perseribu per hari dari harga kontrak jumlah harga borongan maksimal 60 hari kalender.
c Pekerjaan yang di lakukan oleh pihak kedua tidak sesuai dengan klasifikasi
teknis. apabila terjadi hal yang demikian maka akan dilakukan pemutusan kontrak dan bisa juga dilanjutkan sampai ke pengadilan negeri.
d Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan tersebut tidak sesuai dengan yang tertera
didalam kontrak. Apabila terjadi hal seperti ini maka pihak kedua penyedia barangjasa akan dikenakan denda ganti kerugian.
e Adakalanya harga barang berubah ubah sebelum dilakukan kontrak dan pada
saat kontrak tersebut sedang berjalan, dimana harga barang tersebut naik. Apabila terjadi hal demikian maka dilakuan addendum perubahan terhadap
isi kontrak mengenai harga barang tersebut f
Pihak kedua sering memindahtangankan pekerjaan kepada pihak ketiga tanpa sepengetahuan pihak pertama. Apabila ini terjadi maka akan dilakukan
pemutusan kontak dan bisa juga dituntut ke pengadilan negeri. 3
Isi kontak a
Ada kalanya isi kontrak masih sulit dimengerti oleh para pihak, sehingga terjadi masalah dikemudian hari.
b Adanya pasal-pasal yang masih rancu, menimbukan penafsiran-penafsiran
yang berbeda-beda dari para pihak, atau tidak diberikan gambaran secara spesifik sehingga menyulitkan pihak-pihak.
D. Penyelesaian Sengketa Terhadap Kontrak Yang Bermasalah
Secara konvensional, penyelesaian sengketa biasanya dilakukan secara Litigasi atau penyeleseaian sengketa dimuka pengadilan. Dalam keadaan
semikian. Posisi para pihak yang bersengketa sangat antagonistis saling berlawanan satu sama lain. Penyelesaian sengketa bisnis model ini tidak dapat
direkomendasikan. Kalaupun akhirnya ditempuh, penyelesaian ini semata-mata hanyalah sebagai jalan terakhir ultimatum remedium setelah alternatif lain tidak
membuahkan hasil.
106
Apabila suatu perjanjian telah disepakati konsensus maka masing masing pihak terikat karenanya dan berkewajiban untuk memenuhi
prestasinya. Akan tetapi, dalam pelaksanannya mungkin saja mengalami hambatan-hambatan yang pada akhirnya akan mempengaruhi tujuan perjanjian
yang telah mereka lakukan. Pihak yang mengadakan perjanjian lazimnya sudah menyadari kemungkinan semacam ini mengingat pelaksanaan perjanjian tidak
terjadi seketika, tetapi memerlukan tengang waktu. Menyadari keadaan seperti ini dan kegiatan untuk tetap menjaga kelangsungan hubungan baik yang telah
terjalin, bahkan kadang-kadang juga menghendaki apabila timbulnya sengketa setidaknya diselesaikan tanpa diketahui pihak luar atau lain, maka didalam
perjanjian tersebut maka para pihak mencantumkan klausula khusus.
107
Didalam Surat Perjanjian Pekerjaan kontrak Pengadaan Sarana dan Prasarana Puskesmas Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai Tahun Anggaran 2010
Nomor : 8001945.HUm.KpX2010 pada Pasal 10 kedua belah pihak yaitu Pihak Pengguna Anggaran Dan Pihak Penyedia BarangJasa sepakat menyelesaikan
perselisihan dengan cara musyawarah mufakat sesuai dengan Azas Pancasila. Kalau dalam hal ini juga tidak bisa tercapai maka diselesaikan melalui hukum
yang berlaku. Dan untuk masalah teknis agar diselesaikan melalui Dewan
106
Margono Suyud, Penyelesaian Sengketa Bisnis, Alternative Dispute Resolutions ADR, Ghalia Indonesia, Bogor, 2010 Hal. 4
107
Agnes M. Toar, Uraian Singkat Tentang Arbitrase Dagang di Indonesia, Seri Dasar- Dasar Hukum Ekonomi 2, Arbitrase di Indonesia Ghalia Indonesia, Jakarta 1995 Hal. 73
Arbitrase Teknik. Dan untuk masalah hukum diselesaikan melalui pengadilan Negara. Apabila masing-masing pihak berkeinginan untuk menyelesaikan
sengketa yang timbul secara baik-baik, penyelesaian sengketa tersebut dapat diperjanjikan untuk diselesaikan diluar hukum acara. Janji yang telah disepakati
bersama merupakan undang undang bagi para pihak yang membuatnya Pacta Sunt Servanda Pasal 1338 KUHPerdata. Jadi yang yang dijadikan dasar dalam
Alternative Dispute Resolution atau mekanisme alternatif penyelesaian sengketa adalah kehendak bebas yang diatur dari pihak-pihak yang bersengketa untuk
menyelesaikan perselisihannya diluar hakim Negara. Masalah ini diakui oleh Undang-undang No 14 Tahun 1970 tentang Pokok-Pokok Kekuasaan Kehakiman.
Dalam penjelasan Pasal 3 undang-undang tersebut, dinyatakan bahwa penyelesaian perkara diluar pengadilan atas dasar perdamaian atau wasit
arbitrase tetap diperbolehkan.
108
Sistem penyelesaian sengketa sederhana, cepat dan biaya ringan telah dipancangkan sebagai salah satu asas dalam peradilan di Indonesia. Pasal 4 Ayat
2 Undang-Undang No. 1970 telah menjadi sistem yang sangat fundamentum tersebut dalam pelaksanan fungsi peradilan. Jadi, secara teoritis, tuntutan dunia
bisnis yang menghendaki penyelesaian sengketa secara informal procedure sudah tertampung dalam perundang-undangan Indonesia.
109
Penyelesaian sengketa secara damai juga dapat menggunakan instrument reguler sendiri self regulation
yaitu kode etik yang dimiliki masing-masing organisasi profesi seperti kode etik usaha farmasi Indonesia, kode etik kedokteran, kode etik periklanan dan lain
sebagainya. Meskipun ditujukan untuk kepentingan usaha organisasi, namun
108
Ibid, Hal. 72
109
Margono Suyud, Op.Cit, Hal. 8
dapat pula berperan untuk menyelesaikan sengketa anggota organisasi dengan masyarakat.
Penyelesaian sengketa melalui lembaga atau instansi yang berwenang biasa dilakukan oleh lembaga-lembaga yang berdasarkan hukum positif
mempunyai otoritas menyelesaikan sengketa itu seperti departemen perdagangan dan perindustrian, kesehatan, kehutanan dan sebagainya yang menjalankan
kewenangan kewenangan administratif untuk memberikan izin, pembinaan dan pengawasan terhadap perusahaan dan pabrik-pabrik tertentu dan sebagainya.
Dalam kontrak pengadaan barang dan jasa biasnya dilakukan penyelesaian sengketa dengan arbitrase. Dapat juga diselesaikan melalui Badan Arbitrase.
Dapat juga diselesaikan melalui Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI. Penjelasan Pasal 3 undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 menyatakan bahwa
penyelesaian sengketa diluar pengadilan atas dasar perdamaian atau arbitrase tetap diperbolehkan, tetapi putusan arbitrase hanya mempunyai kekuatan eksekutorial
setelah memperoleh izin atau pemerintah untuk eksekusi executoir dari pengadilan.
110
Arbitrase yang diatur dalam undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 adalah cara penyelesaian suatu sengketa diluar pengadilan umum yang didasarkan
atas perjanjian tertulis dari pihak yang bersengketa. Akan tetapi tidak semua sengketa dapat diselesaikan melalui arbitrase, hanya sengketa mengenai hak yang
menurut hukum dikuasai sepenuhnya oleh para pihak yang bersengketa atas dasar kesepakatan mereka.
111
110
Ibid , Hal.11
111
Ibid , Hal.12
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan