah makna menjadi tidak sengaja
tertidur, makna yang sangat jauh dari makna morfem dasarnya, kemudian setelah didiskusikan dengan para informan, didapatkan kejelasan bahwa kata kelaoan itu
dapat juga diartikan dengan pergi perasaannya, hilang ingatanya sehingga ia tertidur.
4.2.4.3. Produktivitas Pola ke-DV
2
-an
Dilihat dari produktif dan tidak produktifnya pembentukan verba dengan pola ini dapat dikatakan bahwa pola ini termasuk pola yang tidak produktif. Ini
terbukti dari sedikitnya data yang ditemukan. Lihat daftar data pada lampiran 1, di sana terlihat bahwa hanya beberapa verba kelas II saja yang mampu berdistribusi
dengan pola ini.
4.2.5. Pola N-DV