3. Jaminan Uang Muka Jaminan Uang Muka diatur dalam Pasal 5 mengenai syarat pembayaran
pada Kontrak Pengadaan Sarana dan Prasarana Puskesmas Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai Tahun 2010 Nomor :8001945.HUm.KpX2010. Dimana
pembayaran DP Uang Muka Kepada pihak kedua sebesar 30 dari harga borongan yaitu 30 x Rp. 912.780.000,- = Rp. 271.731.240,- dibayar kepada
pihak kedua setelah Surat Perintah Kontrak Kerja kontrak kerja ditandatangani keduabelah pihak. Pembayaran dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
kepada Muhammad Nur Haitamy selaku Direktur CV. SHAFIRA melalui Bank SUMUT Cab. Kisaran AC No. 26.01.04.003303-0.
C. Analisis Hukum Kemungkinan Kontrak Bermasalah
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata KUH Perdata, buku III tentang perikatan, disebutkan bahwa perikatan dapat lahir karena undang-undang
atau perjanjian. Perikatan yang lahir karena perjanjian Pasal 1338 KUH Perdata menyatakan bahwa “Semua perjanjian yang dibuat harus memenuhi syarat-syarat
yang ditentukan oleh undang-undang mempunyai kekuatan hukum sebagai undang-
undang bagi mereka yang membuatnya”. Maksudnya, semua perjanjian mengikat mereka yang tersangkut bagi yang membuatnya, mempunyai hak yang
oleh perjanjian itu diberikan kepadanya dan berkewajiban melakukan hal-hal yang ditentukan dalam perjanjian.
Perjanjian dalam pengadaan barangjasa adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu menyelenggarakan suatu pekerjaan bagi pihak lain dengan
menerima suatu harga tertentu. Perjanjian merupakan dasar pelaksanaan kegiatan.
Setiap orang atau badan hukum dapat mengadakan perjanjian, asalkan memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan dalam KUH Perdata. Syarat-syarat yang
ditetapkan dalam KUH Perdata tercantum dalam Pasal 1320 sebagai berikut.: 1. kata sepakat antara mereka yang mengikatkan dirinya;
2. kecakapan untuk membuat suatu perjanjian; 3. suatu hal tertentu; dan
4. suatu sebab yang halal. Jadi untuk sahnya suatu perjanjian haruslah memenuhi syarat-syarat
seperti yang diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata dimaksud. Selanjutnya berdasarkan Pasal 1338 KUH Perdata, bahwa setiap orang bebas mengadakan
perjanjian asal memenuhi syarat-syarat yang ditentukan. Karena itu, perjanjian mempunyai “sistem terbuka”. Perjanjian dapat dilakukan oleh setiap subjek
hukum. Berkaitan dengan pengadaan barangjasa pemerintah, dimana penulis mengambil studi kasus di Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai bentuk
perjanjiannya berupa kontrak pengadaan barangjasa yaitu dalam bentuk perjanjian tertulis antara PPK dengan Penyedia BarangJasa. Pengadaan barang
jasa tersebut melalui pelaksanaan lelang. Pasca pelelangan diikuti oleh 3 peserta calon Penyedia barangjasa yaitu
NO PERUSAHAAN
PENAWARAN RP
BOBOT KOMIBINASI
KETERANGAN
1. CV. SHAFIRA
905.770.800,00 88,39
LULUS 2.
CV. CITRA PRATAMA 910.998.000,00
88,22 LULUS
3. CV. GRAHA CIPTA MEDICA
911.394.000,00 88,21
LULUS
Secara evaluasi teknis dan evaluasi administratisi ketiga peserta memenuhi persyaratan dan jumlah yang ditawarkan sesuai dengan spesifikasi. Dan
berdasarkan penawaran terendah maka CV. SHAFIRA ditetapkan oleh Panitia Pengadaan BarangJasa Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai Tahun Anggara 2010
sebagai pemenang lelang dalam kegiatan pengadaan sarana prasarana puskesmas yang diadakan oleh Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai. Pengumuman Hasil
Pelelangan di umumkan Pada Tanggal 23 September 2010. Dengan Nomor. 21PL-ALKESIX2010.
Dalam kerangka dan isi pengadaan barang dan jasa seperti ditentukan oleh Keppres Nomor 80 Tahun 2003, serta melihat dokumen sebenarnya atas kontrak
pengadaan barangjasa di Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai, selanjutnya dihubungkan dengan syarat-syarat sahnya perjanjian seperti yang diatur oleh
Pasal 1320 KUHPerdata, maka dapat disimpulkan bahwa dalam kontrak perjanjian pengadaan barangjasa telah memenuhi syarat-syarat sahnya
kesepakatan para pihak , yaitu antara pihak Pejabat Pembuat Komitmensebagai perwakilan dari instansi dan yang memiliki pekerjaan yaitu dr. H. Syafnir
Chazwan sebagai Pejabat Pengguna Anggaran PPA Kegiatan Pengadaan Sarana Prasarana Puskesmas Bersumber Dana DAKDAU APBD Tahun Anggaran 2010
pada Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai dan pihak Penyedia BarangJasa yaitu M. Nur Haitamy, Sebagai Direktur CV. SHAFIRA. Dimana para pihak tersebut
jelas mempunyai kapasitas melakukan perbuatan hukum karena telah memenuhi kualifikasi sebagaimana ditentukan undang-undang untuk syarat kecakapan
untuk membuat perjanjian. Sedangkan untuk syarat objektif pun telah memenuhi, dimana mengenai objek perjanjiannya secara jelas dan tegas dinyatakan dalam
judul setiap dokumen pengadaan, juga dalam pencantuman nama maupun lingkup pekerjaan, serta isi perjanjiannya pun telah ditentukan oleh undang-undang
ketertiban umum, maupun kesusilaan sebagaimana disyaratkan dalam syarat- syarat adanya suatu sebab causa yang halal.
Pada wawancara dengan Bapak Subroto, SE selaku Sekertaris pada Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai yang mengatakan Pengadaan Barang alat
Kesehatan sama halnya dengan kegiatan jual beli. Dimana ada barang maka ada harga. Namun versi pemerintahnya harus memenuhi persyaratan dan prosedur
yang ditentukan oleh undang-undang dalam hal ini Keppres No 80 Tahun 2010 dan Perpres No. 54 Tahun 2010.
Pasal 1457 KUHPerdata menyebutkan pengertian perjanjian jual beli, yaitu “suatu perjanjian dimana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk
menyerahkan suatu kebendaan dan pihak yang lain membayar harga yang telah diperjanjikan. Jadi unsur dari perjanjian jual beli adalah adanya pihak penjual dan
pembeli, serta barang dan harga. Pihak pembeli berhak menerima barang yang telah dibelinya serta berkewajiban menyerahkan harga kepada pihak penjual.
Begitu pula sebaliknya si penjual berhak menerima harga dan berkewajiban menyerahkan barang yang dijualnya kepada pihak pembeli. Harga yang dimaksud
disini ialah pembayaran dengan sejumlah uang. Jika tidak dengan uang maka perjanjian tukar menukar.
Apabila unsur hak dan kewajiban penjual dan pembeli tersebut diterapkan pada perjanjian pengadaan barang jasa yang diuraikan sebagai berikut :
a. Pihak pejabat Pembuat Komitmen Pembeli berkewajiban membayar
sejumlah harga atas barangjasa yang dibelinya kepada pihak Penyedia barangjasa Penjual, dan berhak menerima barangjasa dari pihak penyedai
Barangjasa; b.
Pihak penyedia BarangJasa berkewajiban menyerahkan barangjasa hasil pekerjaan kepada pihak Pejabat Pembuat Komitmen, serta berhak menerima
sejumlah harga uang dari pejabat Pembuat Komitmen. Berdasarkan uraian tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa
Perjanjian Pengadaan BarangJasa Pemerintah dapat dikualifikasikan sebagai perjanjian jual beli sebagaimana diatur dalam Buku III Bagian V KUHPerdata,
dan dengan demikian pula dapat digolongkan sebagai Perjanjian Bernama Khusus Nominat. Perjanjian pengadaan barangjasa pemerintah dapat disebut
pula sebagai perjanjian jual beli standard, karena mengenai bentuk maupun isi perjanjian telah diatur secara khusus oleh keppres No 80 Tahun 2003 dan Perpres
No 4 Tahun 2015. Ketentuan Undang-Undang berlaku secara umum juga standard untuk semua perjanjian pengadaan barang dan jasa yang dibiayai dari
APBNAPBD. Selain itu juga bercirikan sebagai perjanjian timbal balik, karena masing-masing mempunyai hak kewajiban. Juga sebagai perjanjian-perjanjian
konsensuil karena lahir dengan adanya kata sepakat. Sebagai perjanjian atas beban karena memberikan beban kepada masing-masing pihak berupa memberi atau
berbuat sesuatu. Dan juga sebagai perjanjian formalitas tertentu maupun bentuk tertentu yang ditentukan oleh undang-undang. Oleh karena perjanjian pengadaan
barangjasa merupakan perjanjian jual beli, dan sesuai sifat dari Buku III KUHPerdata yang bersifat terbuka dan melengkapi, maka dengan sendirinya
ketentuan-ketentuan yang ada dalam buku III KUHPerdata akan melengkapi, maka ketentuan Keppres No 80 Tahun 2003 dan Perpres No 54 Tahun 2010. Atau
dengan perkataan lain, sepanjang Keppres dan Perpres tersebut tidak mengaturnya maka Ketentuan buku III KUHPerdata dengan sendirinya akan tetap berlaku. Sifat
ini dapat diterapkan pada isi kontrak yang telah ditentukan oleh Keppres No 80 Tahun 2003 dimana ternyata tidak mencantumkan misalnya perihal menanggung
kenikmatan ketentraman atas barang. Yang meliputi menanggung kenikmatan terhadap dari pihak ketiga danmenanggung terhadap cacat tersembunyi, yaitu
cacat tidak mudah diatur oleh pembeli pada umumnya Pasal 1504 KUHPerdata. Dengan demikian ketentuan ini dengan sendirinya akan melengkapi setiap
kontrakperjanjian pengadaan barangjasa. Sesuai dengan hasil wawancara penulis dengan Sekertaris Dinas
Kesehatan Kota Tanjungbalai yang ikut dalam Daftar Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan PPTK-SKPD Perprogram Kegiatan APBD TA.2010 Pada Dinas
Kesehatan Kota Tanjungbalai yaitu Bapak Subroto,SE., maka dapat diambil kesimpulan bahwa dalam praktek penyelenggaraan kegiatan pengadaan alat-alat
kesehatan di Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai, adakalanya kontrak dapat bermasalah apabila tidak bersesuaian dengan ketentuan Keppres 80 tahun 2003
dan Perpres No 54 tahun 2010 mengenai prosedur dan pelaksanaan pengadaan barang dan jasa. Adapun yang menjadi masalah ialah apabila :
1 Pihak Panitia Pengadaan Barang dan jasa
a Tidak dibuatnya dokumen penjelasan dokumen pelelangan, dengan tidak
dilakukannya prosedur pengambilan dokumen pelelangan dan pemasukan prakualifikasi ;
b Tidak diberikannya penjelasan dokumen pelelangan, dengan tidak ada di
berita acara penjelasan ; c
Tidak dilakukannya penetapan calon penyedia barangjasa dipapan pengumuman resmi;
d Tidak diberikannya alokasi waktu untuk sanggahan dari masyarakat umum
dunia usaha, maka menutup kemungkinan adanya tuntutan. Disamping itu terdapat pula pelaksanaan prosedur pada tahapan Pra
kontrak perjanjian pendahuluan, khususnya pada pengadaan dengan metode pelelangan yang dalam melaksanakannya tidak sesuai atau menyimpang dari
ketentuan.seperti : 1
Harga Perkiraan Sendiri HPS disusun dan dibuat menyesuaikan atau didasarkan pada penawaran dari calon penyedia barang jasa;
2 Surat Permintaan Penawaran langsung dikirim oleh Rekanan calon Penyedia
BarangJasa tanpa didahului prosedur pengambilan dokumen pelelangan dan penjelasan;
3 Prosedur prakualifikasi dilaksanakan bersamaan dengan pemasukan surat
penawaran; 4
Barang atau jasa telah dikirim dikerjakan oleh penyedia barang dan jasa tanpa terlebih dahulu melakukan prosedur tahapan Pra Kontrak Perjanjian
Pendahuluan. Yang artinya barangjasa dikirimdikerjakan lebih dahulu dan untuk proses administrasi Pra Kontraknya dilakukan kemudian.
Sebelum melakukan proses pengadaan barang dan jasa ditentukan oleh Keppres No 80 tahun 2003 harus terlebih dahulu melalui tahap persiapan. Seperti
perencanaan pemaketan pekerjaan dengan larangan adanya pemecahaan pekerjaan untuk barang sejenis. Penyusunan dan pengesahan harga perkiraan
sendiri HPS berasarkan kriteria tertentu, pengumuman rencana pengadaan barangjasa di media massa. Pada kenyataanya penulis memperoleh data bahwa
pada tahap tersebut pada tahapan tersebut, pada umumnya tidak dilakukan atau sebagian dilakukan atau sebagian dilakukan tetapi tidak sesuai penyimpangan
dengan ketentuan yang berlaku, seperti : a.
Tidak dilakukan perencanaan pemaketan pekerjaan secararusnya dilakukan dea keseluruhan;
b. Rencana paket pekerjaan sejenis yang seharusnya dilakukan dengan metode
pelelangan umumpelelangan terbataspemilihan langsung, dibuat dan dipecah agara dapat dilakukan dengan metode penunjukan langsung dengan rekayasa
dilaksanakan seolah-olah untuk triwulan I,II,III dan seterusnya ; c.
Tidak dilakukannya penyusunan HPS terlebih dahulu; d.
Tidak dilakukannya pengumuman rencana pengadaan barangjasa dimedia massa sehingga masyarakat luas didunia usaha tidak mengetahuinya.
Dengan tidak dilaksanakannya sebagian prosedur dalam tahap Pra Kontrak perjanjian pendahuluan dandalam melaksanakannya tidak sesuai atau
melanggar ketentuan undang-undang, jika hal ini dikaitkan dengan syarat-syarat sahnya kontrak perjanjian seperti yang diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata,
maka ini jelas menyangkut syarat adanya suatu sebab yang halal. Dengan perkataan lain, bahwa dengan tidak dilaksanakannya prosedur dalam Tahap Pra
Kontrak Perjanjian Pendahuluan dan dalam melaksanakannya tidak sesuai melanggar ketentuan undang-undang itu adalah merupakan bentuk tidak
dipenuhinya syarat adanya suatu sebab yang halal itu harus tidak melanggar undang-undang, ketertiban umum, serta kesusilaan. Padahal jelas bahwa dengan
tidak melaksanakan prosedur dalam tahap Pra Kontrak Perjanjian Pendahuluan dan dalam melaksanakannya tidak sesuai menyimpang ketentuan yang berlaku
adalah jelas merupakan bentuk pelanggaran terhadap undang-undang Keppres No 80 Tahun 2003 dan Perpres No 54 tahun 2010. Karena adanya unsur pelanggaran
terhadap undang-undang itulah maka dengan sendirinya perjanjian pengadaan barang dan jasa yang dibuat pada pihak menurut hemat penulis adalah tidak
memenuhi syarat objektif, maka sebagai konsekuensi hukumnya menurut KUHPerdata adalah batal demi hukum, dan atau dapat dimintakan pembatalan
perjanjian oleh terutama para calon penyedia barangjasa lainnya yang menjadi peserta atau salah satu pihak pada saat dilaksanakannya tahapan Pra Kontrak
Perjanjian Pendahuluan. Tidak dilaksanakannya prosedur dalam tahapan Pra Kontrak Perjanjian
Pendahuluan dandalam melaksanakannya tidak sesuai melanggar dari ketentun undang-undang, bahkan sejak dari tahapan persiapan seperti tersebut diatas,
adalah jelas menjadi faktor penyebab ketidaklancaran dalam penyelenggaran pengadaan barang jasa pemerintah atau dapat dikatakan sebagai penyebab
terjadinya penyimpangan. Hal ini terjadi oleh karena terutama faktor sumberdaya manusia SDM, dimana person yang diangkat dan ditetapkan
sebagai pelaksana pengadaan barangjasa pemerintah dalam hal ini merupakan Pejabat Pembuat Komitmen dan Panita Pengadaan ternyata pada umumnya tidak
atau belum memenuhi sepenuhnya atas ketentuan dalam Keppres No 80 Tahun
2003 beserta Perpres No 54 Tahun 2010 sehingga berpotensi menimbulkan konsekuensi hukum seperti disebut diatas.
2 Penyedia Barang dan Jasa
Faktor penghambat lainnya adalah terletak pada para calon Penyedia BarangJasa yang melakukan kesalahan-kesalahan seperti :
a Penyedia barang dan jasa pada umumnya atau bahkan hampir semuanya juga
tidak atau belum memahami sepenuhnya atas ketentuan Keppres 80 Tahun 2003 beserta semua perubahan terakhir, sehingga tidak ada upaya mengajukan
sanggahan proses atau penyimpangan prosedur yang diketahuinya. b
Penyedia barang dan jasa tidak melakukan pekerjaan sesuai yang ditentukan dalam kontrak. Apabila terjadi hal demikian maka sesuai dengan Pasal 7 Surat
Perjanjian Pekerjaan kontrak Pengadaan Sarana dan Prasarana Puskesmas Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai Tahun Anggaran 2010 Nomor :
8001945.H Um.KpX2010, dimana mengenai sanksi dimana jika Penyedia Barang jasa melanggar melebihi batas waktu pelaksanaan pengadaan yang
ditetapkan, maka ditetapkan, maka setiap hari keterlambatan Penyedia barangjasa dikenakan denda sebesar 1
o
satu perseribu per hari dari harga kontrak jumlah harga borongan maksimal 60 hari kalender. Begitu pula jika
dalam penyerahan alat dari Penyedia barangjasa kepada pengguna anggaran terjadi kerusakan atau cacat dan penyedia barang jasa telah di perintahkan
untuk mengganti memperbaiki alat maksud, namun sampai batas waktu yang telah ditetapkan alat tersebut tidak diserahkan Penyedia barangjasa, maka
Penyedia barang dan jasa dikenakan biaya denda kelalaian sebesar 1
o
satu
perseribu per hari dari harga kontrak jumlah harga borongan maksimal 60 hari kalender.
c Pekerjaan yang di lakukan oleh pihak kedua tidak sesuai dengan klasifikasi
teknis. apabila terjadi hal yang demikian maka akan dilakukan pemutusan kontrak dan bisa juga dilanjutkan sampai ke pengadilan negeri.
d Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan tersebut tidak sesuai dengan yang tertera
didalam kontrak. Apabila terjadi hal seperti ini maka pihak kedua penyedia barangjasa akan dikenakan denda ganti kerugian.
e Adakalanya harga barang berubah ubah sebelum dilakukan kontrak dan pada
saat kontrak tersebut sedang berjalan, dimana harga barang tersebut naik. Apabila terjadi hal demikian maka dilakuan addendum perubahan terhadap
isi kontrak mengenai harga barang tersebut f
Pihak kedua sering memindahtangankan pekerjaan kepada pihak ketiga tanpa sepengetahuan pihak pertama. Apabila ini terjadi maka akan dilakukan
pemutusan kontak dan bisa juga dituntut ke pengadilan negeri. 3
Isi kontak a
Ada kalanya isi kontrak masih sulit dimengerti oleh para pihak, sehingga terjadi masalah dikemudian hari.
b Adanya pasal-pasal yang masih rancu, menimbukan penafsiran-penafsiran
yang berbeda-beda dari para pihak, atau tidak diberikan gambaran secara spesifik sehingga menyulitkan pihak-pihak.
D. Penyelesaian Sengketa Terhadap Kontrak Yang Bermasalah