aktivitas pasar. Setiap luas 2 m
2
pada lokasi pasar mewakili 1 titik sampling yang dikelompokkan dalam tiga blok yaitu blok kios penjualan daging, blok kios
penjualan ikan dan blok lingkungan luar. Lalat yang diperoleh dimasukkan dalam kantong plastik dan dimatikan dengan kloroform. Lalat selanjutnya di pinning dan
diidentifikasi dengan kunci identifikasi lalat untuk mengetahui jenis lalat yang tertangkap. Identifikasi dilakukan dengan menggunakan kunci identifikasi lalat
yang dibuat oleh Tumrasvin dan Shinonaga 1977 untuk famili Muscidae, Spradbery 2002 dan Marshall et al. 2011 untuk identifikasi famili
Calliphoridae, Lopez 1960 untuk identifikasi famili Sarcophagidae dan literatur lain yang mendukung. Ulangan pengambilan sampel setiap lokasi pasar dilakukan
sekali dalam seminggu selama sebulan 4 ulangan.
2. Pengukuran prevalensi infestasi lalat
Pengambilan sampel lalat untuk pengukuran prevalensi infestasi lalat di setiap lokasi pasar menggunakan fly sticky paper yang dipasang di blok kios
penjualan daging, blok kios penjualan ikan dan lingkungan luar. Masing-masing blok tersebut dipasang lima fly sticky paper selama 4 jam, sekali dalam 1 minggu
selama 1 bulan 4 ulangan. Prevalensi lalat diukur dengan menghitung persentase jumlah lalat yang menempel pada fly sticky paper setiap pasar.
3. Pengukuran faktor risiko yang mempengaruhi infestasi lalat
Pengukuran faktor risiko yang mempengaruhi infestasi lalat dilakukan dengan wawancara langsung kepada pedagang menggunakan kuisioner. Jumlah
responden yang diambil sekitar 30 dari jumlah pedagang yang dianggap mewakili. Aspek yang diamati meliputi identitas responden, biosekuriti personal,
biosekuriti tempatperalatan, dan biosekuriti lingkungan Lampiran 12.
4. Pemeliharaan lalat dan uji status kerentanan
a. Pemeliharaan lalat koloni pasar
Pemeliharaan lalat diawali dengan menangkap dua genus lalat yang mendominasi setiap pasar dengan menggunakan tangguk serangga kemudian
dipelihara di laboratorium hingga menghasilkan keturunan pertama F1. Kandang pemeliharaan lalat berukuran 40x40x60cm berisi lalat jantan dan betina spesies
yang sama dari hasil penangkapan. Dalam kandang tersebut diletakkan media bertelur berupa campuran media sekam 1 bagian, pakan pelet ikan 2 bagian dan
sedikit hati ayam sebagai tambahan nutrisi serta penarik lalat untuk bertelur. Campuran media bertelur tersebut ditambahkan air untuk menjaga kelembapan
dan mempermudah ruang gerak larva. Disamping itu disiapkan juga botol bersumbu berisi air gula 10 dan susu bubuk sebagai nutrisi lalat dewasa.
Di bagian bawah campuran media larva diletakkan nampan yang diberi bekatul sebagai tempat larva berubah menjadi pupa. Pupa yang terkumpul dalam
bekatul disaring kemudian dipindahkan ke dalam kandang pemeliharaan hingga berubah menjadi dewasa. Pengamatan dilakukan setiap hari dengan melihat
perkembangan tiap stadium telur, larva, pupa, dan dewasa dan faktor eksternal lainnya suhu, pH, kelembapan dll.
b. Uji status kerentanan
Penentuan status kerentanan dilakukan dengan uji bioassay menggunakan metode kontak dengan insektisida residual. Konsentrasi tiga golongan insektisida
organofosfor malathion, piretroid sipermetrin dan nikotinoid tiametoksam yang digunakan untuk uji kerentanan masing-masing sebesar 2.5µlml dengan
menggunakan botol kaca bervolume 250ml. Botol kaca tersebut masing-masing dilapisi dengan insektisida 2.5µlml kemudian dibiarkan selama 1 jam pada
tempat yang teduh. Setelah itu botol kaca ditutup dan didiamkan selama semalam pada suhu ruang dan tidak terkena sinar matahari langsung.
Sebanyak 20 lalat hasil rearing yang telah berumur 3-5 hari dimasukkan ke dalam botol kaca 250ml yang telah dilapisi insektisida kemudian diamati
mulai dari 10 menit, 20 menit, 30 menit, 40 menit, 50 menit, dan 60 menit dengan tiga kali ulangan. Selesai pengamatan lalat segera dipindahkan ke dalam kandang
kasa dan dibiarkan selama 24 jam. Di dalam kandang diletakkan air gula 10 dan susu Brogdon McAllister 1998, FAO 2004. Sebagai kontrol lalat koloni
Laboratorium Entomologi juga diberi perlakuan sama tetapi dengan botol yang dilapisi aseton 0.1. Jumlah lalat yang dihitung adalah lalat yang mati sesuai
dengan waktu pengamatan sebagai data dalam analisis probit.
Analisis Data
Analisis data dilakukan secara diskriptif dan statistik non parametrik untuk melihat variabel yang telah ditetapkan sebagai berikut :
1. Keragaman jenis lalat
Analisis data keragaman jenis dengan statistik diskriptif diharapkan dapat menggambarkan ilustrasi data mengenai kelimpahan nisbi, frekwensi species,
dominasi species dan indeks keragaman Sannon Winner Odum 1993. Kelimpahan nisbi
= Σ Individu spesies tertentu yang tertangkap x 100
Σ Total seluruh spesies yang tertangkap Frekwensi spesies
= Jumlah tertangkapnya lalat spesies tertentu Jumlah penangkapan
Dominasi Spesies = Kelimpahan nisbi x Frekwensi spesies
Indeks Keragaman Shannon Wiener H = - Pi LnPi; dengan Pi = NiN Dimana; Pi : perbandingan jumlah individu suatu jenis dengan keseluruhan jenis
Ni : Jumlah individu ke-i N : Jumlah total individu semua jenis
Kriteria indeks keanekaragaman menurut Krebs 1978 sebagai berikut : Tinggi H 3 ; Sedang 1 ≤ H ≤ 3; Rendah H 1
2. Pengukuran prevalensi infestasi lalat