Pemeliharaan lalat koloni pasar

b. Uji status kerentanan

Penentuan status kerentanan dilakukan dengan uji bioassay menggunakan metode kontak dengan insektisida residual. Konsentrasi tiga golongan insektisida organofosfor malathion, piretroid sipermetrin dan nikotinoid tiametoksam yang digunakan untuk uji kerentanan masing-masing sebesar 2.5µlml dengan menggunakan botol kaca bervolume 250ml. Botol kaca tersebut masing-masing dilapisi dengan insektisida 2.5µlml kemudian dibiarkan selama 1 jam pada tempat yang teduh. Setelah itu botol kaca ditutup dan didiamkan selama semalam pada suhu ruang dan tidak terkena sinar matahari langsung. Sebanyak 20 lalat hasil rearing yang telah berumur 3-5 hari dimasukkan ke dalam botol kaca 250ml yang telah dilapisi insektisida kemudian diamati mulai dari 10 menit, 20 menit, 30 menit, 40 menit, 50 menit, dan 60 menit dengan tiga kali ulangan. Selesai pengamatan lalat segera dipindahkan ke dalam kandang kasa dan dibiarkan selama 24 jam. Di dalam kandang diletakkan air gula 10 dan susu Brogdon McAllister 1998, FAO 2004. Sebagai kontrol lalat koloni Laboratorium Entomologi juga diberi perlakuan sama tetapi dengan botol yang dilapisi aseton 0.1. Jumlah lalat yang dihitung adalah lalat yang mati sesuai dengan waktu pengamatan sebagai data dalam analisis probit. Analisis Data Analisis data dilakukan secara diskriptif dan statistik non parametrik untuk melihat variabel yang telah ditetapkan sebagai berikut :

1. Keragaman jenis lalat

Analisis data keragaman jenis dengan statistik diskriptif diharapkan dapat menggambarkan ilustrasi data mengenai kelimpahan nisbi, frekwensi species, dominasi species dan indeks keragaman Sannon Winner Odum 1993. Kelimpahan nisbi = Σ Individu spesies tertentu yang tertangkap x 100 Σ Total seluruh spesies yang tertangkap Frekwensi spesies = Jumlah tertangkapnya lalat spesies tertentu Jumlah penangkapan Dominasi Spesies = Kelimpahan nisbi x Frekwensi spesies Indeks Keragaman Shannon Wiener H = - Pi LnPi; dengan Pi = NiN Dimana; Pi : perbandingan jumlah individu suatu jenis dengan keseluruhan jenis Ni : Jumlah individu ke-i N : Jumlah total individu semua jenis Kriteria indeks keanekaragaman menurut Krebs 1978 sebagai berikut : Tinggi H 3 ; Sedang 1 ≤ H ≤ 3; Rendah H 1

2. Pengukuran prevalensi infestasi lalat

Pengukuran prevalensi infestasi lalat dengan menghitung jumlah lalat yang menempel pada fly sticky paper yang dapat digambarkan dalam bentuk grafik tiap lokasi pasar.

3. Pengukuran faktor risiko yang mempengaruhi infestasi lalat

Data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan responden diinput dalam data base menggunakan SPSS 16. Statistik non parametrik Uji Korelasi Spearman untuk mengetahui hubungan faktor risiko yang mempengaruhi infestasi lalat. Pembagian tingkat hubungan kekuatan korelasi menurut Colton dalam Dini et al. 2010 yaitu tidak ada hubunganlemah r = 0.00-0.25, sedang r = 0.26-0.50, kuat r = 0.51-0.75, dan sangat kuatsempurna r = 0.76-1.00.

4. Penentuan status kerentanan

Data yang digunakan untuk penentuan status kerentanan yaitu jumlah lalat yang mati setelah perlakuan. Penentuan status kerentanan terhadap tiga golongan insektisida dilakukan dengan analisis probit menggunakan program SPSS 16 dan Minitab 17. Pengujian diulang jika kematian pada lalat kontrol lebih dari 20 dan jika kelompok kontrol pembanding terjadi kematian antara 5-20 dikoreksi dengan rumus Abbot WHO 1970 sebagai berikut : Persen kematian lalat uji – persen kematian kontrol X 100 100 – Persen kematian kontrol Penentuan status kerentanan lalat berdasar hasil uji Rasio Resistensi RR pada kelompok perlakuan dan kontrol sebagai berikut : RR = LT50 isolat yang teramati LT50 isolat pembanding Sebagai isolat pembanding adalah isolat lalat dari lokasi yang mempunyai tingkat resistensi lebih rendah, dengan Rasio Resistensi RR menurut standar WHO 1980 sebagai berikut : RR 10 ; rendah , 10 - 40 ; sedang, 40 - 160 ; tinggi, RR 160 ; sangat tinggi. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Keragaman jenis lalat Keragaman jenis lalat penting diketahui untuk mengetahui keragaman jenis lalat di suatu lokasi yang dapat menjadi vektor berbagai macam penyakit sehingga dapat menentukan strategi pengendalian yang efektif. Keragaman jenis lalat yang diperoleh dengan menggunakan tangguk serangga sweeping net di lima pasar tradisional Kota Bogor adalah C. megacephala, C. saffranea, C. rufifacies, L. sericata, M. domestica, M. conducens, M. fasciata, S. haemorroidalis, S. fuscicauda, D. repleta, Phoridae, Anthomyiidae dan Syrphidae Tabel 1. Faktor yang ikut menunjang besarnya keragaman jenis lalat yaitu daya dukung yang sesuai untuk kelangsungan hidup berbagai jenis lalat di lokasi tersebut seperti suhu, kelembapan, makanan dan tempat berkembangbiak breeding place Koesharto et al. 2000. Suhu udara di Kota Bogor dalam kisaran 28-32 C pada siang hari dengan rata-rata 29-30 C dan suhu terendah mencapai 23 C pada malam hari. Hasil koleksi lalat yang perlu mendapat perhatian dengan populasi terbanyak yaitu lalat C. megacephala 597 lalat dan M. domestica 297 lalat, meskipun lalat jenis yang lain juga dapat berpotensi sebagai vektor beberapa jenis penyakit. Lalat D. repleta, Phoridae, Anthomyiidae dan Syrphidae juga termasuk jenis lalat yang sering ditemukan di pasar.