21.9 18.8 1774.5 Analisis Pemborosan Pangan pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit PMI Bogor dan Pengaruhnya terhadap Tingkat Kecukupan Gizi

Zat Gizi yang Terbuang pada Contoh dan Instalasi Gizi Tujuan akhir dari konsumsi makanan oleh tubuh adalah tercapainya status gizi yang optimal, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin Almatsier 2001. Namun demikian keberadaan sisa makanan dapat menyebabkan hilangnya zat gizi yang seharusnya dikonsumsi contoh untuk membantu proses penyembuhan. Keberadaan sisa makanan tersebut membuat tujuan dari konsumsi makanan menjadi tidak optimal. Tabel 22 menunjukkan jumlah energi, protein, lemak dan karbohidrat yang terbuang bersama sisa makanan contoh. Tabel 22 Rata-rata jumlah zat gizi yang terbuang per hari dari makanan contoh Jenis Diet Jenis Penyakit Zat Gizi yang terbuang E Kal P g L g KH g Diet lambung lunak rata-rata dyspepsia 1301

54.7 20.8

226.6 rata-rata Febris 1594 48.5 26.9 263.9 rata-rata thypoid 1267 43 18 260 Rata-rata Diet lambung lunak 1387

48.7 21.9

250.2 Diet Biasa rata-rata dispnoe 1155 32 15.3 233.9 rata-rata anemia 1338

33.7 20.2

231.1 rata-rata Ca mammae 1066 36.1 20.9 148.7 Rata-rata Diet Biasa 1186

33.9 18.8

204.6 Zat gizi yang terbuang contoh diet lambung lunak lebih tinggi dibandingkan dengan contoh diet biasa. Rata-rata zat gizi yang terbuang pada diet lambung lunak yaitu energi sebesar 1387 Kal, protein 48.7 g, lemak 21.9 g dan karbohidrat 250.2 g. Hal ini dikarenakan contoh diet lambung lunak memiliki gangguan pencernaan sehingga nafsu makan menurun, sehingga menyebabkan sisa makanan yang tinggi. Zat gizi yang terbuang pada instalasi gizi selama tujuh hari dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23 Rata-rata jumlah zat gizi yang terbuang per hari di instalasi gizi selama tujuh hari pengamatan Hari Zat Gizi yang terbuang Sehari E Kal P g L g KH g 1 11773 489.6 191.1 2028 2 11272 468.7 219.9 1774.9 3 22512 845 240.8 4104.3 4 19345 820.9 400.8 3021.6 5 27896 1041.3 380.5 4920.6 6 20163 1102.1 613.1 2480.8 7 9499 375.9

92.9 1774.5

Rata-rata 17494 734.8 305.6 2872.1 Zat gizi tertinggi yang terbuang di instalasi gizi pada hari ke lima yaitu energi dan karbohidrat sebesar 27896 Kal dan 4920.6 g, sedangkan pada hari ke enam zat gizi tertinggi yang terbuang adalah protein dan lemak sebesar 1102.1 g dan 613.1 g. Hal ini disebabkan karena pada hari ke lima jumlah pasien lebih sedikit dibandingkan pada hari yang lain yaitu 177 pasien, sedangkan ketersediaan energi dan karbohidrat cukup tinggi yaitu masing-masing sebesar 301,814 Kal dan 41,563.9 g. Rata-rata zat gizi yang terbuang selama tujuh hari adalah energi sebesar 17494 Kal, 734.8 g, 305.6 g dan 2872.1 g. Biaya yang Hilang dari Sisa Makanan Instalasi Gizi dan Contoh Rawat Inap Selain dari segi gizi, sisa makanan rumah sakit juga mempunyai dampak dari segi ekonomi. Makanan yang bersisatidak terkonsumsi menyebabkan adanya biaya yang hilang, yang seharusnya dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien. Hal ini akan merugikan pihak rumah sakit jika diabaikan begitu saja, karena biaya yang dialokasikan untuk makanan pasien menjadi tidak optimal. Rata-rata biaya yang hilang dari sisa makanan per hari per orang dan instalasi gizi RS PMI Bogor dapat dilihat pada Tabel 24 dan Tabel 25. Tabel 24 Estimasi biaya yang hilang dari sisa makanan selama satu minggu di instalasi gizi Hari Biaya sisa makanan Rp 1 128,756 2 104,926 3 165,952 4 246,799 5 261,008 6 245,758 7 58,774 TOTAL 1,211,972 Tabel 25 Estimasi biaya yang hilang dari sisa makanan contoh rawat inap RS PMI Bogor Sisa makanan Biaya sisa makanan Rp hari ke-1 5.344 hari ke-2 3.223 hari ke-3 2.456 Rata-ratahariorang 3.674 Jumlah biaya yang hilang dari sisa makanan pada instalasi gizi selama tujuh hari sebesar Rp 1.211,972, sedangkan rata-rata biaya yang hilang dari sisa makanan yaitu sebesar Rp 3.674 per hari per orang. Berdasarkan standar menu RS PMI Bogor, biaya makan sehari untuk pasien kelas I adalah Rp 35.000 per orang. Hal ini berarti tingkat kehilangan biaya makan sebesar 10.50 dari total biaya makan per orang. Jika dilihat dalam satu bulan, maka kehilangan yang terjadi yaitu sebesar Rp 110.220 per orang dan dalam setahun yaitu sebesar Rp 1.322,640 per orang. Namun demikian, nilai tersebut belum termasuk penambahan biaya tenaga yang ikut dikeluarkan dalam penyelenggaraan makanan. Perhitungan dengan mengikutsertakan biaya tersebut, akan menghasilkan nilai yang lebih besar. Selain itu, dapat diketahui persentase biaya yang hilang dari sisa makanan terhadap anggaran belanja yang tersedia. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Contoh terdiri dari contoh yang menjalani Diet lambung lunak dan Tanpa Diet Diet Biasa. Berdasarkan pengamatan terdapat 20 contoh yang menjalani Diet lambung lunak dan 18 contoh yang tidak menjalani diet Diet Biasa. Contoh diet lambung lunak terdiri dari contoh dengan jenis penyakit dyspepsia, febris dan thypoid, sedangkan contoh tanpa diet Diet Biasa menderita penyakit ca mammae, dyspnoe dan anemia. Rata-rata contoh dengan diet lambung lunak memiliki status gizi tertinggi yaitu status gizi overweight sebanyak 10 orang, sedangkan rata-rata contoh Diet Biasa yang memiliki status gizi tertinggi yaitu status gizi normal yaitu 11 orang. Ketersediaan makanan dari rumah sakit PMI Bogor telah memenuhi standar kecukupan energi menurut standar kecukupan rumah sakit maupun WNPG. Contoh yang menyatakan warna menarik sebesar 81.6, bentuk makanan tidak menarik sebesar 71.1, porsi makanan makin besar sebesar 57.9, penyajian makanan tidak menarik sebesar 84.2, aroma makanan enak sebesar 65.8, bumbu makanan terasa sebesar 55.3, konsistensi makanan sesuai sebesar 57.9 dan rasa makanan enak sebesar 60.5. Kebutuhan energi contoh diet lambung lunak berkisar antara 1663 Kal – 2017 Kal, kebutuhan protein berkisar antara 90.1 g – 121.4 g, kebutuhan lemak berkisar antara 19.3 g – 25.5 g dan kebutuhan karbohidrat berkisar antara 270.2 g – 327.7 g. Kebutuhan energi contoh diet biasa berkisar antara 1721 Kal – 2235 Kal, kebutuhan protein berkisar antara 98.5 g – 130.6 g, kebutuhan lemak berkisar antara 19.1 g – 34.4 g dan kebutuhan karbohidrat berkisar antara 280.0 g – 350.7 g. Kebiasaan contoh yang sesuai dengan konsep gizi seimbang sebesar 76.3 Semua contoh tidak pernah mengkonsumsi makanan dari luar rumah sakit dengan alasan takut jika makanan yang dibeli dari luar rumah sakit tidak diperbolehkan untuk dikonsumsi oleh dokter. Dari semua contoh rata-rata tingkat kecukupan energi, protein, lemak dan karbohidrat melebihi dari 50 dan 100, sehingga dapat disimpulkan bahwa makanan yang disediakan oleh instalasi gizi telah mencapai tingkat kecukupan lemak dan karbohidrat sesuai dengan kebutuhan lemak dan karbohidrat contoh. Sebagian besar contoh hanya sedikit yang meninggalkan sisa makanan, hal ini dikarenakan semua contoh tidak mengkonsumsi makanan dari luar rumah sakit sehingga sebagian besar contoh lebih banyak menghabiskan makanan yang telah disediakan oleh rumah sakit. Sisa makanan yang sering terjadi pada contoh terdapat pada waktu makan sore untuk makanan pokok, Persentase sisa makananan waktu makan siang dan sore memiliki sisa makanan banyak kecuali untuk buah dan snack. Contoh diet lambung lunak memiliki sisa makanan tertinggi dari makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati dan sayur. Sayur memiliki persentase sisa makanan yang paling tinggi, dari 12 jenis menu sayur yang disajikan, diketahui bahwa 5 jenis menu masih memiliki rata- rata sisa diatas 20, antara lain sup sayuran, bening bayam, sup macaroni, sayur lodeh dan sayur kari. Tingkat pemborosan pangan pada RS PMI Bogor tidak terlalu tinggi dan sisa makanan yang terjadi di instalasi gizi RS PMI Bogor masih rendah. Zat gizi yang terbuang contoh diet lambung lunak lebih tinggi dibandingkan dengan contoh diet biasa. Hal ini dikarenakan contoh diet lambung lunak memiliki gangguan pencernaan sehingga nafsu makan menurun, sehingga menyebabkan sisa makanan yang tinggi. Zat gizi tertinggi yang terbuang di instalasi gizi pada hari ke lima. Hal ini disebabkan karena pada hari ke lima jumlah pasien lebih sedikit dibandingkan pada hari yang lain yaitu 177 pasien, sedangkan ketersediaan energi dan karbohidrat cukup tinggi. Jumlah biaya yang hilang dari sisa makanan pada instalasi gizi selama tujuh hari sebesar Rp 1.211,972, sedangkan rata-rata biaya yang hilang dari sisa makanan yaitu sebesar Rp 3.674 per hari per orang. Hal ini berarti tingkat kehilangan biaya makan sebesar 10.50 dari total biaya makan per orang. Hal ini akan merugikan pihak rumah sakit jika diabaikan begitu saja, karena biaya yang dialokasikan untuk makanan pasien menjadi tidak optimal. Saran Sebaiknya penyajian makanan pada pasien perlu diberikan garnish agar pasien tertarik untuk mengkonsumsi makanan dari instalasi gizi sehingga persentase sisa makanan menjadi berkurang. Perlu adanya perbaikan menu untuk sayur atau menu sayur yang banyak terjadinya sisa makanan diganti atau dimodifikasi pengolahannya bersama dengan lauk hewani atau nabati dan membuat resep standar untuk bumbu sehinigga setiap tenaga pengolahan berbeda- beda rasa dari masakan tetap sama serta menambah bumbu pada saat pengolahan sayur. DAFTAR PUSTAKA Almatsier dkk. 1992. Pelayanan Gizi Rumah Sakit dan Perkembangan Ilmu serta Teknologi Gizi Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Almatsier S. 2004. Penuntun Diet. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Anindya. 2009. Mengukur Status Nutrisi Dewasa. www.mengukur-status- nutrisidewasa. html [25 November 2010]. Atmarita, Tatang SF. 2004. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Makalah pada Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII, Jakarta 17-19 Mei 2004. Azwar. 2004. Kecenderungan Masalah Gizi Dan Tantangan Di Masa Datang ; Makalah pada Pertemuan Advokasi Program Perbaikan Gizi Menuju Keluarga Sadar Gizi, di Hotel Sahid Jaya, Jakarta, 27 September 2004. Barker A Lisa et. all. 2011. Hospital Malnutrition: Prevalence, Identification and Impact on Patients and the Health care System. online. www.mdpi.comjournal.ijerph yang diakses pada tanggal 24 januari 2013. Barton A D, Beigg C L, Macdonald I A, Allison S P. 2000. Clinical Nutrition: High Food Wastage and Low Nutritional Intakes in Hospital Patients 196: 445±449. United Kingdom: Harcourt Publishers Ltd. Berman, A Et. al. 2003. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Kozier Erb. Jakarta: EGC. Carr D et. all. 2001. Plate Waste Studies. National Food Service Management. Djamaluddin, Muhir. Et al. 2005. Analisis Zat Gizi dan Biaya Sisa Makanan Pada Contoh dengan Makanan Biasa. Jurnal Gizi Klinik Indonesia. Volume 1. Nomor 3. Maret 2005: 108-112. Depkes. 1991. Buku Pedoman Pengelolaan Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta: Direktorat Gizi Departemen Kesehatan Republik Indonesia. [Depkes] Departemen Kesehatan. 2003. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta : Dit.Jen BinKesMas, Direktorat Gizi Masyarakat. Depkes. 2007. Skrining Kurangnya asupan gizi Pada Anak yang Dirawat di Rumah Sakit. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Depkes. 2010. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar RISKESDAS Tahun 2010. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes RI. Haris A dan Adika, N. 2002. Dinamika Penduduk dan Pembangunan di Indonesia Peningkatan Angka Harapan Hidup di Indonesia. Populasi. Volume 9 Nomor 1. Yogyakarta: PPK UGM. Hartono A. 2006. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Jakarta : EGC. Hidayat S. 2005. Masalah gizi di Indonesia dalam kondisi gizi masyarakat memprihatinkan. http:www.suara pembaruan.online.html [18 November 2011]. Komalawati D, dkk. 2005. Pengaruh Lama Rawat Inap Terhadap Sisa Makanan Contoh Anak di Rumah Sakit Umum Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, Nutrisia Vol. 6. 2005:1. Kusharto CM, Sa’diyah NY. 2008. Diktat Penilaian Konsumsi pangan. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat Institut Pertanian Bogor. Lacey, J. 1989. Pre- and post-harvest ecology of fungi causing spoilage of foods and other stored products. Journal of Applied Bacteriology Symposium Supplement. Retrieved 2009-08-22. Lipoeto N I, N.Megasari dan A.E.Putra. 2006. Kurangnya asupan gizi dan Asupan Kalori Contoh Rawat Inap di Rumah Sakit.Majalah Kedokteran Indonesia, vol. 56. No.11: 3. Mey . 2008. Antropometri. www.mey_PH’s.htm [25 November 2012]. Moehyi S. 1992. Penyelenggaraan Makanan Institusi dan Jasa Boga. Jakarta: Penerbit Bhratara. Muchtadi D. 1989. Evaluasi Nilai Gizi Pangan. Departemen PK DIKTI PAU Pangan dan Gizi IPB, Bogor. Muhir H. 1998. Tinjauan Faktor-faktor penyebab sisa makanan penderita rawat inap di rumah sakit Moh. Ridwan Meuraksa Kesdam Jaya. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Mutyana L. 2011. Faktor-faktor yang berhubungan dengan daya terima contoh rawat inap di Rumah Sakit Ibu dan Anak Budiasih Serang tahun 2011. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Muwarni. 2001. Penentuan Sisa Makanan Contoh Rawat Inap dengan Metode Taksiran Visual Comstock di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Thesis. Universitas Gadjah Mada. Nuryati P. 2008. Hubungan Antara Waktu Penyajian, Penampilan dan Rasa Makanan Dengan Sisa Makanan Pada Contoh Rawat Inap Dewasa di RS Bhakti Wira Tamtama Semarang. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Semarang. Priyanto T. 1997. Mutu Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit di RSU Dr. Soeselo Slawi dan RSU Harapan Anda Tegal Ditinjau Dari Sisa Makanan Biasa Contoh Rawat Inap. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro. Renangtyas D. 2004. Pengaruh Penggunaan Modifikasi Standar Resep Lauk Nabati Tempe terhadap Daya Terima dan Persepsi Contoh Rawat Inap. Jurnal Gizi Klinik Indonesia. Vol.1 no.1. Riyadi H. 1995. Prinsip dan Petunjuk Peniliaian Status Gizi. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian Bogor. Rosari Y.A. 2002. Hubungan antara asupan energi dan asupan protein dengan status gizi pada manusia lanjut di Kelurahan Jebres Surakarta. Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Tidak Dipublikasikan. Santoso S dan Ranti AL. 1995. Kesehatan dan Gizi. Jakarta: Rineka Cipta. Sauer A. 2011. Hospital Malnutrition: Assesment and Intervention Methods. Online. www.abbottNutritionHealthInstitute.org yang diakses pada tanggal 14 November 2012. Sediaoetama D. A. 2006. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid 2. Jakarta: Dian Rakyat. Suandi I.K.G. 1999. Diet Pada Anak Sakit. Jakarta: EGC. Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudyaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB. Suhardjo Hadi Riyadi. 1990. Penilaian Keadaan Gizi Masyarakat PAU – P G. Bogor: IPB . Sukarti. 2010. Hubungan Variasi Menu Dan Rasa Makanan Dengan Sisa Makanan Contoh Rawat Inap Di Paviliun Wijaya Kusuma BPRSUD Kota Salatiga. Skrisi. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang. Sumiyati. 2006. Gambaran Sisa Makanan Contoh Dan Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Sisa Makanan Contoh Di Ruang Anggrek RSU RA Kartini Jepara. [Skripsi]. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang. Supariasa. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC. The British Dietetic Asosiation. 2011. Delivering Nutritional Care Through Food And Beverage Services. Food Counts Specialist Group of The British Dietetic Association. Uripi V. 2007. Manajemen Produksi Makanan. Diktat yang tidak dipublikasikan. Program Keahlian Manajemen Industri Jasa Makanan dan Gizi, Direktorat Program Diploma. Institut Pertanian Bogor. Wilopo A. Siswanto. 1998. Dampak Resesi Ekonomi pada Penurunan Kematian dan Demografi. Tahun ke-23 No.5. LD.FEUI. Jakarta. Zakiyah L et. al. 2005. Plate Waste among Hospital Inpatient. Malaysian Journal of Public Health Medicine. Vol.2. no.5. 34 Lampiran 1 Denah RS PMI Bogor Lampiran 2 Denah Instalasi Gizi RS PMI Bogor 9 x 10 3 4 b c 5 7 8 c a b d e f a j e b a d a e 16 14 d 15 a b b a b c d b c a a c 6 c b a b b a b a c c b a a f a e b c e f b c d h g c a c f d 36 Keterangan gambar: 1. Ruang penerimaan barang akses keluar masuk Instalasi Gizi. a. Lemari penyimpanan keranjang telur b. Timbanagan 50kg c. Tempat duduk 2. Ruang Lobi Gizi a. Washtafle b. Lemari penyimpanan barang c. Rak sepatu karyawan 3. Ruang ganti pria a. Loker b. Kamar mandi 4. ruang ganti wanita ab. Loker c. Kamar mandi 5. Gudang Basah a.Kulkas Induk b. Kulkas daging Giling c. Kulkas Daging d. Kulkas Ikan e. Washtafle f. Meja Pemotongan Sayuran persiapan 6. Gudang Basah Sayuran Buah a. Rak Buah b. Rak Sayuran 7. Gudang Kering a. Meja Kerja dan Komputer untuk pemantauan serta amprahan barang b. Rak Susu dan Biskuit serta Bahan Bumbu kiloan kering c. Timbangan 50kg d. Rak bahan makanan kalengan, kotak, botol dan bungkus kering e. Meja persiapan f. Washtafle 8. Gudang Kecil a. Meja Persiapan b. Rak dapur Umum c. Rak VVIP dan Umum 9. Gudang Inventaris alat-alat dapur a. Rak 10. Ruangan Konsultasi Gizi a. Meja Kepala bagian distribusi b Meja Kepala Bagian Pengolahan c. Meja Kepala Bagian Pelayanan Gizi Ruang Rawat Inap dan Konsultasi Gizi d. Meja Koordinator Gudang Gizi Staff Gudang Gizi Tata Usaha Gizi e.Meja Kepala Instalasi Gizi f. Komputer 11. Ruang Pengolahan VVIP a. Mixer ukuran 5liter b. Meja pengolahan c. Wsahtafle d. Kompor e. Meja pemorsian f. Meja Buku Laporan Pasien dan Daftar Menu 12. Ruang Pengolahan Umum a. Oven Besar b. Meja Pengolahan c. Washtafle d. Kompor e. Meja Kayu Penyajian f. Rice cooker g. Meja Pemorsian h. Lemari Makanan i. IPAL 13. Ruang pencucuian alat besar a. Washtafle b. Rak alat-alat Besar 14. Ruang Shalat 15. Ruang Kontrol makanan a. Meja Kontrol b. Meja Diskusi c. Washtafle d. Lemari Bon Makanan 16. Ruang Karyawan Distribusi dan Pengemasan VVIP a. Kursi Panjang b. Meja c. Washtafle 17. Ruang Pengemasan 18. Jalan Umum Lampiran 3 Keadaan Umum Pasien Jenis Diet Penyakit JK Umur thn Tinggi badan cm Berat badan kg kebutuhan Energi Kal Protein gr Lemak g KHg Diet Lambung Lunak Dyspepsia L 30 160 60 2137 133.6 23.7 347.3 Dyspepsia L 30 160 60 1781 89 29.7 289.5 Dyspepsia L 29 155 58 2071 129.4 23 336.5 Dyspepsia L 27 157 54 2026 126.6 22.5 329.2 Dyspepsia L 24 167 68 2403 150.2 26.7 390.5 Dyspepsia L 47 160 52 1813 113.3 20.1 294.6 Dyspepsia L 48 165 57 1938 121.1 21.5 314.9 dyspepsia L 28 168 65 1865 93.3 31.1 303 Dyspepsia L 60 155 58 1768 110.5 19.6 287.3 Dyspepsia P 40 155 61 1895 94.8 21.1 308 Dyspepsia P 60 150 53 1659 103.7 12.8 269.6 Dyspepsia P 50 157 58 1434 71.8 23.9 233 Febris L 28 168 65 2313 144.6 25.7 375.9 Febris L 24 167 50 2049 128.1 22.8 333 Febris L 27 157 54 1688 84.5 28.1 274.3 Febris P 45 166 55 1806 90.3 20.1 293.5 Febris P 35 165 50 1801 90.1 20 292.7 Thypoid L 60 170 59 1895 118.4 21.1 307.9 Thypoid L 29 155 86 1586 79.3 26.4 257.8 Thypoid P 42 159 63 1943 121.4 21.6 315.7 Lampiran 3 Keadaan Umum Pasien Lanjutan Jenis Diet Penyakit JK Umur thn Tinggi badan cm Berat badan kg kebutuhan Energi Kal Protein gr Lemak g KHg Diet Biasa Dyspnoe L 43 165 55 1947 121.7 21.63 316.4 Dyspnoe L 55 165 68 2087 130.4 23.2 339.1 Dyspnoe L 26 169 51 2064 129 22.9 335.4 Dyspnoe P 60 148 40 1453 72.7 16.1 236.1 Dyspnoe P 20 162 55 1989 124.3 22.1 323.2 Anemia P 60 162 53 1689 105.6 18.8 274.5 Anemia P 50 157 58 1813 112.3 20.1 294.6 Anemia P 43 150 50 1732 108.3 19.2 281.5 Anemia P 37 150 50 1773 110.8 19.7 288.1 Anemia P 23 158 50 2616 163.6 29.1 425.1 Anemia P 35 165 60 2724 170.3 30.3 442.7 Anemia P 26 162 45 1935 125.6 50.8 244 anemia P 23 158 50 1888 118 21 306.8 Ca Mammae P 36 155 52 2275 142.2 25.3 369.7 Ca Mammae P 43 150 50 2138 112.5 53.5 301.5 Ca Mammae P 37 150 50 2189 112.5 42.6 339 Ca Mammae P 26 162 45 2261 141.3 25.1 367.4 Ca Mammae P 60 160 65 2313 144.6 25.7 375.9 39 Lampiran 4 Tingkat Kecukupan Energi dan Protein terhadap Kebutuhan Sehari J K No responde n Energi Protein Konsumsi kal Kebutuha n Kal Tk. Kecukupan Konsums i g Kebutuha n g Tk. Kecukupa n Diet lambung lunak, Dyspepsia L 6 1681 2137 79 62.3 133.6 47 L 7 1674 1781 81 63.9 89 49 L 9 1973 2071 95 77.9 129.4 62 L 12 2015 2026 84 73.5 126.6 49 L 13 1612 2403 89 67.8 150.2 60 L 14 1671 1813 92 83.4 113.3 78 L 15 1438 1938 79 59 121.1 65 L 31 1543 1865 83 83.2 93.3 89 L 32 1367 1768 77 93.4 110.5 85 L 33 1463 1895 77 75.6 94.8 80 P 24 1278 1659 69 87.7 103.7 85 P 26 1830 1434 99 59.1 71.8 82 Rata-rata 1629 1899 84 74 111 69 Diet lambung lunak Febris L 10 1277 2313 55 50 144.6 35 L 11 1581 2049 77 59.5 128.1 46 L 34 1323 1688 78 43.2 84.5 51 P 21 1384 1806 73 53.2 162.2 62 P 22 1085 1801 58 44.9 161.6 87 Rata-rata 1330 1931 68 50 136 56 Diet lambung lunak Thypoid L 29 1374 1895 74 56.6 118.4 70 L 35 1245 1586 78 62.3 79.3 79 P 30 1533 1943 82 58.4 121.4 71 Rata-rata 1384 1808 78 59 106 73 Diet Biasa, Dyspnoe L 2 1944 1947 100 69.9 121.7 58 L 3 2253 2087 119 82.3 130.4 63 L 4 2233 2064 119 75.2 129 59 P 23 1323 1453 91 64.9 72.7 89 P 28 2365 1989 119 82.5 124.3 66 Rata-rata 2024 1908 110 75 116 67 Diet Biasa, Anemia P 5 1468 1689 87 59.7 105.6 56 P 8 2043 1813 113 72.6 112.3 65 P 16 1475 1732 85 64.9 108.3 69 P 17 1901 1773 104 72.1 110.8 76 P 19 2431 2616 91 84.9 163.6 66 P 20 2179 2724 80 75.1 170.3 56 P 36 1521 1888 81 71.3 125.6 57 P 27 1527 1935 81 63.5 118 54 Rata-rata 1818 2021 90 71 127 62 Diet Biasa, Ca Mammae P 1 2026 2275 81 72.3 142.2 53 P 37 1978 2138 93 83.2 112.5 74 P 38 1879 2189 86 76.7 112.5 68 P 18 2621 2261 109 91.9 141.3 76 P 25 2224 2313 88 76.7 144.6 76 Rata-rata 2146 2235 91 80 131 69 Lampiran 5 Tingkat Kecukupan Lemak dan Karbohidrat terhadap Kebutuhan Sehari JK No responde n Lemak Karbohidrat Konsums i kal Kebutuhan Kal Tk. Kecukupan Konsums i g Kebutuha n g Tk. Kecukup an Diet lambung lunak, Dyspepsia L 6 22.1 23.7 93 237.5 347.3 68 L 7 30.2 29.7 102 243.1 289.5 84 L 9 33.2 23 144 338.1 336.5 100 L 12 51.1 22.5 227 289.5 329.2 88 L 13 56.3 26.7 211 187.3 390.5 48 L 14 35.6 20.1 177 296.9 294.6 101 L 31 24.3 21.5 113 182.3 314.9 58 L 32 21.3 31.1 68 212.3 303 70 L 33 18.4 19.6 94 221.1 287.3 77 L 15 53 21.1 251 177.8 308 58 P 24 37.2 12.8 291 183.2 269.6 68 P 26 43 23.9 180 257.9 233 111 Rata-rata 35 23 163 236 309 78 Diet lambung lunak Febris L 10 43.8 25.7 170 182.5 375.9 49 L 11 45.6 22.8 227 218.4 333 66 L 34 44.3 28.1 158 312.2 274.3 114 P 21 36.5 20.1 182 199 293.5 68 P 22 35.2 20 176 221.2 292.7 76 Rata-rata 41 23 182 227 314 74 Diet lambung lunak Thypoid L 29 43.5 21.1 132 185.4 307.9 63 L 35 43.3 26.4 164.0151515 275.3 257.8 107 P 30 41.4 21.6 126 227 315.7 77 Rata-rata 43 23 141 229 294 82 Diet Biasa, Dyspnoe L 2 57.6 21.6 270 286.4 316.4 91 L 3 61.2 23.2 264 347.7 339.1 103 L 4 51.6 22.9 225 353.8 335.4 105 P 23 32.8 16.1 204 351.1 236.1 149 P 28 67.8 22.1 307 349.7 323.2 108 Rata-rata 54 21 254 338 310 111 Diet Biasa, Anemia P 5 51.9 18.8 276 178 274.5 65 P 8 54.1 20.1 269 312.8 294.6 106 P 16 61 19.2 257 177.1 281.5 61 P 17 56.1 19.7 224 281.6 288.1 95 P 19 70.5 29.1 197 360 425.1 84 P 20 62.4 30.3 87 325.5 442.7 53 P 36 47.3 50.8 93 232.1 244 95 P 27 61.8 21 294 174 306.8 57 Rata-rata 58 26 212 255 320 77 Diet Biasa, Ca Mammae P 1 58.9 25.3 140 301.8 369.7 72 P 18 72.5 53.5 236 395.4 301.5 101 P 37 44.6 42.6 105 342.1 339 101 P 25 47.4 25.1 118 353.6 367.4 96 P 38 37.5 25.7 146 412.1 375.9 110 Rata-rata 52 34 149 361 351 96 Lampiran 6 Jumlah Rata-rata Zat Gizi yang Terbuang per hari dari Makanan Contoh Jenis Diet Jenis Penyakit Zat Gizi yang terbuang E Kal P g L g KH g Diet lambung lunak Dyspepsia 620 21.1 9.2 214.5 460 12.9 15 279.5 1724 35.6 7.7 359.1 1189 42.7 49 196.9 1591 94 4.5 221.9 1651 20.7 5.8 129 1444 58.1 39.6 244.7 1221 23.2 4.7 126.7 1326 32.3 11.3 212.3 1123 22.4 8.5 152.3 1176 212.7 41.6 254.9 2089 80.3 52.4 327.6 rata-rata 1301

54.7 20.8