Pengukuran faktor risiko yang mempengaruhi infestasi lalat Penentuan status kerentanan

Tabel 1. Jenis lalat yang dapat dikoleksi dari lima pasar tradisional di Kota Bogor Februari – Maret 2014 No Famili Subfamili Spesies 1. Calliphoridae Chrysomyinae C. megacephala C. saffranea C. rufifacies Calliphorinae L. sericata 2. Muscidae Muscinae M. domestica M. conducens M. fasciata 3. Sarcophagidae Sarchopaginae S. haemorroidalis S. fuscicauda 4. Drosophilidae Drosophilinae D. replete 5. Phoridae 6. Anthomyiidae 7. Syrphidae Tabel 2. Jumlah lalat yang dapat dikoleksi dari lima pasar tradisional di Kota Bogor Februari – Maret 2014 Jenis lalat Lokasi Pasar No A B C D E T0TAL 1. C. megacephala 1 86 1 48 3 3 1 95 3 5 597 2. C. saffranea 3 5 7 3 18 3. C. rufifacies 1 1 2 1 5 4. L. sericata 3 1 1 6 1 1 2 33 5. M. domestica 5 2 2 9 5 2 1 00 6 4 297 6. M. conducens 1 4 9 1 3 1 6 2 1 73 7. M. fasciata 1 3 1 1 1 7 32 8. S. haemorroidalis 1 1 1 2 1 6 9. S. fuscicauda 1 1 10. D. repleta 1 78 2 1 86 1 1 368 11. Phoridae 3 3 12. Anthomyiidae 7 7 13. Syrphidae 1 1 TOTAL 4 39 2 06 3 15 3 25 1 56 1441 Keterangan : Pasar Kota Bogor A, Pasar Sukasari B, Pasar Anyar C, Pasar Jambu Dua D, dan Pasar Gunung Batu E. Jumlah lalat terbanyak yang diperoleh dari lima lokasi pasar tradisional yaitu Pasar Kota Bogor sebanyak 439 lalat dari total 1441 lalat yang tertangkap Tabel 2. C. megacephala oriental latrine fly merupakan spesies yang umum ditemukan. Larvanya berkembang pada bangkai, sampah, jaringan membusuk dan sangat jarang ditemukan bersama dengan C. bezziana penyebab miasis obligat meskipun sama-sama memakan luka Spradbery 2002. Begitu juga larva C. saffranea steelblue blowfly, C. rufifacies hairy maggot blowfly dan L. sericata english sheep blowfly hidup pada bangkai di sekitar tumpukan sampah pasar. Menurut Shiao dan Yeh 2008 populasi larva C. megacephala yang tinggi dibandingkan C. rufifacies pada lokasi yang sama, menunjukkan tingginya kemampuan adaptasi C. megacephala. Hal ini juga terbukti dari hasil penelitian keragaman C. megacephala yang dikoleksi di lima pasar tradisional Kota Bogor paling tinggi yaitu sebesar 42 Gambar 1. Gambar 1. Persentase keragaman jenis lalat yang dikoleksi dari lima pasar tradisional Kota Bogor Februari – Maret 2014 Sarcophagidae flesh flies bersifat vivipar dan meletakkan larvanya pada daging, sayuran, siput, serangga dan lain-lain Spradbery 2002. M. domestica house fly tidak seperti famili Calliphoridae dan Sarcophagidae yang bertelur pada daging atau bangkai. M. domestica meletakkan telurnya pada material organik yang membusuk fermentasi seperti kotoran ternak, sampah organik pasar, dan sampah makanan Yuriatni et al. 2011. D. repleta meletakan telurnya pada material organik berupa buah-buahan dan sayuran yang membusuk Throckmorton 1975. Oleh karena itu, tersedianya habitat di sekitar lokasi pasar inilah yang menyebabkan keragaman jenis lalat yang ditemukan di lima pasar tradisional Kota Bogor Gambar 1. Habitat Anthomyiidae banyak melimpah di pinggiran kolam atau danau. Anthomyiidae juga ditemukan lokasi kebun, hutan, lapangan terbuka, padang rumput tergantung kondisi geografis setempat. Larvanya bersifat phytophagous, saprophagous ataupun coprophagous, juga sebagai hama tetapi dapat pula membantu penyerbukan tanaman. Larva beberapa genus lalat ini ditemukan dapat membuat hunian pada sarang lebah Crabronine yang dibangun pada tumbuh- tumbuhan Huccket 1971. Anthomyiidae sangat wajar ditemukan di pasar, mungkin berasal dari habitat aslinya di kebun yang terbawa alat transportasi bersama hasil-hasil ladangsayuran sehingga membentuk populasi baru dengan menyesuaikan habitat yang ada di pasar tradisonal. Phoridae scuttle fly merupakan salah satu ordo Diptera yang mudah ditemukan. Larvanya memakan bangkai, sering bersimbiosis dengan jamur dan serangga sosial, serta sebagai parasitoid cacing tanah dan rayap. Spesies Phoridae dewasa sering terlihat hinggap pada bunga yang mekar Corona dan Brown 2005. Phoridae biasa ditemukan di pasar mengingat stadium larvanya mampu memakan bangkai. Habitat ini banyak terdapat pada tumpukan sampah di sekitar lokasi pasar tradisional. Syrphidae flower flyhover fly sangat penting peranannya dalam dunia pertanian. Disamping membantu penyerbukan lalat ini dapat berperan sebagai serangga predator serangga lain yang merugikan seperti aphids, thrips, telur ngengat dan kupu-kupu. Syrphidae berukuran panjang tubuh 1 cm mudah dibedakan dari lalat lain karena memiliki corak yang khas berupa belang-belang hitam dengan kuning kecoklatan pada bagian abdomen. Mata fasetnya yang besar dan tajam memudahkan menemukan target makanan. Syrphidae biasa meletakkan telurnya berderet secara pararel. Ukuran larva 1-1,2 cm menempel pada tanaman yang memiliki kepadatan aphids yang tinggi Bug et al 2008. Syrphidae yang ditemukan di pasar sangat jarang, hal ini karena habitatnya mungkin berasal dari tumbuhan yang berbunga di sekitar pemukiman pasar atau terbawa bersama sayur- sayuran yang berbunga dari ladang-ladang penghasil. Kelimpahan nisbi berbagai jenis lalat yang didapat di Pasar Kota Bogor menunjukkan hasil yang bervariasi Tabel 3. Dilihat dari frekuensi setiap penangkapan D. repleta, C. megacephala dan M. domestica selalu didapatkan. Perkalian kelimpahan nisbi dengan frekuensi spesies menghasilkan angka dominasi spesies yang berbeda-beda yaitu 40.55 D. repleta, 42.37 C. megacephala dan 11.85 M. domestica. Indeks keragaman jenis lalat di pasar Kota Bogor dalam kategori sedang yaitu 1,203. Pasar Kota Bogor merupakan pasar tradisional yang memiliki aktifitas transaksi penjualan pada waktu siang dan malam hari. Sampah pasar yang menumpuk sangat banyak meskipun pelaksanaan pengangkutan sampah sudah menjadi agenda rutin setiap hari oleh petugas. Namun, keadaan tempat pembuangan sampah pasar belum memadai dan masih memungkinkan lalat untuk dapat berkembangbiak dengan baik serta mudah memasuki lokasi pasar. Tabel 3. Kelimpahan Nisbi, Frekuensi, dan Dominasi Spesies di Pasar Kota Bogor Februari – Maret 2014 No. Jenis Lalat Kelimpahan Nisbi Frekuensi Dominasi Spesies 1. C. megacephala 42.37 1.00 42.37 2. C. saffranea 0.68 0.25 0.17 3. C. rufifacies 0.23 0.25 0.06 4. L. sericata 0.68 0.50 0.34 5. M. domestica 11.85 1.00 11.85 6. M. conducens 3.19 1.00 3.19 7. M. fasciata 0.23 0.25 0.06 8. S. haemorroidalis 0.23 0.25 0.06 9. D. repleta 40.55 1.00 40.55 Tabel 4. Kelimpahan Nisbi, Frekuensi, dan Dominasi Spesies di Pasar Sukasari Februari – Maret 2014 No. Jenis Lalat Kelimpahan Nisbi Frekuensi Dominasi Species 1. C. megacephala 71.84 1.00 71.84 2. C. saffranea 2.43 0.50 1.21 3. C. rufifacies 0.49 0.25 0.12 4. L. sericata 0.49 0.25 0.12 5. M. domestica 14.08 1.00 14.08 6. M. conducens 4.37 0.75 3.28 7. M. fasciata 1.46 0.50 0.73 8. S. haemorroidalis 0.49 0.25 0.12 9. D. repleta 0.97 0.25 0.24 10. Anthomyiidae 3.40 0.25 0.85 Kelimpahan nisbi, frekuensi dan angka dominasi spesies yang didapat dari Pasar Sukasari didominasi oleh C. megacephala 71.84 dan M. domestica 14.08 Tabel 4. Indeks keragaman jenis lalat di Pasar Sukasari sebesar 1,038 termasuk dalam kategori sedang. Mengingat aktivitas transaksi jual beli di Pasar Sukasari pada waktu siang hari berupa bahan makanan yang beraneka ragam dan sisa penjualan yang tidak dibersihkan, mendukung berbagai macam jenis lalat untuk dating dan menghinggapi makanan yang ada. Habitat Calliphoridae pada tempat-tempat pembuangan sampah yang mengandung dagingikan yang membusuk sedangkan Muscidae bisa pada kotoran hewan, sisa makanan manusia dan hewan Sitanggang 2001. Kelimpahan nisbi yang diperoleh dari Pasar Anyar didominasi oleh D. repleta 59.05, M. domestica 16.51 dan C. megacephala 10.48 Tabel 5. Begitu pula frekuensi dan angka dominasi spesies. Indeks keragaman jenis lalat di Pasar Anyar sebesar 2.678 dalam kategori sedang. Tingginya kelimpahan nisbi D. repleta di Pasar Anyar disebabkan banyaknya sampah organik dari sayuran dan buah-buahan yang membusuk di lokasi pasar. Kondisi pasar yang becek dan lembab juga mendukung keberadaan lalat tersebut. Keragaman jenis lalat di Pasar Anyar dipengaruhi oleh heterogennya bahan-bahan makanan yang dijual sehingga tersedia pula habitat yang cocok untuk masing-masing jenis lalat. Kelimpahan nisbi lalat tertinggi di Pasar Jambu Dua didominasi oleh C. megacephala 60 dan selanjutnya M. domestica 30.77 disusul jenis lalat yang lain Tabel 6. Indeks keragaman jenis lalat di Pasar Jambu Dua termasuk dalam kategori sedang yaitu sebesar 1.017. Tingginya kelimpahan nisbi lalat di Pasar Jambu dua disebabkan banyaknya sampah yang terdapat di tempat pembuangan sampah sementara di belakang pasar. Tumpukan sampah berupa sisa penjualan daging, ikan dan bahan lain yang membusuk merupakan tempat perkembangbiakan yang cocok untuk lalat C. megacephala, C. saffranea, M. domestica, dan Sarcophaga sp Aminah et al. 2005. Tabel 5. Kelimpahan Nisbi, Frekuensi, dan Angka Dominasi di Pasar Anyar Februari – Maret 2014 No. Jenis Lalat Kelimpahan Nisbi Frekuensi Dominasi Species 1. C. megacephala 10.48 1.00 10.48 2. L. sericata 5.08 0.75 3.81 3. M. domestica 16.51 1.00 16.51 4. M. conducens 4.13 0.75 3.10 5. M. fasciata 3.17 0.75 2.38 6. S. haemorroidalis 0.32 0.25 0.08 7. S. fuscicauda 0.32 0.25 0.08 8. D. replete 59.05 1.00 59.05 9. Phoridae 0.95 0.25 0.24 Tabel 6. Kelimpahan Nisbi, Frekuensi, dan Dominasi Spesies di Pasar Jambu Dua Februari – Maret 2014 No. Jenis Lalat Kelimpahan Nisbi Frekuensi Dominasi Spesies 1. C. megacephala 60.00 1.00 60.00 2. C. saffranea 2.15 0.75 1.62 3. C. rufifacies 0.62 0.25 0.15 4. L. sericata 0.31 0.25 0.08 5. M. domestica 30.77 1.00 30.77 6. M. conducens 4.92 1.00 4.92 7. M. fasciata 0.31 0.25 0.08 8. S. haemorroidalis 0.62 0.50 0.31 9. D. repleta 0.31 0.25 0.08 Kelimpahan nisbi lalat tertinggi di Pasar Gunung Batu adalah M. domestica 41.03, diikuti oleh C. megacephala 22.44 Tabel 7. Tingginya kelimpahan nisbi M. domestica di Pasar Gunung Batu disebabkan karena situasi pasar sedang dalam proses renovasi sehingga kondisi lingkungan kurang bersih, meskipun sampah pasar dibersihkan secara rutin namun letaknya sangat dekat dengan pasar. Disamping itu pengangkutan sampah kadang menunggu hingga bak sampah pasar penuh, hal ini merupakan salah satu daya dukung M. domestica dan jenis lalat yang lain untuk berkembangbiak. Angka dominasi spesies tertinggi adalah M. domestica 41.03 dengan peringkat dibawahnya C. megacephala 22.44, menunjukkan bahwa kedua jenis lalat mendominasi secara keseluruhan jenis lalat yang ditemukan di Pasar Gunung Batu dengan indeks keragaman jenis lalat dalam kategori sedang sebesar 1.618. Aktivitas transaksi jual beli di Pasar Anyar, Pasar Sukasari dan Pasar Gunung Batu terjadi pada siang hari sedangkan di Pasar Kota Bogor dan Pasar Jambu Dua terjadi baik siang maupun malam hari. Hal ini mendukung keberadaan lalat untuk mendapatkan makanan disamping adanya ketersediaan habitat yang cocok di sekitar lokasi pasar. Sampah pasar masih sering menumpuk meskipun pelaksanaan pengangkutan sampah sudah menjadi agenda rutin setiap hari oleh petugas. Keadaan tempat pembuangan sampah pasar yang belum memadai memungkinkan lalat untuk dapat berkembangbiak dengan baik dan dapat memasuki lokasi pasar. Faktor lain yang mendukung yaitu suhu, kelembapan, cuaca dan iklim yang sesuai Shiao dan Yeh 2008. Tabel 7. Kelimpahan Nisbi, Frekuensi, dan Dominasi Spesies di Pasar Gunung Batu Februari – Maret 2014 No. Jenis Lalat Kelimpahan Nisbi Frekuensi Dominasi Spesies 1. C. megacephala 22.44 1.00 22.44 2. C. saffranea 1.92 0.50 0.96 3. C. rufifacies 0.64 0.25 0.16 4. L. sericata 7.69 0.75 5.77 5. M. domestica 41.03 1.00 41.03 6. M. conducens 13.46 1.00 13.46 7. M. fasciata 10.90 1.00 10.90 8. S. haemorroidalis 0.64 0.25 0.16 9. D. repleta 0.64 0.25 0.16 10. Syrphidae 0.64 0.25 0.16 Indeks keragaman lalat di lima pasar tradisional tergolong sedang yaitu berada dalam kisaran 1 ≤ H ≤ 3. Hal ini menunjukkan bahwa pasar tradisional Kota Bogor memiliki keragaman jenis lalat yang bervariasi dengan kondisi lingkungan yang relatif stabil untuk kelangsungan hidup berbagai jenis lalat. Angka dominasi berbagai jenis lalat yang tinggi dapat meningkatkan kejadian penyakit tular vektor yang ditransmisikan oleh lalat.

2. Prevalensi infestasi lalat

Prevalensi Muscidae tertinggi 11.7 terdapat pada Pasar Gunung Batu dan terendah 2.43 terdapat pada Pasar Sukasari, sedangkan prevalensi Calliphoridae tertinggi 7.62 pada Pasar Jambu Dua dan terendah 0.88 terdapat pada Pasar Anyar Gambar 2. Prevalensi lalat ini dipengaruhi oleh jumlah kepadatan lalat pada masing-masing pasar , banyaknya pengunjung yang lalu lalang di pasar, daya rekat fly sticky paper, cara peletakkan fly sticky paper dan lain-lain . Tinggi rendahnya prevalensi Muscidae dan Calliphoridae juga dipengaruhi oleh kondisi cuaca suhukelembapan pada hari saat melakukan penangkapan, kebersihan lingkungan, dan ketersediaan habitat bagi lalat. Letak geografis juga ikut mendukung jenis lalat yang ditemukan. Di Thailand pernah dilaporkan ada perbedaan sebaran spesies lalat famili Calliphoridae dengan letak geografis yang berbeda pada lahan pertanian, hutan, pegunungan dan pemukiman untuk kepentingan forensik Bunchu et al. 2012. Di Kota Solok Sumatera Barat pernah dilaporkan bahwa ditemukan lalat dengan frekuensi yang berbeda dengan lokasi penelitian di pasar, tempat pembuangan sampah, tempat pengolahan ikan dan pemukiman penduduk Yuriatni et al. 2011. Gambar 2. Prevalensi Muscidae dan Calliporidae di tiap lokasi pasar Februari –Maret 2014 Gambar 3. Prevalensi Calliphoridae di setiap blok pasar Februari – Maret 2014 Ps. Kota Bogor Ps. Sukasari Ps. Gunung Batu Ps. Jambu dua Ps. Anyar 5.63 2.43 11.70 8.97 2.82 7.10 7.02 1.72 7.65 0.88 Prevalensi Muscidae Prevalensi Calliphoridae Ps. Kota Bogor Ps. Sukasari Ps. Gunung Batu Ps. Jambu Dua Ps. Anyar 6.95 4.98 1.25 5.52 0.63 0.02 0.55 0.38 1.93 0.13 0.13 1.48 0.08 0.20 0.12 Prevalensi Blok Lingkungan Prevalensi Blok Daging Prevalensi Blok Ikan Pasar Gunung Batu dan Pasar Sukasari memiliki lokasi yang berbatasan dengan komplek perumahan sedangkan Pasar Jambu Dua bersebelahan dengan aliran sungai. Hal ini memungkinkan perbedaan penyebaran jenis lalat di sekitar lokasi. Di belakang Pasar Kota Bogor dan Jambu Dua juga terdapat tumpukan sampah yang berasal dari sisa-sisa penjualan ikandaging ayam, sehingga sangat disukai lalat Calliphoridae sebagai tempat mencari makanan dan tempat berkembangbiak. Rudianto dan Azizah 2005 melaporkan bahwa terdapat pengaruh signifikan kepadatan lalat di perumahan terhadap jarak lokasi pembuangan sampah open dumping. Semakin dekat letak perumahan dengan tempat pembuangan sampah maka semakin tinggi tingkat kepadatan lalatnya. Semakin tinggi tingkat kepadatan lalat maka semakin tinggi angka kejadian diare. Tingginya angka prevalensi Calliphoridae dari blok lingkungan tertinggi pada Pasar Kota Bogor 6.95. Selanjutnya diikuti Pasar Jambu Dua 5.52 Pasar Sukasari 4.98, Pasar Gunung Batu 1,25 dan Pasar Anyar 0.63. Prevalensi yang rendah didapatkan Pada blok daging dan blok ikan Gambar 3. Dengan demikian prevalensi Calliphoridae berdasarkan pembagian blok pasar dapat disimpulkan bahwa sanitasi lingkungan yang kurang baik memegang peranan penting terhadap tingginya prevalensi lalat Calliphoridae di pasar tradisional. Angka prevalensi Muscidae menyebar bervariasi diantara tiga blok pasar Gambar 4. Pasar yang memiliki prevalensi Muscidae tertinggi yaitu Pasar Gunung Batu sebesar 4.77 pada blok daging, 4.45 pada blok ikan dan 2.48 pada blok lingkungan. Pasar yang memiliki tingkat prevalensi tinggi berikutnya pada blok daging yaitu Pasar Kota Bogor dengan prevalensi sebesar 3.08. Tingginya prevalensi Muscidae di Pasar Gunung Batu salah satunya disebabkan karena letak geografis pasar yang berdekatan dengan permukiman penduduk dan proses renovasi pasar yang sedang berjalan saat dilakukan pengambilan sampel. Kondisi lingkungan sekitar sangat berpengaruh terhadap prevalensi lalat diantara tiga blok pasar. Penelitian Hestiningsih et al. 2003 mengungkapkan bahwa Muscidae dan Calliphoridae dominan ditemukan pada tempat pembuangan sampah yang dekat dengan pemukiman penduduk. Lalat mendapatkan daya dukung yang cocok bagi kehidupannya. Sehingga ditemukan pada masing-masing blok pasar. Lalat terbukti membawa kuman pathogen yang dapat bersifat mewabah seperti E. coli, Klebsiella pneumoniae, Proteus morgani, Enterobacter aerogenes, Enterococcus sp, Staphylococcus aureus dan lain-lain. Gambar 4. Prevalensi Muscidae di setiap blok pasar Februari – Maret 2014 Ps. Kota Bogor Ps. Sukasari Ps. Gunung Batu Ps. Jambu Dua Ps. Anyar 1.47 2.15 2.48 3.95 1.82 3.08 0.18 4.77 2.18 0.52 1.08 0.10 4.45 2.83 0.28 Prevalensi Blok Lingkungan Prevalensi Blok Daging Prevalensi Blok Ikan