potensi luas tanam sawah padi pandanwangi. Artinya kegiatan budidaya dalam skala besar
100 hektar
yang menuntut
kondisi hidroklimat yang sesuai, maka tidak bisa
seperti budidaya padi sawah yang lain yang hampir bisa di manapun karena permintaan
akan sumber ketersediaan air nya relatif mudah dimodifikasi. Pada sawah padi biasa
didataran rendah bisa dibuat semacam waduk untuk menampung air, sehingga potensi luas
tanam bisa ditingkatkan. Bila budidaya Pandanwangi di dataran tinggi dengan luasan
lebih dari seratus hektar, maka sumber air sawah Pandanwangi tersebut sangat sukar dan
sangat tidak mungkin dilakukan modifikasi lingkungan dengan membuat waduk di dataran
tinggi seperti di kecamatan Warungkondang dan Cugenang untuk memperluas luas
potensial tanam. Dari hal tersebut, artinya wilayah-wilayah pembudidaya pandanwangi
yang
potensial dilakukan
penanaman, merupakan wilayah yang sangat jarang dan
unik.
4.3.2 Meninjau Dampak Terhadap Aspek Sosial
Dari hasil sebelumnya bisa dilihat bahwa hidroklimat membatasi kegiatan budidaya
Pandanwangi dengan membatasi luasan area tanam potensial. Bila luas area tanam terbatas,
maka produksi hasil juga akan ikut dibatasi fungsi luas potensial. Bila produksi hasil
terbatas, maka bisa jadi hal ini menguntungkan ataupun merugikan terhadap aspek sosial.
Pertama bisa menguntungkan. Bila wilayah yang sesuai untuk dilakukan penanaman dalam
skala besar hanya terdapat di Cianjur, maka beberapa sosial tertentu akan diuntungkan,
seperti pemilik lahan sawah yang menjadikan usaha bisnis. Kedua bisa merugikan. Bila
jumlah beras Pandanwangi terbatas, maka itu bisa merugikan konsumen beras Pandanwangi.
Produktivitas padi Pandanwangi ditingkat petani aktual mencapai rata-rata sekitar 7,2
ton Malai Kering Panenha Podesta 2009. Menurut SK Mentan No163 kpts LB.240
32004, rata-rata hasil aktual sebesar 5,7 ton GKGha dengan potensi hasil sebesar 7,4 ton
GKGha per musim tanam. Padi sawah biasa bisa mencapai aktual 4,5 ton GKGhektar
Badan
Penelitian dan
Pengembangan Pertanian 2008 dalam satu musim tanam
dikali potensial 3 kali masa tanam atau maksimal pertahun 15 tonha GKG, sedangkan
padi Pandanwangi hanya sekitar maksimal aktual 11,4 ton GKGha setahun karena
potensial masa tanam hanya dua kali setahun. Usahatani Pandanwangi terkesan kurang
menguntungkan, sebab potensi hasil maupun aktual hasil padi pandanwangi dibanding padi
sawah umum terkesan lebih kecil. Dalam satu tahun, padi Pandanwangi hanya mampu
maksimal dua kali masa tanam setahun, sedangkan padi sawah biasa bisa dilakukan
sampai tiga kali setahun. Berdasarkan hasil di tabel 9, di ke-tujuh kecamatan tersebut didapat
bahwa walaupun potensi luas tanam sawah padi pandanwangi cukup tinggi, yaitu semua
lebih dari 100 hektar, tetapi tetap bahwa potensi luas tanam maksimum hanya ada di
kecamatan
Warungkondang yang
bisa mencapai 100 dan umumnya potensi luas
tanam berada hanya pada tahun 2002. Selebihnya di 6 kecamatan lainnya selalu
kurang dari 100 persen dari luasan sawah padi total. Apalagi di Sukaresmi hanya mencapai
potensial maksimum sebesar 7 saja. Ada pula masalah sosial terdapatnya kesan bahwa
usahatani padi aromatik terkesan lebih sukar dalam
perawatan dan
pemeliharaannya dibanding padi sawah biasa Seno et al. 2007
Usahatani Pandanwangi di Cianjur ini sangat terbatas dalam hal jumlahluasan
maksimum dan ataupun secara efisiensi produksi
persatuan waktu.
Keterbatasan kegiatan budidaya Pandanwangi Cianjur
tersebut secara tidak langsung bisa mengancam keberadaankeberlangsungan
varietas ini
sendiri, karena penurunan luas aktual tanam yang
makin meningkat
tajam bisa
menimbulkan kepunahan varietas ini di pematang sawah. Hal ini ditambah persepsi
para petani lokal bahwa budidaya padi jenis ini kurang menguntungkan secara ekonomis
dibandingkan
dengan varietas
lain. Keterbatasan kegiatan budidaya tersebut juga
secara tak
langsung dapat
merugikan konsumen beras pandanwangi, karena semakin
tidak ada jaminan akan keaselian dari merek beras Pandanwangi yang beredar di pasaran.
4.3.3 Meninjau Pentingnya Sertifikasi Beras Pandanwangi Cianjur