Latar Belakang Analisis Hukum Terhadap Kontrak Pengadaan Alat-alat Kesehatan Pada Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia adalah Negara yang sedang membangun developing country, dimana pada saat ini giat melaksanakan pembangunan disegala bidang. Pembangunan adalah usaha menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. 1 Pembangunan tidak dapat berjalan dengan baik tanpa partisipasi aktif masyarakat, terutama sektor swasta dalam kaitannnya, dengan program pembangunan sarana dan prasarana umum. Hasil pembangunan seharusnya dapat dinikmati seluruh rakyat sebagai peningkatan kesejahteraan lahir batin secara adil dan merata. Pembagunan nasional sangat banyak jenis dan macamnya, salah satu bentuk realisasi dari pembangunan yaitu penyediaan sarana dan prasarana kesehatan. Sebagai contohnya adalah pengadaan alat-alat kesehatan. Pembangunan nasional khususnya dalam bidang kesehatan termasuk hal yang penting. Seperti yang diketahui, kesehatan mempunyai peranan penting dalam pembangunan. Dimana jika kesehatan masyarakat suatu Negara terjamin, hal tersebut juga mendukung kinerja sumber daya manusia dalam suatu negara. Untuk mencapai hal tersebut, maka harus tersedia pulalah sarana dan prasarana kesehatan yang lengkap dan mutakhir. Namun, dalam pelaksanaannya pemerintah tidak dapat melaksanakannya sendiri. Oleh karena itu setiap pembangunan 1 Djumialdji, Hukum Bangunan Dasar-Dasar Hukum Dalam Proyek Dan Sumber Daya Manusia, Jakarta, Rineka Cipta, 1996 Hal 1 ataupun proyek pemerintah melibatkan pihak lain. Seperti penyedia barang dan jasa. Dalam pelaksanaan pembangunan ini antara pihak-pihak yang melaksanakannya perlu adanya suatu kontrak, salah satu bentuk kontrak itu adalah kontrak pengadaan barang dan jasa. Kontrak pengadaan barang dan jasa merupakan kontrak yang kompleks karena mengatur banyak aspek baik secara legal maupun teknis tentang proses pengadaan barang dan jasa yang membutuhkan kajian lebih lanjut guna ditemukannya format kontrak pengadaan barang dan jasa yang ideal sesuai dengan kebutuhan dan mampu memberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi para pihak yang membuatnya. Kontrak atau perjanjian berkembang pesat saat ini sebagai konsekuensi logis dari berkembangnya kerjasama bisnis antar pelaku bisnis danatau dengan pemerintah. Yang mana kerjasama tersebut dilakukan dalam bentuk perjanjian tertulis. 2 Perjanjian tertulis tersebut adalah dasar bagi para pihak pelaku bisnis danatau pemerintah untuk melakukan penuntutan jika ada salah satu pihak tidak melaksanakan apa yang dijanjikan dalam kontrak atau perjanjian. 3 Pengadaan barang dan jasa pada hakikatnya merupakan upaya pihak pengguna untuk mendapatkan atau mewujudkan barang dan jasa yang dinginkannya, dengan menggunakan metode dan proses tertentu agar dicapai kesepakatan harga, waktu, dan kesepakatan lainnya. Agar hakikat atau esensi pengadaan barang dan jasa tersebut dapat dilaksanakan sebaik-baiknya, maka kedua belah pihak yaitu pihak pengguna dan penyediaan barang dan jasa, tunduk 2 Muhammad Syaifuddin, Hukum Kontrak, Bandung, Mandar Maju, 2012 Hal 1. 3 Annalisa , et.al, Perjanjian Jual Beli Berklausula Perlindungan Hukum Paten, Malang ,Tunggal Mandiri Publishing,2009 Hal 1. kepada etika dan norma pengadaan barang dan jasa yang berlaku, mengikuti prinsip-prinsip, metode dan proses pengadaan barang dan jasa yang baku. 4 Kontrak pengadaan barang dan jasa pemerintah bersifat multi aspek dan mempunyai karakter khusus bila dibandingkan dengan kontrak komersial atau kontrak privat pada umumnya. Pertama, hubungan hukum yang terbentuk antara pemerintah dan penyedia barang dan jasa disamping hubungan kontraktual sekaligus berdimensi hukum privat dan hukum publik. Kedua, bebas dalam mengatur hubungan hukum dan hubungan kontraktual bersifat mengacu pada regulasi tersendiri tentang pengadaan barang dan jasa pemeritah. 5 Ketiga, keabsahan dokumen kontrak ditentukan oleh persyaratan pelelangan dan isi kontrak serta terpenuhinya syarat kewenangan bagi para pejabat dalam membuat dan menandatangani kontrak selaku wakil organisasi atau pemerintah. Keempat, prosedur pengadaan, prinsip dan norma dalam kontrak privat berlaku secara berdampingan dalam kontrak pengadaan pemerintah. Kelima, mekanisme pengelolaan keuangan Negara untuk pembayaran prestasi mengacu kepada aturan tentang pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN. 6 Keenam, perlu perhatian terhadap kepentingan umum sebagai bagian dari strategi pembangunan ekonomi. 7 Guna mendorong laju pertumbuhan industri dalam negeri agar terpenuhi kewajiban dalam penyediaan fasilitas umum Public utility demi penyelenggaraan pembangunan nasional. Ketujuh, instrumen hukum yang 4 Adrian Sutedi. Aspek Hukum Pengadaan Barang dan Jasa Dan Berbagai Permasalannya. Jakarta. Sinar Grafika Offset. 2008 Hal 3. 5 Yohanes Sogar Simamora, Hukum Kontrak: Kontrak Pengadaan BarangJasa Pemerintah di Indonesia. Surabaya. Laksbang Justitia. 2013 Hal 3. 6 H. Purwosusilo, Aspek Hukum Pengadaan Barang dan Jasa. Jakarta. Prenadamedia Group. 2014 Hal 3. 7 Thai , “Public Procurement Re-examined.” Journal of Public Procurement1, K.V.: t.pn, 2001. Hal 9-50. mengatur kontrak pengadaan barang jasa dibuat dan ditetapkan oleh pemerintah selaku pihak yang terlibat kontrak. 8 Pengadaan barang dan jasa baik pemerintah ataupun swasta memiliki prosedur yang dilandasi pada norma dan etika. Salah satu perilaku yang melanggar norma dan etika pada pengadaan barang dan jasa adalah korupsi pengadaan barang dan jasa. Berbagai praktek korupsi yang dilakukan oleh pemerintah dalam pengadan barang dan jasa serta modus pembocoran yang biasanya dilakukan adalah mark up nilai proyek digelembungkan serta spesifikasi barang diturunkan tanpa mengkoreksi nilai proyek. Ada juga yang sampai nekat melakukan tender yang fiktif. Begitu besar jumlah kebocoran akibat korupsi, kolusi dan nepotisme yang masih berlangsung hingga saat ini dalam hal pengadaan barang dan jasa. Hasil kajian pemerintah Indonesia bekerja sama dengan Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia yang tertuang dalam Court Procurement Assesment Report CPAR tahun 2001 menyebutkan bahwa sebesar 10-50 dana unutk pengadaan barang dan jasa mengalami kebocoran. 9 Komisi pengawasan persaingan usaha KPPU juga mengungkapkan suatu fakta bahwa pada tahun 2002 sebanyak 30 dari uang rakyat di korupsi yang jumlahnya tidak kurang dari Rp. 45 triliun. 10 Bahkan berdasarkan hasil laporan Bank Dunia tahun 2009, berpotensi kebocoran pengadaan barangjasa pemerintah adalah sebesar Rp. 69,4 triliun. 11 Besarnya jumlah kecurangan dalam proses pelaksanan pengadaan barang dan jasa ini. Dapat diminimalisir dengan pembuatan 8 H. Purwosusilo. Op.Cit Hal 3. 9 Adrian Sutedi. Op.Cit Hal 44. 10 Muhammad Irfan AB, Menyehatkan sistem Pengadaan BarangJasa , Lihat: http:www.fajaronline.com. 20 februari 2015. 11 H. Purwosusilo. Op.Cit. kontrak pengadaan jasa yang baik dan benar. Yang didalamnya berisikan klausula-klausla yang dapat mengatur kemungkinan adanya hal yang tidak diinginkan. Diatur pula didalam kontrak tersebut mengenai sanksi apabila terjadi hal-hal yag tidak diinginkan, serta apabila terdapat itikad tidak baik diantara para pihak. Itikad baik merupakan salah satu asas dalam hukum perjanjian. Ketentuan mengenai itikad baik ini dinyatakan dalam Pasal 1338 ayat 3 KUHPerdata bahwa perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.. 12 Dalam mengatur setiap proses pengadaan barang dan jasa pemerintah termasuk mengatur setiap individu yang terlibat didalamnya. Pemerintah mengeluarkan Keppres Nomor 80 Tahun 2003. Peraturan tersebut mengatur tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah, tujuan dari dikeluarkannya peraturan tersebut adalah untuk mengurangi segala bentuk penyimpangan yang terjadi dan meningkatkan efisiensi pengadaan barang dan jasa pemerintah. Walaupun telah dikeluarkan Keppres untuk mengatur pengadaan barang dan jasa pemerintah, tetap saja jumlah korupsi dalam pengadaan barang dan jasa tidak dapat dikurangi jumlahnya. Berkaitan dengan itu, pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden Perpres Nomor 54 Tahun 2010 sebagai revisi dari Keppres Nomor 80 Tahun 2003, direvisi kembali dengan Perpres Nomor 35 Tahun 2011 dan kemudian disempurnakan kembali dengan dikeluarkannya Perpres Nomor 70 Tahun 2012 dan yang terakhir direvisi lagi dengan Perpres Nomor 4 Tahun 2015 untuk menyempurnakan mekanisme pengadaan barang dan jasa agar hasil yang didapatkan lebih efisien, efektif, terbuka dan bersaing, transparan, adil tidak diskriminatif, akuntabel, dan bermanfaat sebagai perbaikan sistem pengadaan barang dan jasa. 12 Ahmadi Miru, Hukum Kontrak Perancangan Kontrak. Jakarta. Raja Grafindo Persada.2007 Hal 50. Pelaku bisnis sering kali menyesal ketika suatu kontrak yang dibuatnya bermasalah. Padahal persoalan hukum tersebut timbul karena ketidak hati-hatian pelaku bisnis ketika menyusun dan menyetujui kontrak tersebut. Umumnya kesadaran muncul ketika kontrak bermasalah. Padahal pemahaman isi kontrak saat kontrak tersebut dirancang merupakan suatu keharusan, bukan setelah kontrak yang disepakati tersebut bermasalah. Selain itu, berbicara tentang kontrak tidak terlepas dari ilmu hukum kontrak. Namun demikian, banyak orang beranggapan bahwa kontrak untuk bisnis adalah persoalan bisnis semata dan tidak ada hubungannya dengan ilmu hukum. Akibatnya, perancangan kontraknya sering kali cukup dilakukan dengan copy paste saja, sedangkan penyempurnaannya didasarkan atas mitos-mitos yang muncul dari rangkaian rumor tentang kontrak itu sendiri dalam praktik bisnis sehari hari. Dengan kalimat lain. Banyak pelaku bisnis menganggap bahwa pembicaraan hukum ketika berbisnis, dianggap merupakan langkah yang hanya memperlambat aktivitas gerak bisnis itu sendiri, mengingat semua akan cenderung menjadi serba hati-hati 13 . Terkait dengan sering kali terjadinya kontrak-kontrak bermasalah, maka penting untuk seluruh aktivitas bisnis adalah perbuatan hukum khususnya hukum kontrak, Yang mana pengadaan barang dan jasa pemerintah juga merupakan salah satu bentuk aktivitas bisnis antara pemerintah dengan pihak swasta sehingga dengan demikian adalah merupakan yang sangat penting diketahui, khususnya pengguna dan penyedia barang jasa pemerintah terhadap aspek-aspek hukum yang terkait dengan pengadaan barang jasa, sehingga dengan mengetahui peraturan peraturan yang terkait, maka akan meminimalkan terjadinya kerugian 14 . Berbagai macam kasus 13 Annalisa, et.al. Op.Cit, Hal 2 14 ibid, Hal 3 yang terjadi sudah membuktikan bahwa persengketaan yang terjadi berawal dari penyusunan kontrak yang tidak baik, tidak teliti. Yang akhirnya berujung dipengadilan guna memperoleh penyelesaian. Seperti kontrak mengenai pengadaan alat kesehatan antara pihak pemerintah dan pihak swasta yang akhir- akhir ini yang sedang marak diperbincangkan di media masa, karena tidak sesuai kenyataan praktek pelaksanaan dengan klausula-klausula yang tertera dalam kontrak. Penyimpangan dalam kontrak pengadaan barang dan jasa pemerintah, seringkali terjadi karena adanya perbuatan dari pejabat pengadaan serta pejabat terkait lainnya yang melakukan penyalahgunaan wewenang yang dimilikinya. Dari beberapa proses dalam pengadaan barangjasa oleh pemerintah, masing- masing tahap berpotensi terjadinya penyimpangan yang dilakukan oleh pihak- pihak yang terlibat dalam pengadaan barang dan jasa. Pihak-pihak yang dimaksud adalah Pejabat Pembuat Komitmen PPK dan Panitia Pengadaan disatu pihak. PPK adalah pejabat yang diangkat oleh Pengguna Anggaran PA Kuasa Pengguna Anggaran KPA Dewan Gurbernur Bank Indonesia BI Pemimpin Badan Hukum Milik Negara BHMN Badan Usaha Milik DaerahBUMD Badan Usaha Milik Negara BUMN sebagai pemilik pekerjaan yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan barang dan jasa. 15 PanitiaPejabat Penerima Hasil Pekerjaan adalah tim yang diangkat oleh Pengguna Anggaran Kuasa Pengguna Anggaran Dewan Gubernur BI Pimpinan BHMN Direksi BUMN Direksi BUMD, untuk memeriksa dan menerima hasil pekerjaan pengadaan barang dan jasa. 16 Dalam praktek, pihak-pihak tersebut seringkali dianggap sebagai pihak yang bertanggungjawab apabila terjadi 15 Peraturan Presiden Tentang Pengadaan Barang Jasa Pemerintah, Perpres No. 54 Tahun 2010, Pasal. 1 angka 7 16 Ibid., Pasal.1 angka 10 penyimpangan terhadap proses pengadaan barang dan jasa. Mengingat besarnya nilai pengadaan barang dan jasa dan kontribusinya pada perekonomian negara, serta banyaknya pihak yang terlibat dalam proses pengadaan barang, maka perwujudan sistem pengadaan barang dan jasa yang baik akan berdampak luas pada prilaku, baik ditingkat birokrasi maupun pada usaha serta masyarakat pada umumnya. Sistem pengadaan barang dan jasa yang baik adalah sistem pengadaan barang dan jasa yang mampu menerapkan prinsip-prinsip tata cara pemerintahan yang baik good governance, mendorong efisiensi dan efektivitas belanja publik, serta penataan perilaku tiga pilar pemerintah, swasta, dan masyarakat dan penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik. 17 Berdasarkan latar belakang tersebut diatas penulis tertarik untuk meneliti mengenai aturan yang dapat memastikan bahwa pengadaan barang jasa sesuai dengan yang dibutuhkan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, penyerahan sampai dengan pelaporan dan pertanggung jawaban kegiatan pelaksanaan pengadaan barang dan jasa kesehatan tersebut. Yang penulis angkat dengan judul “ Analisis Hukum Terhadap Kontrak Pengadaan Alat-Alat Kesehatan Pada Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai”

B. Perumusan Masalah