II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hidroklimat dan Budidaya Varietas
Pandanwangi 2.1.1 Faktor Fisik Hidroklimat
Penelitian Gunawan
tahun 2007
menyebutkan bahwa hidroklimat merupakan keadaan rerata cuaca suatu daerah atau tempat
dalam periodewaktu tertentu, dan pada umumnya dipengaruhi oleh letak geografis
dan ketinggian daerah tersebut; variasi iklim ini ditentukan oleh berbagai parameter, antara
lain: intensitas curah hujan, hari hujan, kelembaban udara, suhu udara, kecepatan
angin
dan lama
penyinaran matahari.
Penelitian Anwar tahun 2012 menyebutkan bahwa hidroklimatologi ialah cabang ilmu
lintas disiplin yang mempelajari tentang proses-proses hidrologi di atmosfer, kemudian
dikembangkan dengan penerapan teknologi sebagai pemanfaatan sumberdaya air di
hidrosfer maupun litosfer. Hasil penelitian Quinn et al. 2004 menunjukan bahwa
beberapa nilai parameter fisik lingkungan hidroklimat yaitu debit dan tinggi muka air
sungai berdasar variasi waktu di suatu tempat tertentu berpengaruh terhadap produksi hasil
pertanian. Hoerling et al. 2010 mengkaji mengenai variasi hidroklimat di danau Devils
di North Dakota, USA, dengan objek yang dikaji yaitu danau dan salah satu yang
dipelajari ialah mengenai pola curah hujan, dan pengaruh efek letak wilayah lintang, topografi
yang berpengaruh terhadap elevasi tinggi muka air danau. Eugene et al. 2012 mengkaji
dampak variabilitas iklim terhadap perubahan nilai parameter hidroklimat di suatu wilayah di
Afrika; mengemukakan bahwa perubahan nilai parameter iklim suhu udara bisa berpengaruh
terhadap berubahnya besaran nilai parameter hidroklimat curah hujan. Jakob et al. 2002
mengkaji penggunaan parameter hidroklimat curah hujan yang dijadikan penanda kejadian
longsor di wilayah kajian Vancouver; niai-nilai curah hujan dikumpulkan sedemikian rupa
berdasarkan waktu yang berbeda dan dilakukan analisis korelasi terhadap waktu kejadian
longsor.
2.1.2 Gambaran Umum Budidaya Padi Pandanwangi di Wilayah-wilayah
Pembudidaya Sentra penghasil padi Pandanwangi di
kabupaten Cianjur diantaranya kecamatan Warungkondang, Cianjur, Cilaku, Cibeber,
Cugenang, dan Sukaresmi Podesta 2009. Sentra lainnya juga terdapat di kecamatan
Campaka Gandhi 2008. Selain di kabupaten Cianjur, padi Pandanwangi ditanam di
kabupaten Sukabumi,
Garut, Ciamis,
Tasikmalaya, Majalengka dan Karawang Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur 2003;
Murdani 2008. Juga ada yang menyebutkan terdapat di wilayah Boyolali Jawa Timur
Agustono 2010. Gambaran teknik budidaya padi Pandanwangi secara rinci dimuat dalam
lampiran 12 hasil penelitian Prima Gandhi tahun 2008 terdapat dalam halaman lampiran.
2.1.3 Pengaruh
Faktor-faktor Fisik
Lingkungan Terhadap Hasil Tanam
Faktor-faktor fisik
lingkungan yang
mempengaruhi tumbuh kembang tanaman terestrial diantaranya: iklim, mencakup: i
radiasi matahari, kosmos, bumi, ii suhu udara, tanah, batuan, iii air uap air,
kondensasi, presipitasi, air tanah dan iv gas-gas di atmosfer komposisi, tekanan,
angin. Faktor lingkungan lainnya yaitu: edafik bahan induk tanah, geografik gravitasi,
rotasi, posisi geografik, vulkanik, diastropis, erosi, topografi, dan biotik tanaman lain,
hewan, manusia Billings 1952 .
Pengaruh faktor tanah diantaranya ialah penelitian
berikut: Aryana
2009 mengemukakan bahwa jenis tanah yang
merupakan salah satu keragaman jenis lingkungan yang dapat berpengaruh terhadap
mutu hasil gabah persatuan luas. Akbarillah et al. 2007 menyebutkan bahwa kesuburan
tanah merupakan faktor yang menentukan jumlah produksi gabah dan kualitas padi.
Zahrah 2011 mengemukakan bahwa jenis kesuburan tanah berpengaruh untuk mendapat
produksi kualitas hasil pertanian yang optimal. Kastanja
2010 mengemukakan
bahwa kondisi tanah jenis, pH, kesuburan, bahan
organik mempegaruhi
langsung perkembangan tanaman pertanian. Kurniawan
et al. 2009 mengemukakan bahwa jenis tanah mampu mempengaruhi kualitas hasil budidaya,
dan bila diubah sifat fisik dan kimia nya dengan bahan hara tambahan, maka akan
semakin meningkatkan kualitas mutu hasil, sedangkan kuantitas hasil jumlah anakan
dipengaruhi langsung oleh tipe varietas.
Pengaruh suhu udara rataan harian diantaranya ialah penelitian berikut: suhu udara
rataan harian akan berpengaruh langsung kepada fase perkembangan dan umur tanaman
Mathews et al. 2003; Yuliawan 2012. Kajian lain menyatakan bahwa suhu rataan harian
suatu lingkungan tanaman berkorelasi terhadap pembentukan senyawa aromatika dalam bulir
beras; semakain rendah suhunya maka pembentukan senyawa aromatik semakin
meningkat Itani dan Fushimi 1996; Indrasari et al. 2012. Ismari 2012 mengemukakan
bahwa untuk mendapat mutu beras optimal, maka harus mempertimbangkan pengaruh
lama budidaya faktor thermal heat unit. Pamuji et al. 2010 mengemukakan bahwa
kisaran suhu optimum diperlukan agar didapatkan kualitas hasil tanam komoditas
pertanian jahe yang optimal. Nurlenawati et al. 2010 mengkaji bahwa suhu udara
berpengaruh terhadap kualitas hasil tanaman pertanian cabai yang baik.
Pengaruh faktor air diantaranya ialah hasil penelitian
berikut: Simanulang
2011 menyatakan bahwa ketersediaan air di
lingkungan untuk keperluan budidaya dapat berpengaruh terhadap potensi luas tanam.
Menurut Wibobo et al. 2010, faktor air sangat berpengaruh terhadap hasil tanam; kekurangan
air pada tanaman padi dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman lebih pendek, pengisian
bulir berkurang, dan menurunkan hasil tanam persatuan luas. Penelitian Yetti et al. 2010
mengemukakan bahwa
system of
rice intensification mempertimbangkan pengaruh
penggunaan air karena sangat berpengaruh terhadap hasil tanam, namun lebih hemat
dalam penggunaan
air. Barus
2012 mengemukakan bahwa iklim dan air curah
hujan sangat penting dalam meningkatkan produksi hasil tanam padi gogo, meskipun
padi gogo tidak memerlukan irigasi. Aruan et al. 2010 mengemukakan bahwa jumlah
produksi hasil tanam padi sawah dipengaruhi langsung oleh faktor air namun umumnya
budidaya padi sawah irigasi boros dalam penggunaan air. Rouw 2008 menyatakan
bahwa keragaman faktor air curah hujan berpengaruh
terhadap keragaman
hasil produksi padi sawah. Pada penelitian Domiri
2011 menyatakan bahwa pengaruh faktor air yang mana berhubungan dengan neraca air dan
unsur cuaca-iklim bisa berpengaruh terhadap hasil produksi tanaman padi.
2.2 Nilai Parameter Fisik Lingkungan Sawah Padi Pada Pustaka Syarat Tumbuh dan Kondisi Real Sawah Pandanwangi di Cianjur
2.2.1 Syarat Tumbuh dan Budidaya Padi Sawah dan Pandanwangi Berdasarkan Pustaka Tabel 1 Referensi syarat tumbuh varietas padi sawah
Parameter Fisik Lingkungan
Prasyarat Tumbuh 1
2 Lintang
45 LU sd 45 LS -
Curah hujan Khusus Gogo: 4 bulan basah berturut-turut, padi
sawah tidak ada prasyarat khusus Berapapun, asal
irigasi mencukupi Suhu rataan
harian Dataran rendah 0-650 mdpl: 22-27
o
C, dataran tinggi 650-1500 mdpl: 19-23
o
C 24-29
o
C Naungan
Tanpa naungan tajuk pohon -
Kondisi angin Tenang
- Tekstur tanah
Berlempung dan berat, serta memiliki lapisan keras 30 cm dibawah permukaan tanah atas
- Tebal lumpur
18-22 cm -
pH Tanah 4-7
5,5-7,5 Elevasi
Dataran rendah dan dataran tinggi -
Jenis tanah -
Tipe tanah apapun Permeabilitas
sub-horizon -
0,5 cmjam Sumber: 1: A A K 1990, Dinas Pertanian Provinsi Jabar 1982, Griest tanpa tahun,
Suparyono 1994 ; Prihatman 2000 2: Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2008
Pada tabel 1 di halaman sebelumnya didapatkan referensi syarat tumbuh varietas
padi sawah secara umum. Didapat dua referensi dari Prihatman 2000 dan Balai
Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2008. Syarat tumbuh padi sawah tersebut
ialah untuk menumbuhkan tanaman padi sawah di suatu tempat sehingga mampu berbuah dan
panen dengan baik. Pada tabel 2 selanjutnya didapat referensi mengenai syarat tumbuh padi
Pandanwangi
hasil kajian
yang telah
terpublikasi pada karya ilmiah berupa jurnal maupun hasil kajian atau penelitian dari para
peneliti yang hasilnya umumnya tidak disebarluaskan, tetapi terkait dengan penelitian
padi Pandanwangi. Syarat tumbuh padi Pandanwangi tersebut juga bertujuan agar
suatu lingkungan dapat menumbuhkan padi Pandanwangi dengan baik seperti di daerah
asalnya di Cianjur, yaitu dapat berbuah dan bisa dipanen dan yang paling penting ialah
sifat-sifat unggul kualitas beras Pandanwangi yang dihasilkan dapat muncul, terutama aroma.
2.2.2 Ciri Fisik Lingkungan Pembudidaya dan Non-Pembudidaya Pandanwangi