Tempat penjualan dan alat-alat yang tidak dibersihkan menimbulkan bau tidak sedap yang mengundang berbagai jenis lalat. Penggunaan pelindungkasa
pada bahan makanan dan makanan siap saji di pasar sangat penting untuk mencegah infestasi lalat seperti yang dijelaskan dalam Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 942MENKES SKVII2003 menjelaskan penjualan makanan harus dilengkapi fasilitas air bersih, tempat cuci alat dan
tangan, tempat penampungan sampah, fasilitas pengendali lalat dan tikus dan lain- lain.
c. Hubungan antara infestasi lalat dengan biosekuriti lingkungan
Taraf signifikansi hasil Uji Korelasi Spearman yang menjelaskan hubungan korelasi infestasi lalat dengan biosekuriti lingkungan P=0.505 lebih
besar dari angka kepercayaan α=0.05 menunjukkan bahwa hubungan korelasi tidak signifikan. Angka koefisien korelasi yang diperoleh sebesar R=0.400. Hal
ini menunjukkan hubungan korelasi yang sedang antara infestasi lalat dengan biosekuriti lingkungan. Tanda negatif - pada koefisien korelasi tersebut
menjelaskan hubungan korelasi yang berlawanan. Semakin rendah tingkat biosekuriti lingkungan kemungkinan infestasi lalat di pasar tradisional Kota Bogor
semakin tinggi, begitu pula sebaliknya semakin tinggi tingkat biosekuriti lingkungan maka infestasi lalat dimungkinkan semakin rendah.
Unsur biosekuriti lingkungan dalam hal ini paling erat kaitannya dengan pembuangan sampah di lingkungan pasar tradisional. Pengelola pasar di
lingkungan pasar tradisional tidak menyediakan wadah sampah individual untuk para pedagang. Para pedagang pasar sebagian sebagian berinisiatif sendiri
mewadahi sampah mereka dengan kantong plastik, keranjang bambu atau karung dan beberapa pedagang hanya menumpukkan sampahnya tanpa menggunakan
wadah. Hal ini serupa dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Fitria dan Damanhuri 2013 di Pasar Simpang Dago, Bandung bahwa tidak tersedianya
tempat sampah individual yang disediakan oleh dinas pasar. Jika sampah menumpuk dan terfermentasi menjadikan tempat perkembangbiakan yang cocok
bagi lalat. Sampah organik yang dibiarkan menumpuk akan menimbulkan bau yang tidak sedap dan dapat mengundang lalat yang sangat berbahaya bagi
kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, sampah organik dan non organik harus dikelola dengan tepat.
4. Status Kerentanan Lalat Terhadap Tiga Golongan Insektisida
Status uji kerentanan M. domestica terhadap malathion 0,8 menunjukkan nilai RR
50
dalam tingkat yang rendah RR
hitung
10 di lima lokasi pasar Tabel 9. M. domestica di semua lokasi pasar tersebut masih menunjukkan status rentan
terhadap malathion. Mortalitas terhadap malathion cukup tinggi dibandingkan terhadap sipermetrin dan tiametoksam, sehingga malathion masih memberikan
efek yang baik sebagai insektisida terhadap M. domestica. Malathion juga memberikan nilai LT
50
yang cukup baik pada lima lokasi pasar. Namun disisi lain menunjukkan bahwa tingkat mortalitas M. domestica terhadap malathion cukup
tinggi dibandingkan terhadap tingkat mortalitas yang disebabkan sipermetrin dan tiametoksam Tabel 10 dan 11. Bahkan tingkat mortalitas malathion hingga
mampu mencapai 90 di Pasar Jambu Dua.
Malathion memiliki titik tangkap target site yang berbeda dengan insektisida piretroid. Malathion merupakan insektisida organofosfor yang bekerja
dengan menghambat enzim yang sangat penting dalam susunan syaraf pusat yang disebut asetilkolinesterase AChE. Enzim ini terfosforilasi ketika terikat dengan
malathion dan ikatan ini bersifat tetap irreversible. Penghambatan ini menyebabkan akumulasi asetilkolin pada sinaps dan mengakibatkan kejang otot
dan akhirnya paralisislumpuh Wirawan 2006.
Nilai
LT
50
pada uji efikasi terhadap sipermetrin menunjukkan bahwa lalat koloni dari Pasar Jambu Dua merupakan yang terkecil 6.29 menit, sedangkan
terbesar pada Pasar Gunung Batu 78.98 menit Tabel 10. Angka mortalitas sipermetrin terhadap M. domestica cukup tinggi pada Pasar Jambu Dua 78.33.
Dengan demikan sipermetrin menimbulkan efek knockdown yang cukup bagus, namun di Pasar Gunung Batu dan Pasar Sukasari sipermetrin tidak menimbulkan efek
mortalitas.
Tabel 9. Status kerentanan SK M. domestica setelah kontak dengan malathion
Gambar 5. Nilai LT
50
lalat M. domestica terhadap malathion
Persamaan Regresi : Laboratorium
Y = 27.89 + 1.481X; dengan : R-Sq = 60.4 Pasar Jambu Dua
Y = 21.00 + 1.352X; dengan : R-Sq = 61.9 Pasar Anyar
Y = 3.335 + 0.8095X; dengan : R-Sq = 89.4 Pasar Kota Bogor
Y = -3.223 + 0.9571X; dengan : R-Sq = 88.4 Pasar Gunung Batu
Y = -0.446 + 0.1382X; dengan : R-Sq = 87.6 Pasar Sukasari
Y = -1.134 + 0.1277X; dengan : R-Sq= 93.0
No. Nama Pasar Mortalitas
LT
50
RR
50
LT
95
RR
95
SK 1.
Pasar Kota Bogor 53.33
54.17 3.13 107.18
3.41 Rendah 2.
Pasar Anyar 40.00
56.25 3.25 123.23
3.92 Rendah 3.
Pasar Gunung Batu 50.00
67.55 3.90 130.22
4.14 Rendah 4.
Pasar Sukasari 40.00
71.55 4.13 126.50
4.02 Rendah 5.
Pasar Jambu Dua 90.00
21.41 1.24
59.70 1.90 Rendah
6. Laboratorium
85.00 17.32
1.00 31.47
1.00 Rendah